Chapter [16]

342 44 16
                                    

Buduah kemarin gua tanya gak ada yg jawab. Gua berbaik hati ngasih pilihan loh ya kemarin . Misal besok gak sesuai ekspektasi kalian jan pada protes loh

happy reading!

Mendadak ada urusan, Lee Junki memilih pamit lebih awal dan tinggallah mereka berdua di sini. Jieun dan Yoora.

Suasana benar-benar canggung, terlebih Yoora juga hanya diam sepeninggal Junki. Bisa Jieun lihat ada raut gelisah terpatri di Yoora. Jieun benar-benar yakin jika ada yang tidak beres dengan semua ini.

Jieun dengarkan aku, jika kau bertemu Yoora atau Junki kumohon kau jangan percaya apa yang mereka katakan. Dan kau tak boleh dekat dengannya.

Sepintas ingatan tentang perkataan Jiyong tempo lalu membuat Jieun bimbang. Berbagai pertanyaan kini bermunculan di benak Jieun. Tidak! Dia harus mengambil sisi tengah, dia mendengarkan perkataan Jiyong tapi belum mempercayai juga mendengarkan perkataan Yoora maupun Junki tapi tetap waspada dan tak mudah mempercayai begitu saja. Mungkin itu pilihan terbaik.

"Yoora-ssi? Kau sakit?" tanya Jieun memecah keheningan. Yoorapun lantas menoleh kearahnya, "Ah sebenarnya aku sangat canggung jika hanya berdiam seperti ini." lanjut Jieun sambari tersenyum kikuk.

Yoora tersenyum dan menggeleng pelan, "Aku baik-baik saja. Ah maaf bagaimana kabarmu sekarang? Saat aku diberitahu kau kecelakaan aku sungguh khawatir dan saat itu aku sedang berada di Singapura jadi tak bisa langsung datang menjengukmu," ucap Yoora menyesal.

Jieun tertawa kikuk, "Tidak papa lagipula kau lihat sendirikan aku sangat sehat sekarang. Ngomong-ngomong terima kasih sudah mengkhawatirkanku." ucap Jieun. Yoorapun mengangguk.

Sial dimana letak kesalahannya, Yoora terlihat baik-baik saja. Batin Jieun.

"Sejujurnya aku bingung harus bagaimana.." Yoora mendunduk sambari meremat jarinya. Pun ,menjadi perhatian Jieun.

"Tunggu dulu Yoora-ssi," potong Jieun. Yoora menoleh menatap Jieun penuh tanya.

"Ya bagaimana ya sebenarnya kau tahukan bagaimana kondisiku, aku hilang ingatan kau pasti tahu itukan? Bagaimana jika kau menceritakan awal pertemanan kita. Jujur saja aku bingung harus bersikap bagaimana, bukankah teman tak ada rasa canggung seperti ini?" ucap Jieun seraya tersenyum kaku. Ada helaan nafas berat keluar dari mulut Yoora tapi seperdetiknya ia mengangguk lagi.

"Tentu, bagaimana jika sambari jalan-jalan keluar?" tawar Yoora.

Jieun menggangguk cepat, "Ide bagus."

°°°

Pria bertato di lehernya itu menyematkan sebatang rokok diantara ke dua jarinya, menyalakan pemantiknya membakar ujung rokok, menyesapnya dalam dan mengeluarkan ke udara membentuk kepulan asap. Menatap lurus ke sungai yang ada di depannya dengan tubuh bersandar di kepala mobil miliknya.

"Woahh kebiasaanmu sungguh tak berubah," ucap seorang pria bertubuh jakung menghampirinya seraya berjalan angkuh dengan tangan yang dimasukkan ke kedua saku celananya.

"Kwon Jiyong." lanjut pria itu.

Jiyong tersenyum miring, ia sudah tahu siapa gerangan yang menghampirinya di sungai Han. Lantas Jiyong menyesap kembali rokoknya beberapa kali lalu mengeluarkan secara berulang. Serasa cukup rokok itu lantas ia buang dan ia injak hingga mati.

Kwon Jiyong menegakkan tubuhnya, memasukkan kedua tangannya ke salam saku celananya, "Dan aku sungguh terkejut dengan kebiasaan barumu, menguntit seseorang apakah menjadi kebiasaanmu yang sekarang?" Jiyong membalikkan tubuhnya dengan masih tersenyum miring menatap tajam pria yang berjarak kurang lebih 3 meter darinya.

[Different Personality] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang