Part 38 (Jogja)

56 10 0
                                    

"Perihal cinta aku tak terlalu paham. Tapi aku sungguh senang akan kehadiranmu. Bagaimanapun itu keadaannya"

Tok tok tok...
Kubuka mataku ketika senja dihari berikutnya datang. Sepertinya aku tidur lebih lama karna otak dan hatiku terlalu lelah. Kuberkaca di depan cermin, Ahh... aku tau mata ini membesar sembap ketika air mata malam kemarin tak berhenti. Mungkin ketika aku tertidurpun aku masih menangis.
Aku berjalan dengan sedikit sempoyongan menghampiri daun pintu yang jaraknya seakan lebih jauh untuk sore ini

Kutemui disana berdiri gagah dua laki-laki dengan kacamata menggantung menutupi matanya

"Anda kah Nona Alsia?"tanya mereka dengan suara berat itu

Aku mengangguk ragu

"Nona, Anda harus ikut dengan kami"

"Siapa kalian?" tanyaku takut dan berusaha menegakkan punggungku

"Maaf kami akan sedikit kasar dengan Anda"

Mereka menarik tanganku, aku meronta berusaha melepaskan diri dari kedua laki-laki itu.
Semakin kucoba untuk lepas, cengkraman mereka semakin kuat dan membuat tanganku sangat nyeri.
Aku tak tau kedua orang ini siapa, tapi setidaknya mereka berusaha untuk tidak menyakitiku. Namun aku terus berkelut ingin melepaskan diri, sehingga mau tak mau mereka semakin kasar menggenggamku.
Dan akhirnya aku diam karna tubuhku sudah tak bertenaga lagi. Pikiran dan hatiku juga sudah cukup berantakan.
Aku memilih pasrah jika kali ini aku akan dibunuh atau disekap dan diberi racun

Mama, Papa, Ana... Maafin Alsia yang sering nyakitin hati kalian,
Aduku dalam hati ketika aku tidak tau akankah aku kembali dengan selamat

Setelah sampai dipinggiran jalan yang senja itu terlihat sepi. Entah bagaimana anak-anak kost juga seperti tak berpenghuni. Mulutku telah keluh dengan bekapan sapu tangan di bibirku. Aku memasuki mobil sedan hitam yang terlihat sangat mewah

Perjalanan itu cukup jauh. Malam dinginpun menemaniku. Aku menatap keluar jendela dengan ribuan remang-remang lampu yang tergantung. Perlahan perlahan.. lampu-lampu itu menghilang. Lamunanku terhenti ketika kudengar mesin mobil dimatikan. Aku keluar dari mobil, terparkir beberapa mobil mewah disana. Kulihat seperti area parkir mobil.

Aku mengikuti jalan kedua laki-laki itu, memasuki sebuah istana yang megah. Putih. Berkilau. Mewah. Mulutku terkatup rapat ketika mataku tak berkedip melihat istana ini.
Kembali aku memasuki sebuah ruangan, dan salah satu dari laki-laki itu mendudukanku didepan cermin yang besar. Kulihat wajahku dari balik cermin yang menatapku dingin. Rambut yang begitu berantakan dan kantung mata yang menghitam.
Aku tersenyum kecut, Malang sekali nasibmu nak, merantau dari jauh hanya untuk diculik seperti ini.

Aku menghela nafas. Terpampang dicermin banyaknya pelayan dibalik tubuhku. Berdiri

"Lakukan apa yang telah Tuan minta" suruh laki-laki itu

Semua pelayan dengan cekatan menghampiriku, membuka ikatan di tanganku dan bekapan sapu tangan yang menutup mulutku. Dengan lembut tangan mereka memoles wajahku.

Ada apa ini? bukannya sekarang aku lagi diculik?

Aku mematung ketika semuanya sibuk untuk membuatku terlihat cantik, entahlah mungkin setelah ini aku akan diracun

Lalu salah pelayan memberiku sebuah gaun hitam yang sangat cantik. Dan ia tersenyum padaku, memintaku untuk memakainya. Aku turuti kemauan mereka.

Ketika selesai ku pakai gaun cantik itu, kedua laki-laki itu memintaku untuk mengikuti mereka.
Mereka berjalan dengan tegap didepanku, menyusuri anak tangga yang tak pernah selesai. Begitu panjang.
Mataku menerawang ke langit-langit istana ini. Arsen lampu yang mahal. Dan properti-properti dengan berlian menghiasinya.

as White as CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang