Sambil berjalan,
"Wanita itu baik." Ucap Sua di tengah-tengah keheningan.
"Siapa?"
"Kang Seulgi."
"Ahhh biasa saja. Menurut ku ia munafik. Aku sudah sering menemui wanita sejenis dia. Jadi aku tidak percaya dengan kalimat seperti 'Wanita baik'."
"Cih! Tapi menurut ku ia baik kok."
"Ahhhh sudahlah jangan membicarakan wanita itu!"
"Wae?"
"Entahlah melihat sikapnya tadi saja mengingatkan ku pada mamah."
"Aigoo...sebenci itukah kau dengan mamah?"
"Tentu saja. Sudahlah hentikan pembicaraan yang membahasnya. Mood ku menjadi jelek karenanya."
"Hahahahha baiklah. "
Sua berhenti melangkah,
"Aku sudah sampai kelas. Duluan ya." Pamit Sua yang sudah di depan kelasnya.Chanyeol menjawabnya dengan anggukan.
Sua pun memasuki kelasnya, sedangkan Chanyeol ia kembali meneruskan perjalanan nya menuju ke kelasnya.
______
Sesampai di kelas Chanyeol, ia langsung masuk tanpa ragu. Karna kebetulan kelasnya sedang kosong, atau bisa dibilang tak ada guru.
Ia berjalan dengan tenang seperti biasanya menuju tempat duduknya.
"Yeol!" Panggil Baekhyun yang juga menghampirinya dari tempat duduknya.
"Apa?"
"Bagaimana?"
"It's okay. Noona tidak jadi dipanggil. Wanita itu menjelaskan semuanya dengan baik hingga aku dinyatakan tidak bersalah." Jawab Chanyeol sambil beranjak duduk.
"Baguslah." Kata Baekhyun yang juga ikut duduk di samping Chanyeol.
"YEOL!" Panggil Chen(Teman sekelasnya Chanyeol juga).
"Eum?"
"Semua baik-baik saja bukan?" Tanya nya.
"Ya begitulah."
"Ahhh baguslah. Lalu bagaimana keadaan wanita itu?"
"Dia? Dia baik-baik saja. Tapi pipinya masih bengkak."
"Ohhhh."
"Lalu Kyungsoo kemana?" Tanya Chanyeol sambil melihat sekeliling mencari salah satu sahabat nya itu.
"Ahhh dia ke perpus untuk belajar. Katanya jika disini, ia tak bisa konsen." Jawab Baekhyun.
"Cih! Sinting!" Ujar Chanyeol.
"Tapi Yeol, aku rasa besok ataupun nanti kau akan menjadi populer." Usul Chen.
"Kenapa?Ah...kejadian yang tadi? Kurasa malah aku sudah menjadi populer walaupun kejadian yang tadi tidak terjadi."
"Hahahaha gila!" Tambah Baekhyun dengan tertawa paksa.
_______
Suara angin yang terdengar begitu jelas, Krystal dan Seulgi pun sedang berdiri menatap pemandangan dari atas rooftop.
Seulgi mulai mendangkan kepalanya untuk menatap langit biru yang begitu cerah.
Ia juga mengangkat sebelah tangan nya dan berpura-pura bisa menyentuh awan putih yang terlukis dengan begitu cantik di atasnya.
"Ya!" Panggil Krystal.
Seulgi menoleh Krystal yang memanggilnya itu.
"Mwohaneungoya?!"
"Ahhh hanya kagum saja."
"Oh."
Seulgi mengalihkan pandangannya ke arah depan dan bukannya ke arah sahabatnya lagi.
Ia menghela nafas lalu mengatakan,
"Bagaimana hubungan mu dengan Kai?""Hah?"
"Ku bilang, bagaimana hubungan mu dengan Kai?"
"Yahhh mungkin untuk saat ini, hanya aku seorang diri yang menyukai nya."
"Sudahlah Ital. Aku takut kau akan terluka."
"Hahahah Ya! Aku? Terluka? Tidak akan."
"Berhentilah bersikap seolah kau baik-baik saja. Aku tahu sebenarnya kau juga terluka."
"Huft...kenapa kau tiba-tiba membahasnya?"
"Aku sudah tak tahan melihat mu terluka terus-menerus Ital."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ya bodoh! Kau kira aku tidak memperhatikan mu jika kau bersama dengannya?! Aku tahu kau selalu diabaikannya. Bahkan ia tidak menatap mu sama sekali walaupun ia tahu kau ada di sana bersamanya."
"Wahhhh ternyata sahabat ku ini perhatian dengan ku ya?"
"Aku serius bodoh!"
"Iya iya aku tahu. Tapi apa kau tahu Seulgi?"
"Mwoga?"
Menoleh ke arah Seulgi dengan menatap sendu,"Walaupun aku terluka, entah kenapa aku tetap suka dengannya. Bahkan ketika ia tidak mengusir ku dan membiarkan ku bersamanya saja, itu sudah membuat ku bahagia tahu. Yah..sakit sih. Tapi mau bagaimana? Toh dari awal memang ia tidak meminta ku untuk menyukainya."
"Hah.....yasudahlah semaumu saja. Aku tidak akan melarang. Tapi jangan sampai kau terluka lebih lama lagi. Aku tak tahan melihatnya."
"Siap bos."
"Baguslah."
"Lalu bagaimana dengan mu?" Krystal berbalik bertanya.
"Bagaimana apanya?"
"Bukankan lelaki tadi yang bernama Suga?! Yang dulu pernah kau sukai?"
"Yahh begitulah."
"Terus apa yang terjadi? Apa kau masih memperjuangkan nya?"
"Ani. Aku menyerah, karna kurasa ia lebih bahagia dengan wanita lain."
"Lalu apa kau tak apa setelahnya?"
"If i say i'm fine. I was lie, Tal."
"So?"
Melirik Krystal, Seulgi pun tersenyum tanpa mengatakan apapun.
"Wae? Wae usseo? "
"Geunyang..."
"Daedab anhae?"
"Geumanhae! Biarlah itu menjadi masa lalu. Dan biarkan aku untuk tidak mengingat hal yang menyakitkan itu lagi." Ucap Seulgi dengan senyuman diakhir.
"Sesakit itukah?"
"Eo! Makannya aku menyuruhmu untuk berhenti sebelum menjadi na cheorom."
"Eottokhae? Bagaimana caranya untuk behenti ketika hati ku menyuruh ku untuk meneruskannya dan menerima semua konsekuensi nya? Malhaebwa!"
"Ya! Aku hanya menyarankannya. Lagian jika kau tidak mau menurutinya, tidak ada pengaruh nya untuk ku."
Krystal mengalihkan pandangannya ke depan, tanpa ia sadari ia meneteskan airmata.
"Ya! Ureoseo? " Tanya Seulgi yang tiba-tiba melihat sahabatnya menangis.
Tanpa mengatakan apapun, Krystal terus-menerus meneteskan airmatanya tanpa berhenti.
"Begitu bodohnya aku masih saja menyukai seseorang yang hanya memberikan luka kepadaku! Tapi kenapa aku tidak bisa membenci mu, bajingan Kim Kai?!" Batin Krystal.
______
