7# blame

133 27 0
                                    

Sudah seminggu lagi sebelum olimpiade Nasional di mulai, Fannia masih berkutat dengan tumpukan soal nya, dia tidak ingin mengecewakan sekolah nya dan juga Bu Rini terutama yang telah membimbing nya selama ini, dia itu guru sepesial bagi Fannia.

Sementara Andre, dia tetap dingin, dan malah dekat dengan Yuni, dia sudah beradaptasi di sini, bahkan tergabung dalam geng papan atas di sekolah ini, ya siapa lagi kalau bukan kak Raga dan kawan kawan nya, Chiko, Doni, Gerry, Dion, Zidan dan Andre, Dion Zidan dan Andre masih kelas sebelas, raga dan sisa nya kelas dua belas. Ganteng, anak basket, pinter belum tentu, Dion, Chiko dan Doni biasa saja bahkan yaa, bukan bodoh, hanya saja mereka kurang pintar wkwk.

"Jangan serius serius, entar stroke" deg. Fannia yang sedang mengerjakan soal di perpustakaan sendirian itu menghentikan aksi menulis nya, tidak peduli dengan hitungan nya yang tinggal sedikit lagi akan membawakan hasil karena dia sedang menghitung soal fisika, tapi suara itu...

Jujur saja dia merindukan suara itu, apalagi si pemilik suara yang mendadak berpindah bangku di samping Yuni sehari setelah kejadian di taman belakang sekolah, Fannia yang seharusnya senang mendapatkan seluruh singgasana nya kembali malah bingung dan tidak enak hati, bisa di bilang menyesal tapi tidak tau apa yang telah dia lakukan sehingga Andre bersikap demikian kepada nya, karena perkataan nya atau karena bergabung dengan kak Raga?, Tapi kak Raga juga selalu ramah kepada nya, ah entahlah, dia yakin akan tau semuanya walau tidak sekarang atau dalam waktu dekat karena semua butuh proses.

Fannia berbalik perlahan, dan benar saja, Andre sedang berdiri di depan nya. Fannia masih cengo, membuat Andre terkekeh melihat ekspresi Fannia, gadis yang selama ini jutek, judes dan selalu menganggu pikiran nya itu tidak biasa nya berekspresi seperti itu, dan itu... Lucu menurut Andre

Andre sudah duduk di kursi sebelah Fannia, berhadapan dengan nya, Fannia masih menatap nya kaget, tidak percaya bahwa di depan nya benar benar Andre.

"Kenapa ngeliatin gue gitu, entar suka loh" goda Andre membuat Fannia tersadar dan langsung membuang pandangannya ke sembarang arah sembari mengaitkan anak rambutnya ke belakang telinga, namun Fannia kembali menunduk dan membuat anak rambutnya kembali jatuh menutupi sebagian muka nya, dia mengumpat dalam hati "aduh bego' bego' bego', gue kenapa sih" menyembunyikan rasa malu nya terhadap andre, namun lagi lagi Andre dibuat terkekeh bahkan hampir tertawa melihat Fannia.

Andre menyelipkan anak rambut yang menutupi muka Fannia ke telinga nya, sambil menatap Fannia dan menahan tawa dengan mengigit bibir bawah nya, sementara Fannia, terpaku saat itu juga, jantung nya berlari ke sana kesini, pipi nya menghangat atau mungkin sudah terlihat merah sekarang, Fannia tidak tau mengapa sekarang bisa bisa nya mengaku dalam hati bahwa Andre itu perfect, tidak tidak dia harus ingat bahwa Andre itu laki laki menyebalkan dan suka memaksa, aaah tapi tidak bisa, Fannia malah merasa senang saat berada di jarak sedekat ini dengan Andre.

"Kenapa diem?, Pipi Lo merah tuh, blushing yaa" blush, Fannia langsung memegangi ke dua pipi nya itu supaya Andre tidak bisa melihat pipi tomat nya lagi, Andre malah tertawa, dia sudah tidak bisa menahan nya lagi, dan membuat Fannia juga hampir ikut tertawa, tapi dia menahan nya karena malu.

"Aaaduuh, sakiiit" keluh Andre saat Fannia mencubit lengan kokoh nya, padahal Fannia tidak yakin itu terasa, lengan Andre keras dan dia tidak benar-benar​ mencubit nya.

"Rasain, siapa suruh Lo ketawa" detik berikutnya, Andre tertawa lagi, membuat Fannia kesal sendiri

"Malah ketawa lagi" lalu Fannia menyerang nya dengan cubitan dan Andre melarikan diri, berakhir lah dengan aksi kerjar kejaran seperti syuting Tom and Jerry.

>>>><<<<

"Tumben muka Lo" ucap Irene menatap Fannia intens.

KLASSIKAL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang