#maila 9

10.4K 201 4
                                    

https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=1904076089654273

#Maila 9

Terima kasih untuk admin yang baik hatI untuk yang ke 3 kalinya pak Isa Alamsyah atas approvenya.

Mohon utuk komentar di kolom yang telah disediakan, krisan yang membangun selalu sangat dinantikan.

Bu hajah menatap Hanafi yang dari tadi hanya mengaduk-aduk nasi goreng di piringnya. Sejak nasi goreng yang merupakan makanan favorit anaknya itu terhidang di atas meja, belum sesuappun ada yang masuk ke dalam mulutnya. Sesekali Hanafi menguap dan mengucek kedua matanya itu. Bu hajah dapat memastikan bahwa pastilah anaknya itu tak tidur nyenyak semalam. Subuh tadi saja perlu perjuangan baginya untuk membangunkan Hanafi untuk sholat Subuh, setelah beberapa kali menggedor pintu kamarnya, barulah Hanafi bangun. Ia beralasan sangat mengantuk karena semalaman Maila sangat rewel. Pastilah Hanafi sangat kerepotan menghadapi tingkah Maila. Ia sengaja ingin memberi pelajaran bagi anaknya itu biar ia dapat merasakan sejenak betapa sulitnya menjadi seoranag Naya, seorang ibu tiri muda dengan anak tiri yang 'istimewa'.

Tak dapat dilukiskan betapa bu hajah sangat menyayangi anak tunggalnya itu. Tamparan kemarin sebenarnya bukan hanya menyakiti Hanafi, tapi iapun ikut merasakan sakit yang berkali lipat dari yang dirasakan anaknya itu. Hanafi kehilangan ayahnya ketika ia berusia delapan tahun. Ayahnya meninggal karena penyakit diabetes yang dideritanya. Setelah tiga bulan dirawat di rumah sakit, akhirnya suaminya itu mengadap yang maha kuasa diusia yang sangat muda. Hanafi harus merasakan kehilangan sosok panutan yaitu seorang ayah kala teman sebayanya sedang asyik bermanja dengan ayah mereka.

Masih terngiang jelas di telinga bu hajah ketika Hanafi kecil menangis meratapi kepergian ayahnya. Ia dan almarhum suaminya sangat dekat, sehingga kepergian itu merupakan pukulan yang cukup berat bagi Hanafi kecil. Bu hajah ingat ketika Hanafi kecil tak mau sholat Jumat di masjid dengan alasan semua temannya sholat dengan ayahnya. Sakit, sangat sakit mendengar rengekan Hanafi yang merasa malu pergi sendirian. Tapi ia tak pernah memperlakukan anaknya itu dengan manja, ia sampai melempar sapu lidi demi memaksa Hanafi untuk pergi sholat Jumat. Bukan ia tak sayang dengannya, bukan pula ia bertindak kejam, tapi bila Hanafi tidak menjadi seorang anak soleh, siapa lagi yang akan mendoakan ayahnya yang telah tiada. Bukankan anak yang soleh merupakan salah satu amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir?

Ayah Hanafi meninggalkan harta yang tidak sedikit jumlahnya. Ia merupakan pengusaha kaya dan cukup disegani di kota Muaradua. Selain memiliki beberapa toko yang menjual pakaian secara grosir, ayah Hanafi juga seorang anak tunggal yang mewarisi puluhan hektar tanah dari orang tuanya.

Tidak sedikit yang melamar bu hajah sepeninggal suaminya, tapi semua lamaran itu ditolaknya. Terus terang ia tak yakin apakah lamaran itu datang karena mereka mencintainya atau mencintai harta warisan suaminya? Lagi pula ia tak yakin apabila menikah lagi dan mempunyai anak, apakah rasa sayangnya pada Hanafi akan tetap sama, ia ragu, kemungkinan rasa sayang itu akan terbagi dan ia sangat takut Hanafi akan tersakiti oleh pernikahan itu. Setelah puas menolak tiap lamaran yang datang akhirnya tak ada lagi yang berani datang melamar, semua tahu jawaban yang dilontarkan bu hajah pasti menolak. Hanafilah tujuan hidupnya, mau jadi apa anak ini, ialah yang harus mempertanggung jawabkannya. Ia ingat benar di akhir hidup, almarhum suaminya beberapa kali berpesan padanya untuk menjaga Hanafi. Ia tak takut Hanafi kekurangan karena harta yang mereka miliki sangat berlimpah tapi yang ditakutkan bila Hanafi tidak menjadi anak soleh.

Sejak kematian ayahnya, Hanafi tumbuh menjadi anak yang sensitif. Ia mudah sekali tersinggung dan marah walau hanya karena hal kecil sekalipun. Walau ia lahir dari keluarga yang kaya tapi rasa kehilangan seorang ayah di usia kanak-kanak sedikit banyak telah menurunkan rasa percaya dirinya. Dalam mendidik Hanafi bu hajah berusaha untuk selalu disiplin, tak sekalipun ia bernia memanjakan anaknya yang berakibat anaknya menjadi terlena dan tak pernah mensyukuri nikmat Allah. Kadang hatinya teriris ketika harus menghukum Hanafi yang berbuat nakal, tapi ia tetap harus tega demi kebaikan anaknya itu.

mailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang