Chanyeol tak heran ketika ia terbangun keesokan paginya, tak ditemukannya lagi Kyungsoo berada dalam pelukan nya. Meskipun hal tersebut membuat seolah ada yang hilang dan terasa aneh, namun baginya lebih baik seperti ini. Dengan begitu, mereka berdua tak perlu merasa canggung saat menyadari bahwa semalaman ini mereka habiskan dalam keadaan saling berpelukan. Lagi pula hal itu juga tak akan menyelesaikan permasalahan diantara mereka, malah akan semakin memperkeruh suasana. Mereka masih tetap saling menjadi racun, dan Chanyeol tentunya masih membenci wanita. Paling tidak ia membenci sosok Do Kyungsoo yang 'ia tahu'.
Disingkapkan nya selimut yang membungkus tubuhnya dan mencoba beranjak dari sofa besar tersebut. Entah bagaimana, dia sadar bahwa Kyungsoo lah orang tang telah membawakan dan menggunakan selimut tersebut di tubuhnya. Chanyeol mencoba meregang kan otot-otot tubuhnya sebelum beranjak melangkah menuju ruang makan, dimana ia harap akan ditemukannya Kyungsoo duduk sambil memakan sarapan nya. Namun, hanya Shin Ahjumma yang dilihatnya berdiri di counter dapur yang sedang menuangkan jus jeruk ke dalam teko.
"Selamat pagi, Tuan muda" wanita itu memberikan salam pada Chanyeol.
"Apakah Anda ingin sarapan sekarang?"
"Tidak, aku akan mandi dulu, lalu makan setelahnya" ucap Chanyeol sambil kemudian berbalik ingin menuju kamarnya.
"Tuan muda?" panggil Shin Ahjumma kembali, membuat langkah Chanyeol berhenti dan kembali membalikkan tubuhnya untuk menghadap kearah Shin Ahjumma.
"Apa yang ingin Anda makan untuk sarapan?"
"Huh?" Chanyeol merasa bingung, karena selama enam bulan hidup dirumah ini, tak pernah sekalipun ia harus menjawab pertanyaan semacam ini.
Shin Ahjumma tersenyum canggung melihat wajah Chanyeol yang terlihat bingung.
"Sepertinya Tuan muda tidak begitu menyukai spaghetti kimchi yang saya masak sebelumnya. Jadi saya berfikir mungkin Tuan muda ingin memakan makanan yang lain?"
Chanyeol tak lagi begitu terkejut akan fakta ini. Namun sebagian dari hatinya terasa aneh menyadari fakta bahwa saat ini Do Kyungsoo tak ingin lagi memasak untuknya. Jika dulu mereka berdiri di belahan bumi yang saling bertolak belakang, kini seolah mereka berada dalam semesta yang berbeda yang memisahkan mereka dan tidak ada diantara mereka yang mau memangkas jarak pemisah itu, bahkan malah semakin berjalan menjauh. Chanyeol telah menduga hal ini akan terjadi.
"Apa saja, Ahjumma" ucapnya.
Namun mengapa suaranya terasa berat mengatakan itu?
##### The Last Lie #####
Suara ketukan dari kuku dan permukaan mengilat meja terdengar di ruang kerja Kyungsoo. Sudah setengah jam lebih ia terus mengetuk kan jemari nya ke permukaan meja tersebut, sambil tangan satunya menopang kepalanya bertumpu. Tatapan nya kosong menghadap lantai yang berada di depan meja nya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Menghela nafas panjang dirinya kemudian, karena tak kunjung ditemukannya jawaban bahkan setelah memaksa otaknya berfikir seharian ini.
Jemari nya kemudian berhenti mengetuk meja tersebut, dan dibawanya jemari itu menyisir permukaan rambutnya, sambil menghela nafas berat lagi. Semua permasalahan nya semakin rumit saat ini dan dia tak memiliki solusi untuk permasalahan itu saat ini. Dia seharusnya tak perlu memperlihatkan emosi nya dihadapan pria itu seperti malam kemarin. Dia adalah wanita hebat dan kuat yang telah bersusah payah membangun tameng kokoh untuk melindungi hati dan perasaannya. Dia telah berhasil mengurung mimpi-mimpi buruknya dan kenangan pahit tersebut di dalam tameng tersebut berharap tak akan ada yang mampu menemukan dan menggali mimpi-mimpi buruk dan kenangan pahit yang selalu mampu membuatnya bergidik jijik, monster dalam dirinya. Akan berimbas terhadap banyak hal jika ada yang berhasil melepaskan monster tersebut. Orang-orang yang dicintainya akan terluka akan fakta yang telah ia coba untuk kubur selama ini.
YOU ARE READING
The Last Lie
FanfictionTidak penting seberapa banyak kebohongan lagi yang akan kusampaikan, asal kau tak pernah tau mengenai kebenaran sesungguhnya di balik semua ini _DKS Bagaimana bisa aku tak membencimu?? Jika kau bahkan tak pernah memberiku alasan untuk dapat mencinta...