Cinta bersahabatan dengan sedih
-LydiaDUDUK sambil menikmati teh manis dan biskuit cokelat sungguh luar biasa. Menonton televisi di hari Minggu memang paling ditunggu. Lydia tertawa sendiri menonton Doraemon. Apalagi Lydia paling ngakak ketika doraemon dicubit nobita, padahal doraemon robot pasti keras.
Ketika iklan, Lydia mengambil ponselnya yang ia letakkan di sampingnya. Dilihatnya ponselnya, ternyata ada pesan masuk dari Tama. Lydia tersenyum sendiri ketika melihat pesannya.
'Ada acara? Gue mau ngajak lo beli buku. Mau?' 💬Tama
'Gak ada acara hehe. Mau-mau-mau. Kapan?' 💬Lydia.
'Sekarang. Gue mau siap-siap nih' 💬Tama
'Oh oke. Gue siap-siap juga ya' 💬Lydia.
Lydia jingkrak-jingkrak karena akan jalan bareng Tama lagi. Sudah lama sekali tidak nge-date. Lydia teriak-teriak sambil menghambur-hamburkan biskuit seperti salju. Dari kejauhan Ibu Lydia hanya geleng-geleng dan menepuk jidat. Namanya juga remaja kasmaran.
Lydia lari ke kamarnya untuk memilih baju. Lina ikut masuk ke kamar juga ingin membantu Lydia. Lydia mengacak-acak lemarinya sambil senyum tidak jelas.
"Aduh anak ibu, ngapa sih? Bahagia banget," tanya Lina.
"Tama pengen ngajak jalan Bu, oh my god! Lydia rasanya pengen jedotin jidat ke tembok," Lydia menjawab dengan antusias.
"Cie yang lagi suka sama Tama. Yaudah pilih baju yang bagus," kata Lina menggoda.
Lydia berhenti sejenak dan berpikir. "Wait? Apa? Suka sama Tama?"
"Kamu suka sama Tama kan? Ayo jujur...." kata Lina.
"Suka? Suka sama Tama? Iya Bu, hehe....."
Lydia memilih-milih baju sambil berkaca. Semua baju di coba-coba. Dan Lydia menemukan syal lamanya. Rasanya ingin memakai, tetapi itu penampilan dulu. Lydia memeluk syalnya sambil terharu lebay.
Lydia memakai baju putih polos dan celana berbahan. Butuh waktu sejam buat pilih baju, yang dipilih simpel doang. Lydia sudah siap. Lydia memeluk Ibunya kaya teddy bear, saking senangnya.
Pintu rumah sudah ada yang mengetuk, sudah pasti itu Rivan Pratama. Lydia berjalan sambil bersorak-sorak dan membukakan pintu. Tama sudah rapih seperti biasa, dan wajah tampannya juga masih utuh.
Lydia tersenyum malu-malu. "Gue udah siap. Hehe...."
"Yaudah ayo...."
"Kita jalan kaki lagikan?" tanya Lydia.
"Iya jalan kaki. Gue lebih suka jalan kaki. Apalagi bareng lo."
Muka Lydia merah tetapi tidak seperti darah. Hati Lydia seperti loncat-lancat kegirangan. Lydia ternyata juga cewek normal yang bisa mencintai seorang lelaki tampan. Melihat Lydia yang tersenyum sendiri, Tama hanya tersenyum kecil.
Mereka berjalan bersamaan menuju toko buku. Dalam hati Tama pasti ingin menggenggam tangan Lydia apa daya, dia hanya teman saja. Dalam hati Lydia pasti juga ingin menggenggam tangan Tama apa daya, dia hanya teman saja. Sungguh malang nasib mereka, coba saja kalau tidak malu mengungkapkan perasaan pasti sudah jadi pacar.
Mereka terus berjalan tanpa menatap satu sama lain. Lydia berusaha menyimpan malunya dengan melihat tukang gorengan, tukang bakso, dan tukang es disepanjang jalan. Ketika mereka lagi asyiknya menikmati suasana jalan, ada yang mencegahnya. Preman pasar dengan muka sangarnya berusaha menggoda Lydia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lydia (END)
HumorSINOPSIS: Siapa yang tidak mengenal Lydia. Kita bisa sebut dia sebagai artis papan jalan. Penampilan, tingkah laku, dan gaya bahasa yang berbeda membuat tertarik semua orang. Kecantikannya menyilaukan wajah. Kejadian langka dan tidak terduga mempert...