Part 36

76 6 0
                                    

"Jika akhirnya tak kembali, kenapa harus berjanji ingin kembali. Kamu membuatku bertahan dengan harapan"

"Si.. bangun" suara lembut yang hadir melekat di telinga Sia

Gadis itu terbangun, manerjap-nerjapkan matanya berkali-kali. Pemandangannya masih kabur

"Ma, Ertus kok belum nelpon ya? ini udah 12 jam lho dari terakhir kali dia terbang" ucapnya dengan lesu dan kurang semangat

Mamanya itu duduk dipinggir kasur empuk hanya terdiam bisu dan tak bersuara. Matanya memancarkan kesedihan dari benik-benik cantik itu.

"Mama kenapa? ketinggalan nonton film India kesukaan mama?" tanya Sia membuka suara mencari kenyataan dari raut wajah wanita kesayangannya itu

"Dek, turun ke bawah ya. Ada papa nungguin" ajak mamanya yang sudah meninggalkan kamar manis itu terlebih dahulu

Dilihatnya punggung wanita itu berjalan semakin menjauh menjadi titik lalu hilang. Pikiran gelap itu ia abaikan berlalu saja, Sia merapihkan tempat tidurnya, dan beranjak turun

Ditatapnya tangga dengan ekor yang panjang, pikirannya benar menghalu tanpa arah. Tapak kaki ia jatuhkan berkali-kali, entah baginya anak tangga kali ini bertambah banyak. Dengan lesu dan malas ia berjalan dan matanya menerjap-nerjap mendapati teman-temannya duduk manis mengobrol hal yang terlihat begitu penting.

"Hai, ada apa pada kesini?" sapanya sekaligus tanya Sia heran sambil menghampiri teman-temannya

Semuanya hening membisu ketika kehadiran Sia muncul memecah obrolan diantara mereka.  Sia berdiri tegap dihadapan teman-temannya itu, semua mata mendapati Sia tanpa berkedip

"Haloo... Kalian kenapa sih?" ucapnya seraya melambai-lambaikan tangannya dan senyum keheranan

"Dek, duduk sini samping mama" ucap Mama Chata menepuk-nepuk ruang kosong di sofa samping dirinya

Sia hanya terdiam

"Kalian kenapa sih? Kayaknya ulang tahunku masih beberapa bulan lagi dah"

Semuanya tak bersuara namun saling bertatap-tatapan mencari jawaban satu sama lain, seperti kontak batin

"Woy! kalian kalok ngomong kayak gitu aku gak bakal ngerti!" kesal Sia yang melihat tingkah aneh dari teman-temannya

"Si..." panggil Esti ragu

"Kenapa? mau bayar utang?" tanya Sia sembari tertawa keras

"Jadi gini Si-..." mulut Zia seakan terkunci begitu saja

"Apaan sih kalin?!" kesal Sia meluap-luap

"Gue dapet kabar dari ayahnya Ertus, Pesawat yang dipakai Ertus sama Mika jatuh. Dan sampe sekarang Ertus belum ditemukan" jelas Iqbal tegas

Semuanya menatap Iqbal marah dan mengumpat ingin mencaci maki

"Kalian semua lama bener, kesel gue"desis Iqbal nyaris hilang

Mata mereka kembali menatap Sia yang masih berdiri terdiam. Tatapannya kosong. Benar-benar mematung. Pikirannya melayang kemana-mana. Darahnya seakan berhenti berdesir detik itu juga. Dunianya benar-benar senyap dan gelap.
Air mata keluar deras dengan mulut yang tak mampu bicara. Jantungnya seperti ditusuk panah beracun beribu kali tanpa ampun. Benar-benar mati. Badannya sempoyongan dan terjatuh. Matanya masih kosong tak berarti. Mulutnya dibekap kuat-kuat mencengkaram tubuhnya yang tergoncang
Sia menangis histeris, suara teriakannya menggema keras. Mamanya berlari memeluk Sia. Ia meronta-ronta tak ampun. Terus berteriak dan menangis.

Zia, Esti, Iqbal, Malik bergegas mengumpul mengelilingi Sia

"Dek jangan nangis, semoga Ertus ketemu dan dia masih hidup. Jangan nangis begini" balas Mama Chata menenangkan Sia

as White as CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang