Part 33

67 6 0
                                    

"Tak perlu kuperjelas. Menjagamu lewat doa, itu adalah caraku mencintaimu"

"Sia, aku akan menjagamu"

"Benarkah? Sampai kapan kamu akan menjagaku?"

"Sampai nanti aku benar tak dapat membuka mataku lagi"

"Aku pegang janjimu, Ertus" ucap Sia tersenyum

Sia menerjap-nerjapkan matanya berkali-kali. Sedikit buram tak kelihatan. Diedarkannya matanya keseluruh ruangan. Terdiam

"Sii..."

Sia masih saja terdiam menatap laki-laki dihadapannya itu

"Sii..... Kamu dengar aku?"

Sia mengangguk lemah

"Dana, apa yang terjadi?" tanya Sia pada laki-laki dihadapannya itu

"Aula kebakaran trus kamu sempat terjebak didalamnya" jawab Dana

Terlintas sejenak bayangan gelap itu dipikirannya. Sia tersenyum miris mengingat Ertus yang tak menyelamatkannya

"Kamu laper?

Sia hanya menggeleng, tak ingin bicara. Bibirnya sudah keluh

Dana mengangguk lalu berdiri dari kursi di samping tempat Sia terbaring

"Yaudah kamu tunggu sini, aku mau panggil dokter untuk meriksa kamu"

Sia mengangguk. Dana melangkahkan kakinya

"Dana.." panggil Sia

Dengan lekas Dana membalikkan badannya menatap Sia

"Kenapa? Ada yang mau dibantu?" tanya Dana

Sia menggeleng pelan dan tersenyum

"Makasih..." ucap Sia merentetkan gigi putihnya

Dana tersenyum lalu mengangguk meninggalkan tempat itu

Sia melirik ke meja yang berada tepat disampingnya, ia berusaha meraih air putih yang agak jauh darinya. Sangat sulit sekali
Tiba-tiba sebuah tangan meraih air putih itu dan diberikannya pada Sia

"Ini" ucap orang itu tersenyum seraya menyodorkan air putih

Ertus?

Ertus membantu dengan mengangkat kepala Sia agak tinggi agar dapat minum. Diletakkannya kepala Sia perlahan diatas bantal

"Gimana? Udah baikan?" tanya Ertus

Sia mengangguk

"Kamu marah sama aku?" tanya Ertus lagi dengan wajah pasrah

Sia menggeleng tersenyum
"Jangan khawatir"

"Aku emang salah" sesal Ertus

Tanpa disadari air mata Sia mengalir, namun bibirnya dipaksanya untuk tersenyum

"Pengen marah sama Ertus. Namun aku gak bisa. Tapi pas Ertus mengabaikan keberadaanku, rasanya seperti aku gak bernilai di mata Ertus"

"Ertus, aku sayang banget sama kamu" senyum Sia menatap Ertus

"Karna sayang, aku menjadi orang yang bodoh. Aku terus ingin terbang menggapai kamu. Tapi kamu terlalu tinggi, Er. Aku kesulitan, kita jauh berbeda. Aku hanya bayangan disamping kamu, sedangkan kamu cahaya yang bersinar terang. Sama sekali kehadiranku tak pernah berharga"

Ertus hanya diam mendengar segala keluh tangis dari gadis cantiknya ini

"Memang seharusnya Ertus dapetin yang lebih dari aku. Wanita seperti aku mana pantes untuk dampingin Ertus yang jelas adalah seorang pangeran. Aku? aku upik abu, Er. Mana pantes" tangis Sia semakin jadi

as White as CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang