#maila 2

8.2K 199 5
                                    

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209482396975485&id=1792841035

#Maila 2

Naya memperpanjang doanya setelah sholat Magrib. Ia terus melantunkan pujian- pujian pada Sang pemberi nafas. Ia mengadu dalam bisu, mencoba menghindari dari ratapan sedih yang hanya akan berakhir pada rasa pedih. Ia ingin bersyukur akan hidup dan tiap detik rasa sehat yang diterimanya tapi syetan selalu setia berbisik menggoda agar ia selalu mengutuk takdir hidupnya. Takdir yang ia anggap tak pernah sama dengan teman sebayanya yang lain.

Naya melirik Maila yang masih tertidur pulas.Ia ingin membangunkan Maila yang terlelap dan mengajaknya sholat berjamaah tapi ia takut Maila akan mengamuk. Ia biarkan Maila tenang dalam mimpi indahnya. Mungkin mimpi indah bertemu dengan ibunya.

Sebelum mengenal agamanya lebih dalam, tidur adalah hal yang paling Naya sukai. Ia suka berkhayal sebelum memejamkan matanya. Ketika di Sekolah Dasar ia selalu berharap bahwa ia adalah putri yang tertukar. Ketika ada tamu asing yang datang ke rumah ia selalu berharap bahwa mereka adalah orang kaya yang merupakan orang tua kandungnya dan mengharapkannya kembali. Tapi sampai detik ini selain emak dan abah tak ada orang manapun baik kaya ataupun miskin yang mengakuinya sebagai anak kandung mereka. Emak dan abahlah orang tuanya, dan khayalan tentang putri yang tertukar berhenti dengan paksaan untuk menerima takdir yang ada.

Emak yang sehari- hari berjualan sayur keliling itulah emaknya. Abah yang selalu bangun setelah azan Zuhur itulah abahnya. Bukan yang lain. Kepada merekalah pak uztad berkata ia harus berbakti. Kepada emak yang renta dan sangat menyayangi suaminya dan pada abah yang selalu memukulnya untuk melampiaskan kekesalan hatinya bila kalah berjudi.

Naya menatap Maila yang mengeliat. Matanya perlahan terbuka. Ia menatap Naya dengan tatapan penuh curiga. Naya melepas mukenanya dan menghampiri Maila.

“Kamu sudah bangun sayang?” Naya membelai halus Maila.

Maila tidak tersenyum atau bereaksi apapun. Ia tetap menatap Naya.

“Kenapa? Kamu lupa dengan tante? Tante temanmu. Mau jadi teman tante? Sama sepertimu tantepun sendiri di sini, bila Maila tak mau berteman dengan tante, siapa lagi teman tante?” Naya berusaha berbicara dari hati pada Maila. Ia yakin sesungguhnya Maila mengerti apa yang ia ucapkan. Maila bukan gila tapi terkadang ia hidup dalam dunianya yang tak semua bisa ikut ke dalamnya.

Maila masih menatap Naya lekat. Tangan halusnya menyentuh leher Naya. Rupanya itu yang menarik perhatian Maila. Luka itu.

Naya tersenyum sambil meraih tangan mungil itu dan menciumnya.

“Ini luka lama Maila, tidak sakit lagi tapi tetap perih di hati!” Naya menjelaskan.

Bukan hanya itu Maila, masih banyak di sekujur tubuh luka- luka lain yang menyisakan kenangan pahit. Ia ingat kala itu abah mengamuk karena ayam yang biasa ia gunakan untuk menyabung kalah dan mati. Naya sudah tahu, pasti ia yang akan jadi tempat pelampiasan abah. Ketika suara abah memangil diiringi bentakan kasar, tubuh Naya langsung bergetar. Saat itu sudah tiba.

Abah menarik tubuh Naya dan memukulnya tanpa ampun.Tangan kekar itu beradu dengan lembutnya tubuh Naya.  Naya menjerit memohon ampun atas kesalahan yang iapun tak pernah tahu. Abah seolah tak mendengar, syetan telah menutup rapat telinganya. Pintu hati abahpun telah terkunci rapat oleh limpahan dosa. Rintihan pilu Naya tak akan pernah menggugah hati abah.

Abah mengambil puntung rokok yang masih menyala itu, Naya menjerit terus memohon. Abah tak bergeming, Naya memohon dan terus memohon berharap belas kasihan abah. Tapi rasa abah telah mati dan Naya harus merasakan betapa perihnya ketika kulit bertemu dengan bara api yang meninggalkan banyak jejak pada tubuhnya termasuk lehernya. Naya menangis,bukan menangisi rasa sakit di tubuhnya tapi menangisi betapa nasib begitu kejam padanya.  Tapi siapa yang perduli, tak akan ada yang mengasihani. Emakpun hanya diam mematung tanpa bereaksi. Tatapannya kosong, berdiri mematung dengan perut membuncit dengan Syifa sedang terlelap bahagia di rahimnya. Akhirnya hanya Nayalah satu- satunya lampiasan kemarahan abah.

mailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang