Chapter [23]

270 42 12
                                    

Namjoon menyambar jaketnya asal ketika surat perintah itu ditolak ia langsung pergi menemui atasannya. Ia kesal mengenai hal ini, waktunya sudah hampir habis. Jika dia tidak dengan segera menangkap Lee Gunmo maka secara otomatis kasus ini ditutup.

Sampai diruangan Namjoon membungkuk sekilas ketika berhadapan dengan kepala polisi yang kini menatapnya sama-sama terasa angkuh dan tajam.

"Kenapa Surat Penangkapannya ditolak, Pak?" tanya Namjoon to the point.

Kepala polisi itu melunakkan tatapannya, ia menghela nafas panjang,"Bukankah alasanku cukup jelas Namjoon?"

"Tapi pak, semuanya terhubung dengan masa lalu mereka. Kematian Suami Song Harin? Yu Raena dan suaminya? Kenapa Anda menolaknya?" masih ingat namjoon adalah kepala bagian tindak kriminal yang cerdas bahkan para petinggi polisi mengakuinya hanya Namjoon mungkin sedikit gegabah.

Kepala polisi itu lantas berdiri dari duduknya, "Namjoon.. Aku tahu kau benar-benar ingin kasus ini selesai.. Tapi kau bahkan belum mempunyai bukti yang kuat,  itu masih dalam segala asumsimu sekalipun itu masuk akal kita tidak boleh gegabah Joon." ujarnya lembut.

Namjoon menghela nafas kasar, "Baik aku paham. Beri aku waktu seminggu lagi, aku akan membuktikan jika asumsiku benar,"

"Tidak bisa."

"Pak, tolonglah. Setelah anda mengetahui asumsiku yang lumayan masuk akal ini anda tetap menolaknya? Bagaimana jika ada korban lagi? Kenapa ? Apa anda tidak penasaran dengan semuanya? Kenapa tidak menyelidiki ulang."

Kepala polisi itu tampak berfikir ia juga ingin tahu sebenarnya tapi bagaimana? Para petinggi bahkan tidak mau mendengarkan, mereka ingin kasus ini selesai untuk kasus kecil biasa. Tapi apa yang si cerdas ini temukan, ia benar-benar menggali sangat dalam.

"Akan ku pertimbangakan. Aku akan mengabarimu jika permintaanmu diterima. Carilah bukti Joon jangan gegabah."

Namjoon menghela nafas berat, ia mengangguk lalu pamit untuk keluar ruangan kepala polisi.

Ia berjalan gontai , sedikit lagi kenapa terasa sangat sulit. Dia berjanji akan menangkap Gunmo. Namjoon mengusap wajahnya kasar ,"Tunggu aku Nari. Aku pasti akan menangkapnya." gumam Namjoon.

Drttt drtt drtt

Eomma

"Iya eomma?" jawab Namjoon dengan tidak semangat.

"Kenapa putra eomma tidak semangat begitu hm? Ada sesuatu?"

Namjoon keluar dari kantor dan memasuki mobilnya.

"Aku dalam jalan buntu." Jawab Namjoon dengan putus asa. Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Ingin eomma bantu?"

Namjoon terkekeh, "Aku tidak menolak. Tapi sebaiknya eomma tidak usah ikut campur dalam pekerjaanku."

"Ck kau ini. Hey Joon,  tanyakan pada Kwon Jiyong. Dia tahu segalanya. Juga ayah Kim Jiwon."

Namjoon menegakkan tubuhnya, "Mereka tahu semua?"

"Entahlah, eomma hanya punya firasat seperti itu. Ya sudah jangan lupa istirahat dan makan ya sayang. Kau akan berhasil, eomma mendoakanmu."

"Terimakasih eomma aku menyayangimu." Setelah mematikan telfon Namjoon langsung bergegas pergi menemui Eunhyuk, ia akan bertanya kejelasannya semua agar tak salah ketika menemui Kwon Jiyong nantinya.

...

Song Mino, pria itu berbaring menatap langit-langit. Setelah kepergian Jiyong yang tanpa pamit ia menghela nafas kasar. Bayang-bayang masa lalu yang indah kini berkeliaran di pikirannya. Ia merindukan masa-masa itu.

[Different Personality] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang