Tidak akan ada sebuah alasan tanpa sebab yang pasti. Apa yang menjadi sebab atas pembelaan yang dikatakan. Sesuatu yang tidak berarti, hanya akan menjadi bayangan dari balik senyuman.
Siang itu, lelaki berperawakan kecil tengah tertidur sambil bersandar pada ujung kursi berbahan busa tebal. Suara riuh begitu terdengar menyesakkan, langkah kaki terasa begitu dekat dan kembali menjauh disaat bersamaan, membuat lelaki itu sedikit kesulitan dalam posisi nyamannya. Itu terlihat dari caranya mencibir gelisah menggunakan bibir tebal berisi miliknya.
Sang pemilik bibir plum itu membuka mata, mendapati kaca besar yang tengah menampakkan wajahnya dengan barbalut make up tipis.
"Sudah bangun?" Seseorang bertanya dengan suara yang sedikit lebih berat, menaruh perhatian pada atensi Jimin, sang pemilik bibir yang terkesan manis itu.
"Apa aku tertidur, hyung?"
"Memangnya kau pikir kenapa aku bertanya?"
Jimin sedikit ternganga mendapati jawaban dari yang lebih tua, sebelum dia menekuk wajahnya merasa tak terima, cemberut.
Detik berikutnya suara langkah kaki terdengar secara acak dipendengarannya, Jimin menoleh kebelakang mendapati beberapa orang yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Jimin kembali mengingat apa yang sedang terjadi? Sudah berapa lama ia tertidur? Atau apa yang telah ia lewatkan?
"Oh, Jimin? Sudah bangun?"
Jimin melihat seseorang yang tengah sibuk bermain dengan ponselnya diujung sana. Dan detik berikutnya tibalah seseorang dari arah pintu masuk berjalan dengan senyuman kearahnya sambil menunjukkan sesuatu yang membuat kedua tangannya terasa sesak, penuh makanan.
"Sepertinya tidurmu nyenyak sekali, Jimin-ssi"
Orang itu telah membawa dirinya duduk pada kursi kosong tepat disamping Jimin, setelah bertanya ia malah tampak sibuk membuka penutup yang melindungi makanan yang ia bawa.
Sekotak kue kecil berlapis krim putih yang menutupi atasnya, dengan warna yang lebih banyak didalamnya.
Menggali sesendok untuk mendapatkan sebuah suapan. Dalam diam Jimin hanya memperhatikan,
"Ini benar-benar enak, aku sedikit mencobanya saat dibelakang." Ucap orang itu, lalu tangannya beralih mengarahkan sendok yang telah penuh itu kearah Jimin.
Jimin dengan spontan membuka mulutnya, menerima setiap gigitan yang akan menjadi sarapannya pagi ini. Ekspresi wajahnya kembali berubah dengan mata yang membesar lucu seolah tengah mengatakan apa yang dikatakan orang itu benar adanya.
Mendapati respon yang baik dari Jimin, membuatnya tak dapat menyembunyikan senyuman yang terukir jelas di garis bibir dengan dua gigi kelinci sebagai pemanis yang menjadi pelengkap. Jungkook tersenyum, pada lelaki yang telah menyempurnakan hari-harinya dua tahun belakang ini.
Kue telah berpindah tangan. Jimin memilih untuk menghabiskan makanannya sebelum sempat direbut oleh yang lain. Dan itu terlihat begitu menggemaskan dimata Jungkook.
"2 menit sebelum acara." Ucap salah seorang staff yang baru saja masuk kedalam ruang tunggu mereka.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAIES [KM]
Fanfiction[KOOKMIN BOOK I - END] Untuk sesuatu yang tidak pernah berakhir baik, sebuah harapan kembali hadir. Setidaknya begitulah yang Jimin percaya. Karena Jungkook telah membuatnya percaya. *** Highest Ranking ; #16 Jikook #23 Kookmin ©couronnessy,6/12/20...