Mhba 9

180 15 0
                                    

Adiba asila

"aku ingin seperti kisah cinta fatimah dan Ali," kataku memulai percakapan dengan teman kampusku.

"Siapa mereka?" Tanya temanku yang kebetulan berbeda kepercayaan denganku.

" Fatimah adalah anak dari orang yang sangat berjasa didalam agamaku, beliau adalah anak dari nabi Muhammad Saw," jawabku mencoba menjelaskan biodata Fatimah.

"Memang bagaimana kisah cinta mereka?" tanyanya mulai penasaran dengan kisah cinta fatimah dan Ali.

"Keduanya saling memendam apa yang mereka merasakan ..." Kataku sambil membayangkan cinta mereka,
"Tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ....".

" Tapi bukankah tidak menyenangkan jika kita mencintai seseorang orang secara diam-diam?" Tanyanya kurang setuju.

" Tenanglah tuhan telah menciptakan sesuatu itu berpasang-pasangan," jawabku sambil tersenyum tipis.

"Oleh kerana dalam diammu tersimpannya suatu kekuatan, kekuatan secebis harapan
Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu mampu dirasai dalam kehidupan yang nyata" sambungku lagi.

"Ohhh seperti itu.." jawabnya sambil berfikir entah tentang apa.

"Jika dia memang bukan milikmu, Allah, melalui waktu akan menghapus 'Cinta Dalam Diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dengan orang yang ditakdirkan untukmu," sambungku lagi masih melihat wajahnya yang berfikir keras.

" Aku jadi ingin tau bagaimana kisah cinta fatimah dan Ali!" Ucapnya sepertinya sangat tertarik dengan kisah cinta fatimah dan Ali.

"Kamu bisa mencarinya di google!" Jawabku sambil cengengesan.

" Tidak aku mau kamu yang cerita," ucapnya dengan muka memelas.

" Baiklah aku akan bercerita tapi dengan syarat kamu harus mendengarnya dengan serius!" Kataku memberi syarat.

" Tentu.." jawabnya semangat.

" Pintu hati Ali terketuk pertama kali saat Fatimah dengan sigap membasuh dan mengobati luka ayahnya, Muhammad SAW yang luka parah karena berperang.


Dari situ, dia bertekad untuk melamar putri nabi. Lantas dengan tekun dia kumpulkan uang untuk membeli mahar dan mempersunting Fatimah. Malang, belum genap uang Ali untuk membeli Mahar, sahabat nabi abi Abu Bakar sudah terlanjur melamar Fatimah.

Hancur hati Ali, namun dia sadar diri kalau saingan ini punya kualitas iman dan Islam yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Walau dikenal sebagai pahlawan Islam yang gagah berani, Ali dikenal miskin. Hidupnya dihabiskan untuk berdakwah di jalan Allah.

Namun mendung seakan sirna saat Ali mendengar Fatimah menolak lamaran Abu Bakar.

Tapi keceriaan Ali kembali sirna saat orang dekat nabi lainnya, Umar Bin Khatab meminang Fatimah. Lagi-lagi Ali hanya bisa pasrah karena dia tidak mungkin bersaing dengan Umar yang gagah perkasa. Tapi takdir kembali berpihak kepadanya. Umar mengalami nasib serupa dengan Abu Bakar.

Tapi saat itu Ali belum berani mengambil sikap, dia sadar dia hanya pemuda miskin. Bahkan harta yang dia miliki hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Kepada Abu Bakar As-Siddiq, Ali mengatakan, "Wahai Abu Bakar, anda telah membuat hatiku goncang yang sebelumnya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi Allah, aku memang menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah kerana aku tidak mempunyai apa-apa."

Abu Bakar terharu dan mengatakan, "Wahai Ali, janganlah engkau berkata seperti itu. Bagi Allah dan Rasul-Nya, dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka!"

Mendengar jawaban Abu Bakar, kepercayaan diri Ali kembali muncul untuk melamar gadis pujaannya saat teman-temannya sudah mendorong agar Ali berani melamar Fatimah.

Dengan ragu-ragu dia menghadap Rasulullah. Dari hadist riwayat Ummu Salamah diceritakan bagaimana proses lamaran tersebut.

"Ketika itu kulihat wajah Rasulullah nampak berseri-seri. Sambil tersenyum baginda berkata kepada Ali bin Abi Talib, 'Wahai Ali, apakah engkau mempunyai suatu bekal mas kawin?"

"Demi Allah," jawab Ali bin Abi Talib dengan terus terang, "Engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku, tak ada sesuatu tentang diriku yang tidak engkau ketahui. Aku tidak mempunyai apa-apa selain sebuah baju besi, sebilah pedang dan seekor unta."

"Tentang pedangmu itu," kata Rasulullah menanggapi jawaban Ali bin Abi Talib, "Engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu itu engkau juga perlu untuk keperluan mengambil air bagi keluargamu dan juga engkau memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar mas kawin sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari tanganmu. Wahai Ali, engkau wajib bergembira, sebab Allah sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi". Demikianlah riwayat yang diceritakan Ummu Salamah r.a.

Setelah segala-galanya siap, dengan perasaan puas dan hati gembira, dan disaksikan oleh para sahabat, Rasulullah mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan puterinya,

'Bahwasanya Allah SWT memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas mas kawin 400 dirham (nilai sebuah baju besi). Mudah-mudahan engkau dapat menerima hal itu.'

Maka menikahlah Ali dengan Fatimah. Pernikahan mereka penuh dengan hikmah walau diarungi di tengah kemiskinan. Bahkan disebutkan Rasulullah sangat terharu melihat tangan Fatimah yang kasar karena harus menepung gandum untuk membantu suaminya."

" Wah itu sangat menakjubkan, kau tau!" Ucapnya.

"Apakah ada Cerita lain tentang cinta dari pemuka agamamu?" Tanyanya masih memasarkan dengan cerita-cerita lainnya.

" Tentu masih, kau masih mau tau?" Tanyaku.

"Mauuu..." Jawabnya bersemangat.

" Yasudah kamu baca buku ini!" Jawabku dan memberikan buku tentang kisah cinta para sahabat nabi.

"Terimakasih.." jawabnya senang, aku hanya menganggukkan kepalaku.

TBC

Jangan lupa vote and coment ya..

Hari ni dua karna lagi mood nulis

semoga nggak membosankan..

My Hijrah Because Allah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang