EPILOG

4.7K 262 4
                                    

Min Yoongi memandangi langit malam dengan bulan diantara beberapa bintang. Mencari cahaya diantara kegelapan. Membiarkan tangannya terulur keatas mencoba menyentuh bulan yang terlihat begitu dekat. Meski terasa sangat menyakitkan untuk digapai. Meruntukkan kebodohan karena menjadi salah satu bintang yang bisa menghilang kapan saja karena tertutupi oleh awan. Menyesalkan jarak karena tidak bisa lebih dekat meski ia yang tidak memiliki jarak sejauh matahari dengan bulan.

Suara ombak yang terdengar selaras seperti tengah berusaha untuk mengejeknya, mengatakan ia terlihat menyedihkan, sama seperti laut itu. Yang dilakukannya sekarang hanya berdiam diri hingga kembali menutup mata, menyatu bersama kesedihan air laut malam ini.

Ada banyak hal yang tidak bisa ia jelaskan. Menyembunyikan rasa sakit yang terasa menggigit. Melepaskan Jimin, itu sangat sulit mengingat 7 tahun lamanya ia menjadi orang pertama yang akan memeluk Jimin, ketika satu hal besar kembali terjadi. Tanpa ia sadari, perasaannya telah tumbuh semakin besar hingga ia tidak memiliki cara untuk melepaskan diri. Tapi Yoongi sedikit merasa bersyukur. Setidaknya ia bukan orang yang bisa menjadi alasan dibalik air mata seorang Park Jimin. Setidaknya Tuhan masih memberinya kesempatan dengan menjadi pelindung bagi orang itu. Kalau saja, saat itu ia lebih berani dan mengatakan perasaannya, akankah ia masih bisa sedekat ini dengan Jimin? Ia tidak bisa mengabaikan bulir air mata Jimin yang turun perlahan saat Jungkook memilih untuk mengabaikan diawal pertemuan. Tidak bisa berpura-pura bahagia ketika tubuh kecil Jimin bergetar berusaha menahan sakit yang ia pendam sendirian. Sejak awal Yoongi menyadarinya, ia begitu mengerti dengan posisinya. Bahwa kata lain dari pelindung adalah menyerahkan hidupnya menjadi bayangan dari seorang Jeon Jungkook.

"Hiks.. Huaaaa!!"

Seperti matra, suara tangisan itu membuat seorang Min Yoongi yang begitu tenang bergerak gelisah setelah membuka mata. Mencari sumber dari tangisan yang ia perdengarkan. Lalu matanya berkedip memperhatikan gadis bertubuh lebih kecil darinya tengah menangis sambil berteriak kearah laut yang tidak bersalah.

Suara tangisan yang tidak juga berhenti, mengalihkan perhatian dari beberapa orang yang berlalu lalang. Membuat perasaan tidak nyaman bagi Yoongi, karena dianggap sebagai sumber dari tangisan gadis yang tidak ia kenal itu.

"Kau baik-baik saja?" Yoongi bertanya, hanya sekedar pertanyaan basa-basi.

Gadis itu menoleh dengan mata sembab, dan juga eyeliner yang telah berantakan. Menatap Yoongi tak suka, entah untuk dasar apa ia menatap Yoongi seperti itu.

"Apa aku terlihat baik-baik saja, menurutmu?" Jawabnya ketus,

Yoongi kembali mengalihkan pandangannya, menggaruk lehernya yang tidak gatal sambil sesekali berkedip bingung. Lalu ia kembali menatap laut yang masih memiliki suara ombak yang terdengar lembut, mengabaikan gadis itu dengan dunianya sendiri.

"Apa itu milikmu?"

Yoongi kembali menoleh setelah mendengar pertanyaan dari gadis yang tengah menghapus jejak air mata yang sejak tadi telah berbekas di pipi berisi miliknya. Meski itu tidak berpengaruh banyak, menurut Yoongi.

"Ya." Yoongi mengangguk pelan,

GREP

Sebelum sempat Yoongi menjauh, gadis itu telah lebih dulu bergerak mendekat dan mengambil botol kaleng minuman alkohol yang ia bawa tadi. Yoongi bahkan tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan, gadis itu telah menghabiskan minuman dengan kadar alkohol yang cukup tinggi miliknya. Lalu detik berikutnya tangisan kembali terdengar keluar dari bibir mungil milik gadis itu, ia bahkan sempat bercerita tentang apa yang baru saja terjadi pada hubungannya yang tidak berjalan lancar pada Yoongi yang tidak tahu apapun mengenai hal itu. Namun, sedikit banyak ia seperti mendengar cerita tentang dirinya sendiri.

PLAIES [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang