#maila #buku harian nabila

3.5K 82 4
                                    

https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=1939618922766656

#Maila

#Buku_Harian_Nabila

Agustus 2006

Rintik hujan tak kunjung reda kala Bu Hajah menawariku ikut pulang bersamanya. Berkali-kali aku menolak tapi wanita baik itu terus memaksa, dan berakhir pada sikap pasrah. Siapa yang pernah menyangka bila itu adalah awal dari dongeng Cinderella itu dimulai.

Aku masih ingat kala Bu Hajah, wanita lembut yang sangat ku kagumi itu memintaku untuk menjadi pendamping anaknya. Tak ada jawaban kala itu. Aku hanya diam membisu tanpa kata. Apa mungkin?

Siapa yang bisa menolak pesona laki-laki setampan Hanafi, seorang pria mapan dengan penampilan yang menawan. Sungguh aku merasa sangat beruntung, beribu puja puji pun seakan datang silih berganti. Aku, seorang wanita biasa yang kebetulan berpenampilan menawan akan menjadi seorang permaisuri di istana megah itu. Akan selalu kumuliakan raja yang juga imamku itu.

Hanafi, laki-laki yang ketika untuk pertama kali kucium punggung tangannya setelah akad nikah, saat itu aku berjanji, hidupku adalah pengabdian untuknya.

Tak ada air mata kala semua tak seperti yang kupikir terasa. Cinderella hanya dongeng belaka. Sang Raja ternyata hanya setengah terpaksa menerima kehadiran sang permaisuri. Setelah malam itu, ia tahu bila perlu lebih banyak rasa bernama untuk menaklukkan hati sang raja.

September 2006

Tersenyumlah rajaku. Ada aku di sini, tak perlu matamu liar mencari kebahagiaan, tak usah kau keluhkan kurangku dan kau bandingkan dengan wanita di luar sana. Akulah isterimu. Lihatlah rupaku saja, genggamlah tangan ku ini dan kita mulai tertawa bersama. Aku rindu menjadi isteri yang dirindukan.

Oktober 2006

Ada benih-benih cinta kita mulai bersemi di rahim ini suamiku. Tapi kenapa hanya sedikit senyum yang kau perlihatkan, lalu mengapa hanya Ibu yang tertawa dan antusias mendengar kabar bahagia ini. Kukira kabar bahagia ini akan meruntuhkan dinding es yang bersarang di hatimu, tapi tidak. Aku tetap merasa sepi walau bersuami.

November 2006

Aku mual-mual sayang. Tubuh ini lemah. Tak seperti biasa aku selalu merasa gelisah. Tatapanmu tetap sama, hanya melihat bukan memandang. Sentuhanmu pun tetap dingin, bukan hangat yang kurasa. Aku rindu dirindukan, aku ingin diinginkan, aku butuh dibutuhkan.

Desember 2006

Mata ini berat pagi itu, aku bahkan tak kuasa untuk sholat Subuh. Lengan-lengan kurus ini hanya mampu memeluk diri. Berkali aku memanggilmu yang terlelap dalam mimpi indahmu, tapi kau tak kunjung iba. Hanya melirik dan bergegas membenahi diri. Tanpa ada rasa belas, tanpa merasa ada kasihan.

Aku tak sengaja menyenggol kopi panas yang tumpah mengenai ponsel kesayanganmu. Aku dapat menangkap aura kemarahan pada matamu. Kau memaki, kau menghina, kau mengungkit betapa tak bergunanya aku. Dan meluncurlah semua kata yang terus menusuk dan membuat hatiku berdarah.

Sakit, sakit sayangku. Perih, perih cintaku. Ada yang terluka di hati ini suamiku, ada yang berdarah dalam jiwaku, aku tak sanggup lagi, dan untuk pertama kalinya air mata ini tumpah. Tapi semua tak berbalas, kau pergi dengan semua rasa marahmu, tanpa belaian kau biarkan aku terpuruk dalam rasa dosa. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Aku pergi sayang. Biarlah kubawa calon buah hati kita bersamaku. Biarlah.

Masih di Desember 2006 yang penuh luka

Ini adalah hari kedua aku menginap di rumah Kak Siti. Betapa aku berterima kasih ia telah mengizinkan aku tinggal di sini.

mailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang