Bingung itu spesies apa?
-Lydia
***
HARI ini Lydia sangat bosan di kelas. Guru lagi rapat semua. Seluruh murid antusias dan heboh, tetapi Lydia malah lemes sendiri kaya kurang darah. Telapak tangannya masih menopang dagunya. Matanya di sayu-sayuin biar kelihatan ngantuk. Bibirnya sengaja manyun untuk menambah kesan sengsara.
Wendi dengan karakternya yang misterius menghampiri Lydia yang masih duduk termenung. "Cantik-cantik ngelamun mulu,"
"Temen gue pada gak suka ngeliat muka cantik lo jadi kusut kaya gitu," kalian taulah teman Wendi itu apa.
"Gue bosen banget Wen," suara Lydia rendah dan tak bernyawa.
Kepala Wendi kalau digambarkan seperti ada bohlam. "Main aja yuk ...." Wendi berbicara sambil memajukan bibirnya.
"Ayo!" Rido yang lagi ngelamun kaget dan ikut-ikutan semangat.
"Hilman! Desy! Yuk main," Rido mengajak Desy yang lagi membaca buku dan Hilman yang lagi menggaruk rambut kribonya.
"Main apa?" tanya Desy.
"Iya main apa?" tanya Hilman masih menggaruk rambutnya.
"Main ABC lima dasar," kata Rido.
"Yaudah deh, dari pada gabut," Lydia masih kurang semangat.
"ABC LIMA DASAR!!!" semua berbicara dengan nada yang kompak. "NAMA HEWAN!!!"
Jumlah jari nya cuma satu berarti huruf A. Mereka langsung memikirkan hewan dari huruf A. Itu mudah banget tapi mereka sok berpikir keras.
"Ayam jantan kampung!" kata Rido
"Anak ayam kampung!" kata Hilman.
"Ayam negeri," kata Desy.
"Ayam betina kampung!" kata Lydia.
"Ayam berwarna!" kata Wendi.
Semua langsung mengacungkan jempol. Ini baru namanya ABC lima dasar yang sesungguhnya.
"NAMA BENDA!!! ABC LIMA DASAR!!!"
Jarinya ada 10 bearti huruf J. Ini seharusnya mudah sekali. Mereka tetap berpikir keras bak ujian nasional. Namanya juga geng aneh, paling suka game yang mainstream improvisasi. Geng aneh ini sering merubah peraturan agar lebih seru.
"Jarum jahit!" teriak Desy.
"Jarum pentul!" teriak Lydia.
"Jarum rajut!" teriak Rido.
"Jarum peniti!" teriak Hilman.
"Jarum jam!" teriak Wendi.
Untuk kali ini semua masih bisa menjawab. Ini masih permulaan. Nanti kalau sudah huruf yang susah pasti semua tidak ada yang jawab.
"NAMA BENDA!!! ABC LIMA DASAR!!!" jarinya ada 20 berarti huruf T.
Mereka berpikir keras lagi. Semuanya mengangguk, karena mendapat pencerahan.
"Tali rafia!" kata Lydia.
"Tali tambang!" kata Wendi.
"Tali pusar!" kata Rido.
"Tali BH!!!" kata Hilman. Walaupun jawabannya bener, semua langsung menggaplok kepala Hilman.
"Tali .... tali ... tali apa ya ..." Desy sudah kehabisan kosakata.
"1 ... 2 ... 3 ..... berarti harus dihukum."
"Hukumannya kita harus bertanya sesuatu," kata Rido. "Dari Lya."
"Lo suka sama siapa?" tanya Lydia.
Desy terkejut dengan pertanyaan Lydia. Desy itu jomblo sejati, mungkin saja Lydia bisa mempertemukan jodohnya, walaupun Lydia juga jomblo akut.
"Gue suka sama—"
"Lya, gue mau lo ke lapangan sekarang," kata Reza yang tiba-tiba muncul, sehingga menyela perkataan Desy.
"Mau ngapain sih?" tanya Lydia kesal.
