MHBA 18

108 7 0
                                    

Dimas pov

"Apa kabar dim?" tanya temanku di Aceh.

"Alhamdulillah baik..." jawabku sambil bersalaman ala lelaki dengannya.

"Baguslah..." jawabnya.

"Kenapa kamu sangat cemberut?" tanyanya ketika menyadari ekspresiku.

"Tidak ada, hanya sedikit perdebatan hati." jawabku santai.

"Jika kamu masih menggapku teman maka ceritakanlah, kalau tidak juga tak mengapa!" jawabnya membuatku sungkan.

"Sebenarnya..." ucapku ragu.

"Ada apa?" tanyanya penasaran.

"Aku dijodohlan dengan seorang wanita, dia sebenarnya wanita yang baik dan berasala dari keluarga yang naik pula..." ceritaku.

"Tapi aku telah memiliki pujaan hati sebelumnya.".

"Dan aku tidak bisa melupakan gadis itu bgitu saja!".

"Siapa gadis yabg dijodohkan denganmu?" tanya temanku penasaran.

"Sepertinya aku masih mempunyai foto yang ibuku kirimkan kemarin!" kataku dan membuka galeri handphone-ku.

"Ini gadisnya..." tunjukku.

"Loh ini bukannya siti?" tanya temanku terkejut.

"Kamu kenal dengannya!" tanyaku lebih terkejut lagi.

"Aku teman sekelas dengannya dari SMA sampai kuliah..." jawabnya kemudian.

"Dan menurut sepengetahuanku, dia tidak termasuk kedalam gadis baik-baik yang kamu katakan tadi!" ucapnya tidak terima dengan ucapanku sebelumnya.

"Kecuali jalan berduaan dengan lawan jenis sambil bergandengan itubmasih bisa dikategorikan kepada hal yang wajar..".

"Ditambah dengan cipika-cipiki sih, mungkin untuk orang luar negri jangan bahas luar negeri dulu luar kota aja mungkin biasa, tapi kamu tau kan disini bagaimana?".

"Kamu serius?" tanyaku terkejut.

"Iya, aku serius, sangat serius..." jawabnya yakin bahkan sangat yakin.

"Tapi dia lahir dari keluarga teungku!" kataku tak percaya dengan lingkupan perempuan yang akan dijodohkan denganku.

"Memang yang teungku dia?" tanya temanku sambil memutar bola matanya.

"Bukan kan!".

"Yang sudah pasti teungku aja masih juga terkadang membuat kesalahan, apalagi dia!".

"Iya kamu benar." jawabku sambil tersenyum tipis, entah mengapa aku merasa bahagia.

"Tapi apa kamu punya bukti?" tanyaku lagi, bukankah segala sesuatu memerlukan buktu?

"Kalau masih tidak percaya..." ujarnya mengantung.

"Temui saja pacarnya." imbuhnya.

"Pacar?" tanyaku memastikan pendengaranku.

"Iya pacar, setauku mereka belum putus!" jawabnya.

"Tapi dia berkata, kalau dia tidak pernah pacaran!" jawabku tidak percaya dengan informasi yang baru kudapat.

"Apa tidak pernah pacaran!" ujarnya kesal.

"Dia adalah salah satu playgirl yang ada di kelas aku dim!" ujarnya mengebu-gebu.

"Benarkah?" tanyaku melototkan mataku.

"Berarti dia memiliki banyak mantan." ucapku tidak percaya dia telah membohongi aku dan orang tuaku.

"Iya.." jawabnya.

"Sepertinya aku sudah kembali memiliki alasan untuk kembali menolak perjodohan ini!" ucapku bersemangat.

"Bahkan asila yang muallaf, beribu kali lebih baik daripada dia!" batinku semangat.

"Dim..." panggilnya sambil menepuk bahuku.

"Iya?" jawabku terkejut.

"Kok bengong?" tanyanya.

"Aku ada urusan, aku pamit dulu!" imbuhnya.

"Oh baiklah!" jawabku.

"Aku harus memberi tahu ini kepada ibu secepatnya!" ucapku semangat.

****
TBC

My Hijrah Because Allah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang