Adiba asila Pov
"Dimas besok aku mau pergi ke pengajian di mesjid kemarin, kamu mau ikut?" Tanyaku kepada Dimas.
"Sepertinya tidak bisa, aku ada kegiatan organisasi kampus!" Jawabnya membuatku hanya menganggukkan kepalaku saja, pertanda tidak mengapa.
"Yasudah, aku pergi dulu ya dim!" Kataku ketika mengingat sesuatu.
"Iya, kenapa terburu-buru sekali!" Tanyanya melihatku seperti orang mau ditangkap polisi.
" Aku baru ingat hari ini ada lomba pidato di mesjid samping kostanku!" Jawabku.
" Kamu ikut lomba?" Tanyanya terkejut.
" Tidak, aku jadi panitianya.." jawabku tersenyum tipis, "yasudah aku pergi dulu ya..".
MHBA
"Assalamualaikum semuanya.." sapa uztadzah yang baru sampai di tempat pengajian.
"Waalaikumsalam.." jawab kami serentak.
"Wahh... hari ini sangat ramai ya!" ujarnya ketika melihat yang datang di kajian hari ini lebih banyak dari biasanya.
"Alhamdulillah ustadzah, kami semua sedang diberi umur, waktu, dan kesehatan sampai bisa sampai kesini!" balasku tidak lupa dengan senyum yang masih ada di wajahku.
"Kalau begitu untuk lebih seru, bagaimana pembahasan kita hari ini sesuai dengan permintaan dari jamaah taklim?" tanya ustadzah.
"Boleh, maaf ustadzah sebagai muallaf, saya ingin mengetahui batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan!" ujarku dengan semangat menggebu.
"Alhamdulillah, allah berikan pintu hidayah kepadamu, bahkan orang yang dari dulunya islam pun sudah melupakan akan hal ini, tetapi anda yang baru mengenali islam ingin mempraktekkannya!" ungkap ustadzah.
"Bagaimana yang lain apa saran yang lain?" tanya ustadzah lagi.
"Tidak ustadzah, sepertinya topik itu sudah sangat pas!" ungkap yang lain.
"Baiklah Dalam Islam, hubungan pertemanan pria dan wanita dibolehkan hanya saja tidak dengan berdua-duaan atau bercampur baur. Sebagaimana Rasul menjaga bagaimana ia berinteraksi dengan wanita, beliau selalu menetapkan batasan-batasan sesuai syariat Islam. Lihat saja bagaimana Rasul menentukan barisan shaf antara pria dan wanita.
Dari Ummu Salamah rodhiallahu ‘anha. Beliau mengatakan, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai mengucapkan salam maka para wanita pun berdiri seketika sesudah selesai membaca salam. Adapun Nabi tetap diam dalam posisinya selama beberapa saat sebelum berdiri.” (HR. Bukhari no. 870). Ummu Salamah mengatakan, “Menurut kami, wallahu a’lam, beliau melakukan hal itu adalah dalam rangka agar kaum wanita segera beranjak pergi sebelum ada lelaki yang berpapasan dengan mereka.” (lihat Nashihati lin Nisaa’, hal. 119)
Rasul bersabda, “Sebaik-baik shaf bagi kaum lelaki adalah yang terdepan dan shaf terjelek bagi mereka adalah yang paling belakang. Sedangkan sebaik-baik shaf bagi perempuan adalah yang paling belakang dan yang terjelek adalah yang terdepan.” (HR. Muslim)
Pertemanan pria dan wanita hendaknya tidak dengan berdua-duaan atau bercampur baur. Sebagaimana Rasul bersabda, “Tidaklah aku tinggalkan sesudahku sebuah cobaan yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki dibandingkan (cobaan yang berasal dari) kaum perempuan.” (HR. Bukhari no. 5096 dari Usamah bin Zaid rodhiallahu ‘anhu)
Beliau juga bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan perempuan kecuali ada mahram yang menyertainya.” (HR. Bukhari no. 5233 dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma)
Pada suatu hari, datanglah seorang pria yang mengatakan pada Rasul bahwa sesungguhnya ia telah terdaftar untuk berperang, namun istrinya akan berangkat haji, maka Rasul berkata, “Tidaklah boleh seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan kecuali bersama dengan mahramnya.”
Maka ia pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri saya ingin berangkat haji sementara saya telah terdaftar untuk ikut berperang dalam pertempuran ini dan itu, lantas bagaimana? Maka beliau menjawab, “Kembalilah kamu dan berangkatlah haji menemani istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan Rasul juga tidak pernah bersentuhan dengan wanita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengatakan, “Sungguh apabila kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan paku dari besi itu lebih baik baginya daripada harus menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, 20/211).
Jadi lebih kurang seperti itulah batasan-batasan kita untuk bergaul atau berteman dengan lawan jenis!" jelas uztadzah dengan lembut.
"Bagaimana ada yang kurang jelas dari penjelasannya?" imbuhnya lagi.
"Bagaimana jika di kampus, ketika kita mendapat kelompok dengan lawan jenis ustadzah?" tanya salah satu jamaah taklim.
"Jadi begini sebenarnya dalam islam tidak dilarang intuk berteman dengan lawan jenis, selama tidak melanggar syariat yang telag di tentukan." jawabnya dengan lembut.
"Seperti tidak berdua-duaan kara yang ketiganya..." gantungnya.
"SETAN.." seru kamu berbarengan.
*****
Maaaf baru update lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijrah Because Allah (END)
القصة القصيرةAku telah lama bermimpi ingin seperti hujan yang menenangkan dirimu. Aku telah lama menanti ingin seperti matahari kala siangmu dan bulan kala malammu Tapi terkadang cinta Tak bisa lurus seperti jalan tol Atau tak bisa mulus seperti pantat bayi Cint...