9# changes (Fannia pov)

155 24 1
                                    

Dua hari ini Andre anneh, sikapnya berubah, dia tak lagi banyak bicara seperti biasanya, dia hanya berbicara seperlunya dan hanya jika penting, bahkan tak pernah menyapa ku lagi, kita sudah tidak sebangku lagi semenjak kejadian itu, andre duduk dengan Aam dan aku sendiri seperti sebelumnya.

Aku tidak tau kenapa dia berubah, sikapnya berubah 180 derajat, dia yang dulu selalu hagat dan penuh canda tawa kini dingin dan irit bicara, entah kerasukan apa anak itu, tapi sikap nya yang sekarang justru membuatku kepikiran, jujur saja aku merindukan dia yang selalu mengekoriku. Dia sendiri yang telah membuat ku terbiasa dengan kehadiran nya, dan sekarang dia menjauh begitu saja tanpa mengingat apa yang telah ia lakukan, aku baper? Entah, ini baper atau hanya kehilangan, tapi aku benar benar ingin andre kembali seperti sebelumnya.

Atau mungkin aku terlalu cuek?, Judes?, Dingin?, Tak peduli pada nya?, Atau jahat?. Aku memang dingin dengan semua laki laki, mahluk tuhan yang satu itu benar benar telah membuatku trauma,

Sekarang saja hidup ku masih dalam​ genggaman seseorang, dia ayah ku, ibu ku menjadi tawanan nya, dia selalu mengirimkan video ibu saat memaksa ku berbuat sesuatu yang tak mau ku lakukan. Entahlah, aku yang di kenal strong akan dengan mudahnya luluh saat melihat wajah ketakutan seorang ibu, dia yang tak pernah ku temui sejak kecil, tapi aku tau benar wajah nya, ada di foto pernikahan nya dengan ayah, foto yang masih ku simpan hingga kini meski telah usang.

Katanya aku punya kakak, tapi tak tau kemana, nyatanya sekarang aku hanya hidup sendiri dalam kos kosan kecil, dan ayah, dia sudah menikah lagi dengan seorang mak lampir, penyihir, tukang nyinyir, atau apalah itu, dia tidak suka dengan ku dan begitu pun sebaliknya.

"Fan" suara indah membuyarkan lamunanku

"Kenapa?"

"Di panggil di ruang kepsek sekarang"

"Iya" balas ku lalu meninggalkan kelas menuju ruang kepsek

Itu andre, sedang melangkah dengan kaki jenjangnya menuju ke arah ku, ralat, mungkin arah yang berlawanan dengan ku, aku menatap nya, dan mata kami bertemu, wajah nya tetap datar, seperti sebelumnya, dia tak menyapa saat kami sudah berpapasan.

Kenapa hati ku jadi nyeri begini saat dia berlaku seperti ini, seharusnya biasa saja kan, dia saja tidak pernah perotes saat aku judes dengan nya dulu, lalu kenapa aku harus mempermasalahkannya, ah ayolah Fannia, harus bisa saja, ini semua berawal dari rasa bersalah dan nyaman karena terbiasa, jadi pasti nanti aku akan terbiasa sendiri andre bersikap begini kepada ku, toh dia juga bukan siapa siapa.

"Bapak manggil saya?" Ujarku sambil menyembul setengah badan di pintu ruangan, ku lihat kepsek yang sedang menata beberapa file, mejanya penuh dengan kertas kertas penting.

"Eh fannia, silahkan masuk" ucapnya tertegun melihat ku menyembul di balik pintu ruangan kebesaran nya.

"Kamu duduk dulu, sebentar lagi papa kamu datang" deg. Papa?, Itu maksudnya ayah kan?, Mau ngapain lagi orang itu, pasti memerahku lagi, anak tiri nya itu benar benar merepotkan, selalu saja mengganggu ku hidup tenang, bahkan setelah mengisap darah ku dia tidak memberikan serupiah pun uang, jangan kan untuk sekedar upah, kewajiban membiayai hidup ku saja tidak.

Baru saja ingin kabur dari ruangan ini, sepasang suami istri yang paling ku benci datang, sial nya kepsek dengan ramah nya menyuruh mereka duduk bergabung dengan kami.

"Kamu tidak mau menyalami orang tua kamu?" Tanya kepsek setelah menyalami mereka ramah penuh basa basi, sementara aku masih menatap benci dan jijik kepada suami istri yang berdiri angkuh di depan ku itu.

"Biarkan saja, dia memang anak tidak tau diri, tidak tau tata krama" ucap si suami sombong, aku makin benci, yang benar saja dia bicara begitu, tidak akan ku salami meski dia orang tua ku, toh dia juga yang telah membuat hidup ku seperti ini.

KLASSIKAL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang