Chapter [05]

512 79 15
                                    

Jieun atau lebih tepatnya Kim Jiwon. Kini memandang langit malam yang dihiasi banyak bintang juga bulan yang mempercantik. Ia kini tengah duduk dibalkon rumahnya sambari mendesah pelan. Beberapa waktu lalu ia sudah bisa pulang dan kondisinya juga lebih membaik.

Semua hal kini berkecamuk didirinya. Seperti sekarang walaupun ada ayah dan ibunya dibawah namun ia merasa kesepian. Seperti putri yang terkurung dalam kastil. Bagaimana tidak, sedari tadi ia kumpul bersama keluarga Lee hanya ada keheningan. Masing masing sibuk dalam dunianya sendiri. Alhasil Jiwon memilih kekamar.

Menjadi kaya seperti ini sungguh tak enak, ia ingin kaya namun juga keluarga harmonis. Ia sungguh merindukan ibunya, suasana sungguh dan ini berbanding terbalik dengan kehidupan dia sebelumnya. Sebenarnya mengapa ia harus bertukar nasib dengan sosok yang tak ia kenal. Ini terlalu merumitkan untuknya.

Jiwon merapatkan mantelnya, suasana mulai terasa dingin namun ia enggan untuk beranjak. Ia bangkit dan berjalan ke pembatas balkon sambari menatap langit dengan lekat, Tiba tiba saja sebuah tangan kekar melingkar diperut Jiwon. Kepalanya bahkan ia taruh ke pundak Jiwon.

Tubuh Jiwon menegang. Jantungnya hampir saja melompat keluar, ingin rasa ia mengumpat namun lidahnya menjadi kelu saat wajah Jiwon begitu sangat dekat dengan Kwon Jiyong

"Kenapa malam malam diluar?" tanyanya dengan nada begitu rendah. Membuat tubuh Jiwon semakin kaku. Suara Kwon Jiyong sungguh errr sexy.

Tak ada jawaban dari Jiwon, lantas Jiyong mengangkat kepalanya menatap Jiwon yang sedari tadi membuang muka lebih tepatnyanmenyembunyikan rona merah yang menjalar dipipinya. Ia sungguh gugup, ia belum terbiasa dengan skinship Jiyong yang ia berikan.

"Lee Jieun?" panggil Jiyong .

Tersadar Jiwon menoleh cepat, "nde?"

"Kau lucu." kekeh Jiyong kini melepaskan pelukannya. Ia duduk disalah satu kursi dibelakangnya.

"Kemarilah." perintah Jiyong, Jiwon masih diam tak bergeming. Jujur saja ia merasa nyaman dan aman didekat Jiyong. Namun dengan segera ia menepis semua itu dan melihat kenyataan bahwa dalam diri Lee Jieun adalah Kim Jiwon. Gadis biasa yang tak pantas bersanding dengan seorang pangeran.

Jiyong menghela nafasnya melihat Jiwon yang tak kunjung menghampirinya, ia menarik tangan Jiwon hingga kini Jiwon duduk dipangkuan Jiyong.

"Eh? Jiyong.." cicitnya.

Jiyong memeluk Jiwon erat, menelenggamkan wajahnya diceruk leher Jiwon. Tak nyaman tentu saja dirasakan Jiwon saat ini. Sebebas inikah Jiyong memeluknya. Tiba tiba mencium pipinya, tapi jika bibir Jiwon belum pernah merasakannya. Eh!

Hening cukup lama kini Jia mencoba bertanya , "Ji.. Ada apa denganmu?"

Jiyong menggeleng pelan, "Aku hanya ingin seperti ini." ujarnya mengeratkan pelukannya. Ia memeluk Jiwon sangat posesif, ada rasa bersalah kini menggeronggoti hatinya. Bahkan ia kini benar benar menyesal akan satu hal.

"Eumm.. Jika ada masalah cerita saja padaku. Aku pendengar yang baik." tak lagi ada rasa takut untuk berbicara dengan Jiyong.

Kau aneh Jieun. Dulu tanpa kau minta aku sudah menceritakan panjang lebar keluh kesahku. Tapi kau tak peduli.

Jiyong mendongakkan wajahnya lalu tersenyum, "Bolehkah?". Jiwon mengangguk mantap.

"Baik.. Sebenarnya masalahku..." raut wajah Jiwon berubah menjadi 100% serius. Bahkan ia menatap tepat pada manik Jiyong lekat.

Jiyong lagi lagi tersenyum, "Aku merindukan ciumanmu." ia tersenyum lebar.

uhuk!

Jangan ditanya Jiwon hampir terjungkal kebelakang mendengar penuturan jiyong teramat vulgar. Kenapa mulutnya sungguh tak tahu malu.

"Yak! Kau pernah dilempar kebawah belum hah?! Dasar byuntae!!!" Jiyong tertawa keras, ia malah lebih mengeratkan pelukannya saat Jiwon meronta ingin lepas. Namun Jiyong tetap saja mengeratkan pelukannya.

"Besok siapkan barangmu kau akan tinggal diapartementku sementara."

Jiwon kembali diam, "Memangnya kenapa? Kenapa harus tinggal bersamamu? Eomma dan Appa mau kemana? Oppa tidak pulang?" tanya nya kemudian.

"Hei hei hei bertanyalah satu satu." balas Jiyong mencubit hidung Jiwon lumayan keras membuat sang empu mengaduh.

"Sakit Ji." keluhnya sambari mengusap hidungnya.

"Eomma dan Appamu akan kembali ke Jerman untuk mengurus beberapa hal. Oppa mu juga ditugaskan keluar kota. Kau tak mungkin tinggal sendiri, aku juga tak mungkin kesini tiap hari." jelasnya.

Seketika raut wajah Jiwon berubah murung, secepat itukah orang tuanya meninggalkan dia, mengapa tak izin saja. Sepenting itukah pekerjaan mereka.

"Apa mereka presiden?" tanya Jiwon dengan menunduk, memainkan jarinya. Matanya sudah memerah.

Jiyong mengrenyit heran namun ia paham maksud gadis didepannya itu, "Kenapa? Kau kecewa hm?" ia menyelipkan anak rambut Jiwon, berniat melihat lebih dekat wajahnya. Ia juga sudah melihat cairan bening itu menetes.

Walaupun dalam dirinya bukanlah Lee Jieun namun sosok Kim Jiwon entah kenapajuga merasakan bagaimana rasanya kesepian. Dan itu sangat menyakitkan. Jika ia berada dirumahnya sekarang pasti tak sesakit ini.

"Aku.. Aku tau jika itu untuk kebaikanku tapi setidaknya bukankah harusnya mereka bersamaku saat ini? Aku membutuhkan mereka saat ini, apa..apa kecelakaanku tidak cukup untuk membuat mereka berada disampingku?" kini pertahanan Jiwon runtuh begitu saja.

Ia tak bisa lagi menahan rasa kecewanya pada orang tuanya. Setidaknya jika mereka bukan orang tua kandungnya melainkan orang tua pemilik tubuh ini, setidaknya ia merasakan kasih sayang dari mereka.

Mengapa dengan mudahnya mereka menitipkan anaknya dengan seseorang yang notabaenya kekasihnya?

Sepercaya itukah mereka dengan Jiyong?

Memang tak ada kerabat lain selain nenek bibi atau siapapun?

Mengapa Jiwon harus seperti ini?

Jiyong mengusap pipi Jiwon pelan, menatap lekat manik hitam miliknya. "Aku tahu.. Aku tahu apa yang kau rasakan wonie. Sudah ya jangan menangis, aku ada disini dan selalu disisimu. Arra? Jadi simpan semua pertanyaanmu dulu."

seakan bisa membaca pikiran Jiwon akhirnya Jiwon hanya mengangguk. Tanpa ragu Jiwon menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jiyong. Menghirup parfum maskulin yang membuat dirinya nyaman. Ia butuh seseorang seperti Jiyong.

Aku bahkan tak mengenal dirimu saat ini. Kau benar benar berbeda. Tapi bagaimanapun itu aku tetap manyayangimu Jieun-ah.

Lee Seungri yang awalnya ingin masuk melihat keadaan adiknya kini mengurungkan niatnya. Ia hanya bisa menghela nafasnya berat.

---

950; Sept,2018

tbc guys
ngehehe

oke keycup manjah dari babang Jiyong :*

[Different Personality] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang