Hari berganti bulan, begitu juga dengan bulan yang berganti menjadi tahun. Dan jarum jam terus berdetak seolah tidak memperbolehkan mereka untuk sejenak berhenti, dan bersembunyi. Memaksa untuk tetap pada pilihan yang telah ditetapkan.
Setahun berlalu, Jungkook semakin berani menampakkan hubungan yang tidak diketahui orang luar. Berjalan merangkul, bahkan bergandengan tangan hanya untuk menyebrang jalanan. Membuatnya terlihat seperti kekasih yang paling diharapkan, dengan Jimin yang membuat para gadis merasa iri. Namun beberapa dari mereka mulai berada ditingkat kepekaan yang lebih perasa, hanya dengan melihat kebersamaan mereka di dalam ponsel yang diambil atau berpapasan secara tidak sengaja.
"Kau ingin pergi kemana malam ini?"
"Aku ingin jajanan yang ada di pasar yang kita lewati semalam." Jimin menjawab setelah berfikir keras, memikirkan menu makan malam apa yang harus ia pilih hari ini.
Dan Jungkook akan menjadikan Jimin sebagai prioritas utamanya, mengutamakan hal kecil apa yang ia inginkan.
.
.
."Pergi kemana lagi kalian berdua?" Sang manager bertanya setelah melewati Jungkook dan juga Jimin yang baru saja keluar dari rumah mereka,
"Kami? Tentu saja pergi kencan." Jungkook sedikit menggoda managernya, membuat sang pembuat pertanyaan sedikit frustasi karena jawabannya.
Dan Namjoon akan menjadi pembela dari kedua orang yang selalu bertingkah tidak terduga, meski terkadang ia sedikit kewalahan tetapi dia tidak mempermasalahkan dengan apa yang menjadi keputusan baik bagi para membernya. Yang terpenting, mereka yang berbuat harus bersiap untuk menanggung hasil atas perbuatannya.
Disisi lain, Jungkook telah lebih dulu keluar dengan Jimin yang mengikuti dibelakang dan juga ponsel yang menjadi pusat perhatian Jimin.
"Berhenti bermain dengan ponselmu, Jimin-ah."
Jimin mengangguk kepalanya meski tidak menjawab, ia masih fokus pada layar ponsel yang menampakkan penampilan terakhir dalam ajang mempromosikan album baru mereka siang tadi. Jimin merasa kecil, dengan kesalahan yang terus saja ia lakukan tadi. Suara yang tidak sampai atau note yang keluar dari nadanya.
"Kau melakukan dengan sangat baik, berhentilah mengkhawatirkan suaramu. Suaramu adalah yang terbaik, hyung."
Mendengar pujian dari Jungkook, membuat Jimin mendelik kesal, bahkan ia ingin sekali memukulnya kalau saja ia sedang berada didalam rumah mereka.
"Berhenti berbohong."
Jungkook menatap lalu mengangguk kepalanya lucu, tidak ingin membantah lebih lagi, "Kajja, Aegi-ya" Ucapnya sambil menarik tangan Jimin untuk lebih dekat dengannya.
Jungkook menyadari dengan sangat jelas, bahwa ada banyak orang yang terus datang memberikan komentar tentang mereka berdua, meski hanya sekedar berjalan beringingan. Ia sungguh, tidak memperdulikannya lagi. Tetapi tidak mengabaikannya.
Yang Jungkook pikirkan hanya terus mencari cara agar tawa khas milik Jimin tidak akan lagi menghilang. Membuat lolucon sederhana untuk mendapatkan senyum dari sang empu, itu terbukti bahkan dengan masker yang menutupi wajah, Jungkook masih melihat dengan jelas Jimin tengah tertawa dengan mata yang semakin menghilang mendengar lolucon miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAIES [KM]
Fanfiction[KOOKMIN BOOK I - END] Untuk sesuatu yang tidak pernah berakhir baik, sebuah harapan kembali hadir. Setidaknya begitulah yang Jimin percaya. Karena Jungkook telah membuatnya percaya. *** Highest Ranking ; #16 Jikook #23 Kookmin ©couronnessy,6/12/20...