Chapter [01]

1.9K 112 8
                                    

Wiuw wiuw wiuw..

Suara antara Sirine mobil ambulance dengan mobil polisi saling beriringan ditengah ramainya kota Seoul. Bagaimana tidak barusan terjadi sebuah tabrakan antara mobil pribadi dengan bus kota. Banyak korban jiwa yang diakibatkan karena bus terbalik cukup hebat.

Bahkan sekarang Rumah sakit Seoul kini dipenuhi oleh semua kerabat yang datang untuk melihat keluarga yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Beragam tangis dan rasa lega yang memenuhi rumah sakit tersebut pada tengah malam hari itu.

Seperti halnya kini seorang yeoja yang terbaring lemah di ranjang pasien dengan berbagai peralatan medis yang ada pada dirinya. Lee Jieun, dia merupakan penumpang mobil pribadi terlebih dia adalah korban dari tabrakan bus. Isak tangis terdengar ketika pintu ruang rawat terbuka, Eommanya sangat terpukul melihat anaknya terbaring lemah. Tak hanya eommanya, bahkan Appa dan Oppanyapun hanya bisa berdo'a untuk kesedaran Jieun.

Disisi lain ruangan tak jauh beda dari ruang sebelumnya. Terdengar isakan , dari keluarga korban. Sang ibu hanya menggenggam tangan dia kuat sambari mengusap pelan surai hitamnya.

---

Perlahan mata dengan bulu lentik itu terbuka, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan. Dilihatnya langit langit , berwarna putih. Kepalanya sungguh berat, badannya terasa kaku dan sakit, ia hanya bisa menggerakkan matanya untuk melihat sekitar.

Cklek

Matanya menangkap sosok anak kecil dengan rambut sepinggang keluar dari kamar mandi. Mata anak kecil itu membulat sempurna ketika ia melihat bahwa kakaknya telah sadar.

"Eoh?! Eonni kau sudah sadar? Mana yang sakit? Aku akan panggil eomma dan dokter." ujarnya sangat semangat, lantas ia berlari keluar.

Anak kecil berumur 9 tahun itu sungguh tak kenal malu. Ia bahkan berani memanggil dokter sendiri. Sebegitu sayangkah dia pada kakaknya.

"Tunggu bukankah.. Aku tak punya adik perempuan?" monolognya dalam hati, tak lama dokter dan suster datang diikuti anak kecil tadi dan wanita paruh baya dengan raut amat khawatir.

"Eum.. Apa kau merasakan sesuatu Kim Jiwon seperti sakit kepala apa bagaimana?" tanya dokter itu sambari memeriksa Jiwon.

Jiwon? Kim Jiwon? Tunggu! Aku Lee Jieun bukan Kim Jiwon!

Jiwon hanya diam tak mengerti situasi disekitarnya bagaimana bisa dia disebut Kim Jiwon. Padahal dirinya adalah Lee Jieun. Lantas siapa wanita paruh baya itu dan anak kecil itu.

"Dokter apa terjadi sesuatu dengan anakku? Kenapa dia hanya diam saja?"
Tanyanya dengan raut wajah amat khawatir. Dokter menghela nafas pelan.

"Nyonya aku sungguh bingung, awalnya aku tak mengira bahwa dia tak akan mengingat. Dia sepertinya hilang ingatan. Ada benturan cukup keras dikepalanya aku awalnya hanya menduga hilang ingatan kecil namun sepertinya akan lama." jelas sang dokter. Tentu saja nyonya Kim sangat terpukul atas keterangan dokter. Bahkan ia tak menyangka bahwa ini akan terjadi pada anaknya.

"Nyonya tak perlu khawatir , nyonya hanya perlu memberikan ingatan ingatan kecil agar ia bisa mengingat." ujar sang dokter yang kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Nyonya Kim dan putri kecilnya kini duduk dibangku samping ranjang Jiwon. Ia tersenyum namun meneteskan airmata. Ia menggenggam erat tangan putrinya.

"Mau kau tak mengingatku tak apa. Tapi perlu kau tau aku eommamu satu satunya yang menyayangimu. Kau anakku mengerti? Kau anakku." ujarnya sambari mengusap kepala Jiwon lembut. Jiwon tersenyum mengangguk.

