Adiba asila pov
Sudah sekitar dua bulan aku sengaja memutuskan kontakku dengan dimas, selain mengambil hatiku kembali darinya ini juga berfungsi untuk membuatku fokus mencari maaf dari ibuku.
"Ibu..." panggilku kepada ibuku.
"Iya nes!" jawab ibuku, ya ini sudah seminggi setelah ibuku memaafkanku bahkan ibuku sudah mau nenerimaku bahkan bermanja-manja lagu kepadaku, tentu itu membuatku sangat bahagia.
"Ibu mau pergi kemana?" tanyaku kepada ibu.
"Kamu sangat perhatian sekarang kepad ibu!" jawab ibu sambio tersenyum kepadaku.
"Dulu jangan perhatian kepada obu, kamu disuruh tinggal disini saja tiak mau!" jawab ibuku berpura-pura kesal kepadaku.
"Itu duku bu!" jawabku sambil tertawa kecil.
"Sekarang aku akan memerhatikan ibu dengan sangat detail!" imbuhku lagi.
"Ibu tau tidak?" tanyaku kepada. Ibu.
"Apa?" ibuku balas bertanya.
"Rasulullah SAW dalam hadits nya yang berasal dari pertanyaan seorang sahabat. "Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini." Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian dia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab, "Ibumu." "Kemudian lagi, ya Rasul," tanya orang itu. "Rasul menjawab, "Ibumu." Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; "Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasul?" "Bapakmu," jawab Rasulullah.
Begitu bu!" jelasku dengan panjang lebar."Ibu maubpergi sebentar, nanti sore ibu akan pulang!" jawab ibu dan langsung meninggalkanku.
"Apa ibh marah kepadaku?" batinku.
"Kenapa ibu menjadi seperti itu?" tanyaku bingung.
MHBA
"
Assalamualaikum adiba!" salam seseorang dari depan, aku sangat mengenali suara ini.
"Apa aku salah dengar?" tanyaku bingung dan terkejut.
"Kenapa tidak jawab salam dari ibu?" tanya ibu kepadaku, membuatku tambah kaget.
"Kamu sudah tau hukum menjawab salam kan sayang?" tanya ibuku dan itu sukses membuatku menangis hebat, aku sangat bahagia akhirnya orang yang aku sayang telah memeluk agama yang sama denganku sekarang kamu sama, tidak ada hal yang membedakan kami lagi.
"Kenapa ibu tidak mengatakan kepadaku?" tanyaku masih dengan sesegukan.
"Ibu juga mau seperti kamu, masuk islam sendiri." jawab ibu sambil memasang wajah angkuhnya.
"Kamu pikir kamu saja yang bisa?".
"Ibu juga bisa seperti kamu, datang-datang sudah masuk islam!" jawab ibuku yang sukses membuatku terkekeh.
"Aku sudah meminta izin bu!" jawabku tidak terima.
"Taoi kan ibu bilang jangan!" jawab ibu tidak terima.
"Kan sebenarnya ibu juga mau, tapi masih memastikan!".
"Kamu ngebet banget!" dan ini benar-benar membuatku melonggo.
"Dalam kebaikan memang harus cepat-cepat bu!" jawabku tidak terima dengan perkataan.
"Yasudah pokoknya kita shalat maghrib di masjid depan sana nanti!" jawab ibu tidak sinkron.
"Siap komandan!" jawabku akhirnya.
"Bu besok senin.." ucapku berniat mengajak ibuku berpuasa.
"Jadi?" tanya ibuku bingung.
"Kita puasa senin kamis yuk bu!" ajakku akhirnya dengan terang-terangan.
"Oke!" jawab ibuku santai.
"Nanti sahur aku bangunkan ya bu!" jawabku sangat bersemangat.
"Jangan cuma dibangunkan!" jawab ibuku.
"Dimasakkan juga untuk sahurnya!".
"Ibu mahh..." jawabku sedikit merengek.
"Ibu tidak mau tau!" ujarnya dan langsung meninggalkanku.
****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijrah Because Allah (END)
Cerita PendekAku telah lama bermimpi ingin seperti hujan yang menenangkan dirimu. Aku telah lama menanti ingin seperti matahari kala siangmu dan bulan kala malammu Tapi terkadang cinta Tak bisa lurus seperti jalan tol Atau tak bisa mulus seperti pantat bayi Cint...