"Kalo lo berani harus ikut gue ke lapangan. Jangan beraninya dikandang doang," kata Reza.
"Lo mau nantang gue?" bentak Lydia.
Reza langsung melarikan diri ke lapangan. Lydia mengejarnya dengan suasana geram. Reza mau ngajak ribut lagi kayaknya. Kemarin bilang suka, sekarang malah ngajak ribut, maunya apa coba. Semua anak kelas Sepuluh Satu juga ikut mengejarnya.
Reza dan Lydia sudah dipusat lapangan. Semua murid menjadi saksi nyata untuk melihat pertandingan gulat mereka.
Emosi Lydia mulai memuncak. Raut wajahnya merah seperti terbakar. "Lo mau ngajak ribut?"
"Iyaaa!" Balas Reza.
"Gue ingetin sama lo. Gue gak mau berurusan dengan lo. Berhenti urusin hidup gue. Udah ya gue mau balik ke kelas," kata Lydia dingin dan malas memperpanjang.
Reza berlutut ke Lydia. "Lya, Gue suka sama lo sejak pandangan pertama. Izinkan gue mengisi hati lo. Gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?"
"GAKKKKKKKKKKKKK!" teriak Lydia nyaring sampai menembus gendang telinga semua murid.
"Ini buat lo," Reza memberikan sebatang cokelat berukuran besar dengan hiasan pita seperti pemberian Tama kala itu.
Lydia berpikir sejenak dan menjernihkan pikirannya. "Ah, gimana ya?" Lydia tergagap melihat ada cokelat. Siapa yang memberi tahu Reza kalau Lydia sangat suka cokelat.
"Gimana Lya? Jawab lagi. Gue butuh kepastian."
"Ahhh gue gak tau, sini cokelatnya!" Lydia mengambil cokelat dan mengacak-acak rambutnya sambil berlari ke kelas.
Semua murid yang melihat kejadian tadi hanya ternganga. Reza terdiam kaku dan lemas di lapangan. Semuanya mengasihani Reza yang ditolak mentah-mentah di depan umum.
Lydia sebenarnya sangat menyukai cara menyatakan cinta Reza. Tetapi perasaan Lydia sangatlah kosong. Belum ada yang bisa mengisi kekosongan hati Lydia.
Lydia ke tempat duduknya dan memakan cokelatnya. Sungguh suasana yang membingungkan. Pikiran Lydia kacau dan membingungkan. Sebenarnya nyali dan semangat juang Reza patut diacungi jempol. Kenapa Reza bisa muncul tiba-tiba apa keinginannya?
Dikala kegundahan Lydia, Tama datang dengan senyumannya dan air mineral digengamnya. "Nih buat lo."
Lydia malah tambah kebingungan lagi. "Terima kasih, lo liat kejadian tadi?"
"Gak usah dipikirin. Sekarang tenangin dulu diri lo," jawab Tama tenang.
"Yaudah gue ke kelas dulu ya. Jangan dipikirin terus. Bye," sambung Tama.
Lydia meminum air mineralnya dan kembali mengambil cokelatnya di meja. Lydia meraba-raba mejanya, cokelat itu sudah lenyap.
"Terima kasih ya cokelatnya," Tama muncul lagi di pintu menunjukan cokelatnya.
"Cokelat gue!!!! COKELAT!!!! COKELAT!!!" Lydia berteriak sejadi-jadinya dan mengejar Tama.
📝📝📝
TERIMA KASIH YANG SUDAH VOTE DAN KOMENTAR
TERUS BACA CERITANYA
MENURUT KALIAN APA MAUNYA REZA?
![](https://img.wattpad.com/cover/154512231-288-k550601.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lydia (END)
HumorSINOPSIS: Siapa yang tidak mengenal Lydia. Kita bisa sebut dia sebagai artis papan jalan. Penampilan, tingkah laku, dan gaya bahasa yang berbeda membuat tertarik semua orang. Kecantikannya menyilaukan wajah. Kejadian langka dan tidak terduga mempert...