"Eonni cepatlah sembuh aku ingin berdebat denganmu lagi. Heheh.. Aku Kim Jinra adik kesayanganmu."

Jadi tuhan telah mengabulkan doaku? Lalu dimana pemilik tubuh ini?

---

Tit tit tit

Bunyi beberapa peralatan medis memenuhi ruangan pasien yang terbilang ini adalah sebuah ruang rawat VVIP. Bahkan jauh dari kebisingan karena memang terletak dilantai atas.

Seorang namja yang menenteng kantong plastik menghela nafas berat tatkala melihat ibunya tertidur sambari mengenggam putrinya. Lantas ia menghampiri sang ibu dan membangunkannya.

"Eomma bangun. Eomma harus makan, dari tadi malam eomma belum makan." ujarnya.

Sang ibu terbangun, ia menggeleng lemah pertanda tak ingin. "Bagaimana aku bisa makan jika anakku juga tak makan?"

"Eomma jangan seperti ini Seungri janji Jieun akan bangun. Kau tahukan aku dokter terhebat disini. Percayakan padaku. Aku tak ingin jika eomma juga sakit." ujar Seungri , Lee Seungri adalah kakak Lee Jieun yang berprofesi sebagai dokter disitu. Dia adalah dokter terbaik di rumah sakit itu.

"Eomma bukan eomma yang baik. Eomma tak bisa menjaga adikmu. Eomma terus saja sibuk seungri-ah.. Maafkan eomma.."

"Ssttt sudah eomma. Jangan bicara yang tidak tidak. Sekarang makanlah ne?" Ny. Lee mengangguk ia makan dengan disuapi sang putranya.

Kedua orang tua Seungri dan Jieun sangatlah sibuk terlebih bisnisnya berkembang dimana mana membuat mereka tak sempat menyalurkan kasih sayangnya pada anak anak mereka. Terlebih putrinya, ia sering mengeluh sendiri, kesepian mengingat Seungri juga sibuk bekerja sebagai dokter. Alhasil Lee Jieun hanya tinggal sendiri dengan pembantunya.

Cklek

Kedua orang itu menoleh ketika melihat seseorang yang membuka pintu. Seorang namja berberawakan tak terlalu tinggi, berkulit putih dengan mata yang sipit, juga bibirnya tipis menampakkan sebuah senyum kepada mereka berdua. Namja berambut hitam kebiruan itu menunduk memberi hormat. Terdapat tatto di bagian leherny.

"Maaf aku baru datang." ujarnya kini berjalan menghampiri Seungri dan Ny. Lee.

"Tidak papa Jiyong Hyung, terima kasih sudah datang." kata Seungri sambari tersenyum.

"Eommonim dan kau pulanglah dulu aku akan menjaga Jieun. Kalian pasti lelah." kata pria bernama lengkap Kwon Jiyong.

"Iya eomma sebaiknya eomma pulang dulu nanti sore kita kesini lagi. Eomma harus istirahat."

"Memangnya tak mengapa?" tanya Ny. Lee kepada Jiyong.

"Tidak papa. Aku akan menjaga Jieun." kata jiyong meyakinkan ny. Lee yang tampak ragu. Namun pada akhirnya ny. Lee mengangguk setuju.

"Baiklah jaga putriku. Jika ada apa apa kau hubungi aku?" Jiyong mengangguk.

"Jaga adikku Jiyong hyung." pesan Seungri menepuk pundak Jiyong lalu melenggang pergi.

Sepergi mereka berdua Jiyong menatap wanita yang kini tengah terbaring lemah nanar. Ia merasa dadanya benar benar sesak melihat gadis kecilnya tidur dengan damainya. Ia lalu duduk dikursi samping ranjangnya. Menggenggam tangan kecilnya dengan lembut, mengusap dengan ibu jarinya. Mengecup pelan punggung tangan Jieun.

Lantas ia bergumam,"Maafkan aku Jieun."

---

Tbc

kyaaa aku bikin Kwon Jiyong wkwk. Bias tersayang baru sekarang aku buat dirimu.

voment juseyo

956; August, 2018

[Different Personality] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang