Percaya diri adalah bagian hidup
-Lydia
***"ANAK-anak, ulangan kali ini yang nilainya sempurna adalah Lya. Saya mau Lya maju dan semuanya tepuk tangan dan memberikan selamat, karena ini bukan sekali Lya dapat nilai sempurna, tetapi sudah sering jadi kita harus mengapresiasi," jelas Pak Jalu-guru Matematika paling killer dan ngeselin sepanjang masa. Tetapi guru itu bisa luluh sama Lydia yang pintar dan berprestasi.
Ketika nama panggilannya yang khas dipanggil, Lydia langsung beranjak dari kursinya. Seragamnya yang acak-acakan. Menggunakan syal, padahal bukan musim dingin. Antingnya yang bergemerincing sengaja di goyang-goyangkan. Lydia menuju ke depan kelas sambil melambai-lambaikan tangan seperti miss universe kesurupan.
Lydia menarik napas lalu mengembuskannya dan berbicara. "Terima kasih semua," Lydia mengacungkan jempol seraya berbicara layaknya artis yang sudah mendapat bayaran semilyar.
Semua murid hanya diam dan tak acuh dengan sikap Lydia. Semua tau kalau Lydia memiliki penampilan, tingkah laku dan gaya bahasa yang aneh dan berbeda. Lydia selalu ingin menjadi pusat perhatian semua murid. Jadi semua murid sudah terbiasa.
Lyida kembali ke mejanya sambil tersenyum manis dan berjalan anggun. Semua pasang mata kagum dengan kecantikan Lydia dan kepintarannya di bidang akademik.
"Selamat ya Lya. Saya bangga sama kamu. Ayo semua tepuk tangan untuk Lydia .... " Pak Jalu terlihat senang dan bangga mempunyai murid yang pintar. Padahal di kelas cuma Lydia saja yang pintar.
📝📝📝
Bel istirahat berbunyi merdu. Lydia hanya di dalam kelas. Dia tidak suka ke kantin. Lydia melamun memikirkan sesuatu. Padahal dia tidak punya masalah sekecil pun. Tangan kanannya masih menyangga dagunya dan mukanya datar kaya aspal baru jadi.
Seseorang tanpa diundang berdiri tepat di depan Lydia. "Lya, lo lagi ngapain? Kok ngelamun aja," tanya anak dengan poni hampir menutupi mata dan rambutnya yang hitam sebahu. Nama dia Desy.
Lydia mengalihkan pandangannya ke Desy sambil menatapnya dingin. "Eh iya gue sibuk nih. Gue sibuk jadi terkenal hehe," jawab Lydia nyengir.
"Gue pengen deket aja sama lo. Lo juga gak punya temen di kelas. Siapa tau kita akrab."
Lydia mulai serius dan raut wajahnya mulai tidak datar. "Oh,yaudah sini duduk sebelah gue, jangan diri mulu nanti pegel."
"Lya please! Terima gue sebagai temen. Gue menderita banget. Gue kesepian. Gak ada satupun yang mau deketin gue," Lydia tau kalau Desy adalah murid paling underrated. Desy anak kutu buku, mukanya juga mengenaskan. Rambutnya yang aneh dan menggunakan kacamata jengkol bikin ngeselin.
Lydia tersenyum dan ceria. "Yaudah lo boleh jadi temen gue kok. Tapi lo tau kan gue ini populer, jadi kalo ada fans gue, sabar ya."
Desy kegirangan dan loncat-loncat. "Yeay, oke terima kasih Lya. Nih buat lo, gue bawa bekel banyak." Desy mengeluarkan bekalnya yang berisi lauk pauk empat sehat lima sempurna.
"Lo tau gak ada anak baru tuh dari kelas X-6. Mukanya cakep banget. Gue gak tahan."
Lydia yang mau minum langsung menyemburkan airnya ke segala arah. Lydia kalo lagi kaget, memang kaya gitu.
"Siapa? Kok gue baru tau."
"Aduh seragam gue basah nih. Kena semburan lo," Desy mengelap seragamnya yang terkena semburan Lydia.
"Yahh maap, aturan lo menghindar gitu pas gue sembur. Nama anak baru itu siapa?"
"Gak tau sih. Gue penasaran juga soalnya dia ganteng banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lydia (END)
HumorSINOPSIS: Siapa yang tidak mengenal Lydia. Kita bisa sebut dia sebagai artis papan jalan. Penampilan, tingkah laku, dan gaya bahasa yang berbeda membuat tertarik semua orang. Kecantikannya menyilaukan wajah. Kejadian langka dan tidak terduga mempert...