#maila 16

14.3K 179 14
                                    

https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=1961877000540848

#Maila 16

Assalamualaikum.
Terima kasih untuk para admin yang sudah setia approve #Maila dari part 1 sampai part 16, tanpa kalian apa lah saya. Tanpa KBM karya saya hanya akan menjadi folder biasa di dalam laptop. Terima kasih karena grup ini bukan hanya memberi kesempatan tapi juga ilmu, kebersamaan dan mempertemukan saya dengan banyak orang baik. Semoga semua kebaikan selalu menyertai setiap langkah dan Ridho Allah selalu beriring dalam hembusan nafas kita.

#Maila_Episode_Terakhir

Bukan ketika kita berada pada titik terendah dalam hidup, tapi ketika dunia ada dalam genggaman kita. Kala itulah ujian datang. Lalu apakah hanya kesengsaraan lah rupa dari ujian? Bukan, bahkan nikmat yang melimpah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan.

Hanafi tak dapat menyembunyikan suka cita yang bergemuruh di dadanya. Ia akan memiliki seorang anak, sebuah nyawa yang dititipkan sang pencipta untuk dirawat dan dikasihi. Tak henti rasa syukur itu mengalir dari lisannya, betapa Allah begitu bermurah hati padanya.

Motor matic yang membawa Hanafi, Naya dan Maila melaju perlahan melalui jalan aspal yang mulus. Sore ini satu minggu setelah kepulangan Syifa ke rumah, Hanafi mendapat telpon yang mengabarkan bahwa orang yang menabrak Syifa akan berkunjung ke kediaman orang tua Naya.

Sesungguhnya Hanafi dan keluarga Naya tak pernah mempermasalahklan kecelakaan itu, mereka sepakat menganggap itu sebagai sebuah musibah. Tak ada satu pun yang menghendaki kecelakaan itu, baik yang menabrak atau pun yang ditabrak. Lagi pula ini tidak sepenuhnya kesalahan penghuni mobil yang kesemuanya wanita, Syifa tanpa aba-aba bergerak cepat menyebrangi jalan ingin mengejar temannya. Untung saja mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, bila tidak, entahlah Hanafi tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada adik iparnya itu.

Di depan jalan tanah menujuh rumah Naya, sudah terparkir mobil merah yang pernah menabrak Syifa.

Hanafi sangat hati-hati ketika harus melalui jalan menurun dan menanjak menuju rumah mertuanya. Untung saja sekarang bukan musim hujan, bila tidak ia pasti tak akan berani membawa Naya yang hamil muda melalui jalan ini.

“Berhenti Yang,” sahut Naya ketika beberapa meter lagi tiba di halaman rumah orang tuanya.

“Kenapa?” Hanafi dengan segera mengehentikan motornya.

“Rumahnya?” Naya menatap tak percaya.

Hanafi mengangguk. Sudah lama memang ia merencanakan ini dan merahasiakannya dari Naya. Tak tega rasanya melihat orang tua dari wanita yang sangat ia cintai tinggal di sebuah rumah yang sangat tak layak huni. Apalagi bila mengingat Syifa, anak baik hati itu selalu menunjukkan rasa cinta yang sama seperti yang ditunjukkan isterinya pada Maila.

Ibunya pun sangat setuju dengan rencana Hanafi untuk merenovasi rumah besannya. Dan dimulai dua bulan yang lalu semua proses pembongkaran dan pembangunan telah dimulai. Tanpa sepengetahuan Naya memang. Ia ingin menjadikan ini sebuah kejutan yang manis untuk isterinya. Cukup sulit untuk membuat Naya tak mengunjungi rumahnya, tapi dengan membawa orang tuanya dan Syifa yang mengunjungi Naya maka masalah akan selesai.

Dan kini, isterinya yang sedikit lebih mellow dari biasanya semenjak hamil, tak kuasa menahan bulir-bulir bening itu jatuh membasahi pipinya. Berkali-kali Maila mengusap air mata Naya, anaknya ini sangat khawatir bila ibu sambungnya tersakiti atau bersedih.

“Tante gak apa-apa kok sayang, ayahmu ini suka membuat orang terharu.” Naya mencium kening Maila berkali-kali.

“Ang ate.” Maila menatap Naya dengan tatapan polosnya.

mailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang