Ekspresi wajah bisa menipu.
Terkadang, kita bisa membaca suasana hati, pikiran dan perasaan orang dari ekpresi wajahnya seperti membuka buku. Tapi sebagian orang masih bisa menggunakan ekspresi wajahnya sebagai topeng.
Lalu ada saat-saat yang meruntuhkan batasan antara tipuan dan kebenaran itu. Kebenaran yang tidak dapat dilihat oleh siapapun.
Jangan memejamkan mata jika kau menghadapi saat-saat itu.
GREP
Jungkook berbaring memeluk punggung sempit itu, menenggelamkan kepalanya di sana. Ia sungguh ingin menangis, setelah sebelumnya melihat mata sembab Jimin.
Jangan berpura-pura tidak melihatnya.
"Maafkan aku.." Ucapnya memilukan,
"Aku membuat kesalahan lagi."
Tangannya bergetar, masih memeluk pinggang ramping Jimin. Matanya tengah bersiap untuk kembali menangis.
Jangan menghindarinya lagi.
"Aku benar-benar membenci diriku sendiri." Tentu, ia benar-benar ingin sekali mengatakannya pada orang lain. Ia benar-benar membenci dirinya di saat-saat seperti ini. Yang tak mampu bergerak, meski ia tahu cara untuk keluar dari lubang yang telah ia gali sendiri.
Dan melewatinya bersamaku.
Menunjukkan padanya tentang kejelasan atas hubungan yang selama ini tertutup. Jika saja ia lebih berani. Maka Jimin tidak akan merasa terluka karenanya. Untuk kesekian kalinya. Ia hanya berdiri di tempat seperti pengecut. Bersembunyi. Bersikap seolah tidak ada yang harus di lakukan.
.
.
.Tangannya terlalu sibuk bergelut pada layar monitor di depannya. Bergerak gelisah seolah mencari cara untuk mengaburkan ingatan. Beberapa kali mengabaikan ketukan kaki yang terdengar sesekali di bawah sana.
Raut wajahnya muram, sepertinya ia sudah tidak bisa menahan puncak emosi yang membendung. Hingga mampu membuat pemuda di belakang sana terhenyak, seolah bisa merasakan kegelisahannya yang tampak begitu jelas.
"Apa membuka pintu terasa sulit bagimu?" Tanyanya, tanpa mengalihkan tatapannya dari stik game yang tengah dimainkannya.
Yang lebih muda mengacak rambutnya kasar, "Entahlah, semua terasa berat. Dan aku tidak tahu kenapa aku menjadi begitu gugup."
Pemuda itu menoleh, menatap seolah tak perduli, "Lalu bagaimana? Kau akan membiarkannya begitu saja?"
Hening.
Jungkook terdiam. Entah bagaimana hatinya ikut terhanyut mendengar perkataan barusan. Bagaimana bisa Jungkook membiarkan kekasih-nya menangis karena perbuatannya?
"Bukankah sudah pernah kubilang, jika kau tidak bisa membuatnya merasa aman. Maka setelah ini kau tidak akan melihatnya lagi."
Perkataannya sanggup membuat Jungkook menoleh, ia menatap kaget. Seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia perdengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAIES [KM]
Fanfiction[KOOKMIN BOOK I - END] Untuk sesuatu yang tidak pernah berakhir baik, sebuah harapan kembali hadir. Setidaknya begitulah yang Jimin percaya. Karena Jungkook telah membuatnya percaya. *** Highest Ranking ; #16 Jikook #23 Kookmin ©couronnessy,6/12/20...