Chapter [10]

417 60 22
                                    

Sedari pria yang mengemudi itu terus diam. Sesekali matanya melirik wanita yang duduk di sebelah kanannya dengan rasa antara bingung, khawatir. Melihat wanita itu terus menatap kosong lurus kedepan.

"Kau baik-baik saja?" ucapnya memecah keheningan yang menyelimuti suasana dalam mobil.

Kim Jiwon menoleh sebentar lalu mengangguk. Helaan nafas berat terdengar dari pria bermarga Song itu, ia belum puas akan jawaban yang Jiwon berikan. Tapi apa boleh buat itu bukan haknya untuk tahu, hanya saja ia sangat bersedia jika Jiwon dengan senang hati menceritakan.

"Aku lebih senang Jiwon yang cerewet seperti bebek." ujarnya tiba-tiba tanpa memalingkan wajahnya ke wanita itu, satu sudut bibirnya tertarik menyunggingkan sebuah senyum.

Jiwon menoleh cepat lalu mendengus, "Dan kau seperti pak tua pemilik bebek itu." yang akhirnya Jiwon ikut tersenyum.

Mino mendelik tak suka, "Ya! Aku tampan tau."

"Siapa yang bilang jelek, pabo!!"

"Eoh. Kau mengakui bahwa diriku tampan."

"Memang," jawab Jiwon enteng. "Tapi barusan. Setelah ini dan seterusnya tidak lagi." kekeh Jiwon dibalas dengan dengusan Mino.

Mereka kembali terdiam, Mino yang fokus ke arah jalan dan Jiwon yang menatap luar jendela. Ada rasa bimbang menyelimuti hatinya, mengingat sederet perkataan Namjoon yang mau tak mau membuatnya berfikir keras. Apakah iya dia harus mengambil penawaran Namjoon? Tidakkah terlalu cepat.

"Mino-ya?" panggil Jiwon. Mino berdehem pelan menanggapi.

"Kau percaya magic?" tanya Jiwon membuat atensi pria itu berpaling sejenak. Dahinya mengrenyit.

"Maksudmu?"

"Ya Magic.. Seperti hal ajaib atau sihir. Yang kemungkinan tak ada di dunia ini."

"Jika tak ada di dunia kenapa kau percaya?" tanya Mino balik dengan nada terheran.

"Tidak! hanya saja aku bertanya padamu kau percaya tidak? Jika tidak ya sudah!" kata Jiwon memberengut kesal.

Ia hanya ingin tanya pendapat tentang hal itu tapi kenapa malah jawaban Mino berikan terdengar mengesalkan di telinga Jiwon. Jika seperti ini Mino juga tak bisa berbuat apapun, yang ada ia hanya menghela nafas berat, sekalipun ia menilai Kim Jiwon itu wanita tak terlalu rumit. Wanita tetaplah wanita, kadang rumit tiba-tiba. Dan berakhir posisinya serba salah. Akhirnya ia memilih diam dan kembali fokus ke jalanan.

"Hmm.. Menurutku sih kalau keajaiban aku percaya, apalagi dari Tuhan. Tapi jika seperti sihir aku kurang percaya." ucap Mino membuat jiwon kembali termangu.

Haruskah? Tanya Jiwon dalam hati.

Tak butuh waktu lama mobil Mino kini terparkir manis di depan rumah Jiwon, namun wanita itu masih betah berdiam ditempat. Menimang-nimang sebuah perkataan Namjoon tadi.

"Kau masih ingin melamun? Jika iya maka di rumahmu saja. Jujur aku lelah hari ini." celetuk Mino yang di balas lirikan tajam.

"Aku ingin kerumahmu." final Jiwon tiba-tiba membuka pintu mobil dan berjalan ke rumah Mino.

"Yak! Aku lelah Kim!! Astaga gadis itu!!" dumal Mino menggerutu sebal. Mau tak mau ia menghidupkan kembali mesinnya dan memarkirkan mobilnya.

Bibir Mino mencebik kesal melihat presensi wanita bermarga Kim yang sudah berdiri tanpa dosa. Mino menghela nafas beratnya kemudian turun dan mengunci mobilnya. Dengan gerakan malas ia membuka pintu rumahnya di susul Jiwom yang tiba - tiba menyelonong masuk dan langsung membanting tubuhnya di sofa kesayangan Mino. Bagaimanapun sofa panjang tunggal yang berbeda diantara sofa lainnya adalah kesayangan Mino, selain menghadap langsung dengan televisi, sofa itu mempunyai daya gravitasi kenyamanan tinggi. Mino lebih bisa terlelap di sofa itu dibanding di kamarnya. Aneh memang.

[Different Personality] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang