Di dalam taksi. Hening. Hanya ada suara jalanan yang ramai di jam jam seperti ini.
Fannia dengan big box pizza di sampingnya merogoh sligbag saat terdengar suara dari ponsel.
Terpampang nama Michelle. Dia langsung menempelkan benda itu ke telinga nya.
"Hallo"
"Kak, ada waktu nggak kalo sekarang?"
"Lo lagi di mana?" Pertanyaan di balas dengan pertanyaan, hmm itulah kebiasaan Fannia yang tak pernah dia sadari, menurut nya itu biasa.
"Ada di rumah kak"
"Ke apart gue keberatan gak?"
"Sekarang?"
"Nanti malem juga boleh"
"Sekarang kan udah malem"
"Masih magrib"
"Iya deh masih magrib"
"Jadi lo mau ke apart gue kapan?"
"Sekarang aja deh, kebetulan mama papa mau pergi juga soalnya"
"Oke, gue lagi di jalan, rada macet dikit. Kalo lo udah sampek duluan tungguin aja depan pintu ya"
"Oke deh"
Setelah itu kembali lagi seperti semula. Fannia yang melamun menatap jalan dan pak supir yang fokus menyetir.
17 menit kemudian fannia sampai di apartemen nya yang sangat sangat bersih dan kinclong syekalee.
Maklum saja walau pemalas dia hobi bersih bersih, dia suka jijik dan gerah saat melihat sesuatu yang berantakan.
Beberapa menit kemudian Fannia sudah siap dengan piyama tidur navy polos nya dan beberapa film dan tentunya pizza di meja ruang tv nya.
Sekrang saja dia sedang menunggu si tamu pertama nya yang ia percayai untuk bisa masuk ke apartemen milik nya.
Fannia belum menyentuh kotak pizza nya meski lapar, dan dia juga tidak menyalakan tv di depan nya.
Dia masih menunggu sang tamu sambil membaca kamus bahasa Mandarin yang entah sejak kapan dia telah membeli kamus itu tapi baru sekarang di sentuh nya.
Bel apartemen nya berbunyi. Itu pasti sang tamu Undangan, tanpa ragu Fannia membuka pintu.
Dan... Andre? Kenapa Andre di sini, apalagi bersama indah! Apa apaan ini, oh tuhan sengajakah kau membuat takdir yang seperti ini?
"Kalian ngapain ke sini?" Tentu bukan nada yang bersahabat untuk di dengar, tapi itulah salah satu sisi Fannia
"Emang nya kenapa?, Nggak boleh?" Fannia sedikit mengernyit dengan jawaban Indah yang nada nya terdengar kurang bersahabat juga itu.
"Terserah, tapi gue nggak masukin tamu yang nggak gue undang ke dalem apart soalnya" balas Fannia santai
Indah dan Andre saling menatap. Bisa bisanya anak ini, hmm tak patut.
"Oh, kenapa?" Tanya Andre sedikit sarkas.
"Lo nggak perlu tau"
"Yaudah lah terserah lo deh Fan"
"Ke sini mau ngapain?" Tanya Fannia lagi.
Dia tidak suka berurusan lama lama dengan orang yang gaya ngomong nya menghampiri songong seperti ini, tapi Fannia pun juga judes.
"Nih, dompet lo ketinggalan di kursi tadi" ucap andre akhirnya sambil menyodorkan dompet Fannia
"Oh, makasih" katanya sambil mengambil dompet.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLASSIKAL (HIATUS)
Teen FictionBaca aja dulu Kalo nggak coba, kamu gabakal tau gimananya:)