Lydia sempat curhat dengan Lina tentang Ibu Tama yang menyakiti hatinya. Lina tentu saja tidak terima anak satu-satunya disakiti. Akhirnya Lina memutuskan untuk berhenti dari kerjanya di perkebunan, meneruskan usaha gorengannya.
Untuk menghilangkan kesedihan, Lina mengajak Lydia ke Mall untuk membeli baju baru yang pantas untuk Lydia. Lydia senang bisa ke Mall hari ini.
Mereka memasuki Mall. Lina dan Lydia terlihat sangat senang. Mereka melihat-lihat semua yang terjual di Mall. Mereka melihat harga-harga aksesoris yang terpampang di tempat.
"Masa harga dompet kaya gitu 500 ribu. Mahal banget ya. Di pasar itu harganya 50 ribu. Pemerasan itu namanya," kata Lina sambil memegang dompet dengan harga mahal.
"Namanya juga beda level Bu, ini tempat jual beli orang kaya," kata Lydia sambil tertawa. Tetapi Lydia mulai murung dengan kata 'beda kelas'
"Kita beli makanan yuk. Mahal-mahal bajunya mending beli di pasar aja," kata Lina sambil menyeret Lydia.
Tetapi tanpa disadari Lina menabrak wanita di depannya. "Maaf saya tidak lihat."
"Lina, Lydia ngapain kalian ke Mall?" tanya wanita paruh baya dengan penampilan nyentrik ala kelas atas.
"Saya ingin menyenangkan anak saya yang habis disakiti. Oh iya ngomong-ngomong terima kasih saya udah diberi kesempatan kerja di tempat anda selama ini. Tapi saya harus keluar. Dan satu lagi Lydia sudah cerita ke saya tentang anda."
"Bagus kalau begitu. Biar kamu bisa kasih tahu ke Lya. Kalau Lya gak pantes sama anak saya. Mending jauhin aja."
Lina tersenyum di depan Ella. "Ehmm. Oh iya Bu Ella. Asal ibu tahu ya. Ibu sudah melihat Tama bahagia sebagai anak? Sudah melihat Tama senang dengan apa yang ibu kasih? Dan asal ibu tahu kebahagian seorang anak itu dimana orang tuanya sudah memberikan kebahagian seutuhnya. Kebahagian itu bukan diukur dari harta, tapi kebahagian itu adalah kasih sayang."
Lydia ikut tersenyum juga. "Oh iya satu lagi tante. Cinta itu bukan harta. Harta itu bukan segalanya. Saya sudah bahagia ketika Tama memandang saya apa adanya. Tama adalah orang terbaik yang saya temui. Terima kasih tante sudah menciptakan Tama yang sekarang ini."
"Yaudah yuk Bu, Lya laper nih. Kita makan bakso di deket pasar aja. Murah," Lydia menarik Lina sambil bergandengan. Mereka sangat bahagia sebagai ibu dan anak. Mereka tertawa dan bercanda ketika berjalan. Ella hanya menitikan air matanya ketika melihat Lydia dan Lina. Dia tidak pernah merasakan itu dengan Tama sebagai anaknya. Benar kata Lina. Apa kamu sudah bahagia? Apa Tama sudah bahagia?
***
Sebelum berangkat sekolah seperti biasa Tama sarapan bersama Ella dan Chris. Ruang makan terasa terisolasi. Suasana tegang dan tidak ada yang memulai pembicaraan. Tama masih menyantap Sarapannya walaupun malas dengan ibu nya yang sudah kelewat batas. Ella tiba-tiba berhenti makan. Tama dan Chris langsung menatap ke arah Ella."Tama kalau kamu cinta Lya, kejar cinta mu. Ibu tidak akan pernah maksa kamu dengan Fina. Ibu hanya mau kamu bahagia. Maafin ibu yang belum bisa buat hidup kamu bahagia."
Tama hanya terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa. Mengapa Ibunya itu bisa tiba-tiba bisa berubah. "Ibu boleh meluk kamu?" tanya Ella sambil menitikan air mata.
Sambil berpelukan tiba-tiba Tama ikut menitikkan air matanya. Kemana saja ibu selama ini? Tama merindukan ibu yang seperti ini. "Maafin ibu... Maafin..." Ella menangis sesenggukan. Chris sebagai seorang ayah yang dulunya juga egois tiba-tiba mulai sadar juga.
"Maafin ayah juga Tama. Maafin kita sebagai orang tua yang buruk. Ayah akan selalu dukung kamu. Kebahagian kamu kebahagian kita sebagai orang tua," Chris ikut berpelukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lydia (END)
HumorSINOPSIS: Siapa yang tidak mengenal Lydia. Kita bisa sebut dia sebagai artis papan jalan. Penampilan, tingkah laku, dan gaya bahasa yang berbeda membuat tertarik semua orang. Kecantikannya menyilaukan wajah. Kejadian langka dan tidak terduga mempert...