Chapter [31]

459 45 9
                                    

Cuy dari awal gue buat cerita yang tidak masuk akal ini. Jadi kalo endingnya entar gak masuk akal gpp yaa..

Siapin playlist kalian.

Rekomendasi : Last dance - bigbang

Happy reading

Sesampai di koridor dekat ruangan Jiwon, terlihat beberapa orang berada di luar ruangan dengan raut wajah gelisah. Jieun kenal semuanya. Ada ibu-ayah yang saling memeluk menenangkan, kedua sahabat yang memeluk adik Jiwon dan satu orang lagi yang duduk termenung dengan menunduk.

Atensi mereka teralih saat kursi roda itu sampai di hadapan mereka semua, air mata Jieun kembali tak bisa ia bendung, sambari mengusap air matanya kasar Jieun hanya bisa mengucapkan, "Paman... Maafkan aku... hiks..."

"Maafkan aku Paman... Aku menyakiti Jiwon... Hiks..."mendunduk mentap jari yang saling meremat kuat, Jieun tak mampu sekedar mendongakkan kepalanya menatap raut wajah mereka.

"80 volt!"

"Jantungnya semakin melemah.."

"Naikkan!"

"Astaga.. Jiwoniee.. Hiks.. Aku tidak sanggup.." ujar ibu Jiwon menangis di pelukan suaminya.

Jieun menatap pintu kamar VIP 32 dengan nanar. Dia tak bisa membayangkan betapa menyakitkan kim jiwon berjuang bertahan hidup didalam sana.

Kumohon tuhan.. Selamatkan dia.. Aku hanya bisa berharap padamu.. Jiwon kumohon bertahan.. Demi diriku. Demi keluargamu.. Kumohon Jiwon.. Kumohon..

"Detak jantungnya kembali normal dokter Lee!!"

"Pasang semua alat untuk membantunya!"

"Baik!"

Mereka semua bernafas sedikit lega mendengar jantung Jiwon berdetak kembali normal. Lee Jieun pun ikut merasa tenang dan lega, berbeda dengan pria di belakangnya yang ekpresinya sulit diartikan. Tiba-tiba saja Mino berdiri menghampiri Jieun dengan wajah dingin namun tatapannya amat teduh entah sekarang dia merasakan bagaimana.

"Hyung apa aku boleh bicara sebentar dengan Lee Jieun?" tanya Mino pada pria dibelakang Jieun, Kwon Jiyong. Jiyong mengangguk kecil dia melepaskan pegangan pada kursi roda milik Jieun. Dia pun pamit sesaat Mino membawa Jieun ke suatu tempat.

Sesampai di taman rumah sakit tepatnya di depan kolam ikan Mino dan Jieun sama - sama terdiam, belum ada yang memulai pembicaraan diantara mereka. Mereka hanya menatap kosong ikan-ikan yang berenang kesana kemari.

Mino menarik nafasnya panjang, lalu menghembuskannya dengan amat berat. Beban dihatinya entah kenapa sangat berat. Ia bingung sampai kapan beban dihatinya berkurang. Dan semuanya selesai.

"Aku ... Aku akan membicarakan ini denganmu. " Mino menjeda sejenak merangkai berbagai kata agar wanita di depannya itu tidak tersinggung dan sebagainya.

"Aku tahu dan mengerti bagaimana perasaanmu Jieun. Kita menghabiskan waktu yang cukup lama hingga perasaan kita tumbuh dengan sendirinya. Namun, waktu yang kau habiskan bersama Jiyong Hyung dan diriku tidak sebanding. Kau bersama Jiyong hyung lebih lama dariku, kau mencintai Jiyong Hyung. Dan aku adalah adik dari Kwon Jiyong,"

Mino menghela nafas sejenak. Kenapa kenyataan begitu pahit. Disaat dia hampir mencapai kebahagiaan, kenapa harus merelakan kebahagiaannya lagi. Apa dia tidak boleh egois?

Di tempat Jieun sudah terisak, ya dia merasa amat egois menyakiti tiga orang yang ia sayangi sekaligus. Mino memutar kursi rodanya agar Jieun menghadap dirinya, didapati Jieun tengah menunduk meremat jari jemarinya. Berangsur Mino pada akhirnya berjongkok untuk melihat bagaimana wajah wanita cantik didepannya itu. Dengan lembut Mino menghapus air mata Jieun seraya tersenyum getir tentunya.

[Different Personality] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang