"Apa kau yakin kau akan baik-baik saja?" Luhan kembali menanyakan pertanyaan yang sama tersebut untuk yang kesekian kalinya, membuat Kyungsoo mulai muak.
"Jika kau bertanya lagi mengenai hal tersebut, ku yakinkan kau tak akan bisa menghadiri acara fashion show tersebut, dan juga fashion show fashion show lainnya untuk beberapa bulan mendatang"
Luhan menghela nafas nya kesal atas ancaman yang dilontarkan Kyungsoo.
"Jika kau mau mendengarkan nasehat dokter tersebut dan beristirahat dirumah sakit untuk malam ini, aku tak akan mengganggu mu terus menerus, Do Kyungsoo. Kau pikir aku senang melakukan ini semua? Hmphhh!!"
Kyungsoo menghela nafas malas dan memutuskan untuk tak mempedulikan ucapan sahabatnya tersebut, dan lanjut berjalan kearah mobilnya dimana dapat dilihatnya supir pribadinya sudah berdiri menunggu kehadirannya.
"Pulanglah, Lu. Aku baik-baik saja" ucap Kyungsoo kemudian, sambil melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobilnya yang terasa hangat. Dan tentu saja, Luhan tak mungkin menyerah semudah itu.
"Kalau begitu berjanji lah kau akan segera menghubungi ku jika ada masalah" Luhan berkata penuh penekanan, sambil tangan nya menahan pintu mobil agar Kyungsoo tak bisa langsung menutupnya.
"Jangan melihat ku seperti itu, Kyung" Luhan berucap dengan tatapan sinis pada Kyungsoo.
"Berjanji lah, dan kau akan pulang sekarang. Atau kau ingin aku ikut pulang bersama mu dan akan mengganggu mu semalaman ini?"
"Oke, fine Lu!" Kyungsoo akhirnya menyerah.
"Aku akan segera menghubungi mu ketika aku sekarat. Happy now?" ucap Kyungsoo, penuh sindiran.
Kemudian Kyungsoo melepas genggaman tangan Luhan di pintu mobil tersebut, lalu menutup pintu mobil dengan segera.
"Drive. Now" ucapnya kemudian kepada supirnya yang telah duduk di bangku kemudi.
"Ya, Do Kyungsoo!!" Kyungsoo masih bisa mendengar samar suara Luhan yang berteriak kepadanya. Kyungsoo tak begitu heran, Luhan memang seperti itu, dan tak ada yang dapat menghentikannya. Namun walaupun begitu, ia selalu merasa beruntung karena memiliki Luhan di dalam hidupnya. Mungkin hidupnya akan terlalu sunyi dan sepi jika tak ada Luhan di sampingnya.
Kyungsoo kemudian membuka tas nya untuk kemudian mengambil ponsel yang disimpannya di dalam tas sebelumnya. Setelah meng-unlock ponselnya, dapat dilihatnya begitu banyak panggilan tak terjawab dari kedua orang tuanya. Langsung dirinya menghela nafas, karena menyadari betapa khawatir pastinya Appa dan Omma nya atas apa yang terjadi hari ini, mereka pastilah telah mendengar dan melihat berita tersebut.
Namun sebelum memutuskan untuk menelepon kedua orang tua nya balik, Kyungsoo harus menyelesaikan urusan lain yang tampaknya lebih penting untuk ditangani saat ini. Dibawanya jemari nya untuk menekan speed dial pada nomer 5 di ponsel nya dan menunggu orang tersebut untuk mengangkat panggilan darinya.
"Selamat malam Sajangnim" suara Jongdae, pengacara perusahaannya terdengar.
"Jongdae-ah, aku ingin kau melakukan sesuatu untuk ku" ucapnya sambil tatapan nya menatap kosong pada pemandangan kota Seoul di malam hari melalui kaca jendela mobil.
"Apa itu, Sajangnim?"
Kyungsoo menghela nafas lelah dan berkata,
"Tarik semua tuntutan terhadap gadis-gadis itu, dan katakan kepada pihak kepolisian untuk segera melepaskan mereka" hal ini adalah hal terakhir yang bisa dilakukannya untuk Chanyeol. Meskipun pria itu tak pernah mengetahuinya, Kyungsoo sadar bahwa dirinya telah melakukan begitu banyak kesalahan terhadap pria tersebut dan apapun yang dilakukannya, kesalahan itu tak mungkin hilang.
YOU ARE READING
The Last Lie
FanfictionTidak penting seberapa banyak kebohongan lagi yang akan kusampaikan, asal kau tak pernah tau mengenai kebenaran sesungguhnya di balik semua ini _DKS Bagaimana bisa aku tak membencimu?? Jika kau bahkan tak pernah memberiku alasan untuk dapat mencinta...