Dimas pov
"Maaf bu, tapi aku tidak mau dijodohkan!" jawabku tidak terima.
"Kenapa?" tanya ibu bingung.
"Dia tamatan dayah*, dia di dayah enam tahun..." sambung ibu tidak terima aku menolak gadis yang dia tawarkan.
"Iya ibu, aku tau dia wanita baik-baik, tapi hati aku tidak biasa menerimanya!" jawabku masih dengan nada rendah kepada ibu.
"Apa karna aumnes?" tanya ibu tepat sasaran.
"Iya mak!" jawabky sambil tersenyum tipis.
"Tapi dalam agama bukankah kita harus lebih memilih perempuan yang lebih dalam agamanya?" tanya ibu.
"Insya allah asila bisa mak!" jawabku.
"Nak asila itu seorang muallaf!" jawab ibu tidak terima.
"Sedangkan siti, dia lahir dari kalangan teungku*!" imbuh ibu lagi.
"Bahkan keluarganya memiliki dayah modern, coba bayangkan!" ucap ibu lagi.
"Tapi mak, aku mencintai orang lain!" sanggahku.
"Paling kurang coba kamu temui dia dahulu!" tawar ibuku.
"Baiklah mak!" jawabku akhirnya.
"Sekarang jemput adikmu di kampusnya!" pinta ibuku.
"UNSYIAH kan mak?" tanyaku.
"Beh pat chit laen*?" jawab ibuku sambil memutar bola matanya.
MBHA
"Dek disini mana masjid yang sedang banyak pengunjung?" tanyaku penasaran.
"Mesjid raya lah bang, itu aja pakek nanya!" jawabnya.
"Itu juga abang tau sayang!" jawabku sedikit kesal.
"Ada mesjid keuchik lemik dengan mesjid oman." jawabnya akhirnya.
"Bagimana kalau kita ke mesjid oman hari ini, kita shalat maghrib disana?" tanyaku meminta persetujuannya.
"Boleh sih bang, tapi ini baru jam 5 sore!" jawabnya sambil melirik jam tangannya.
"Tidak apa-apa, kita makan-makan dulu!" jawabku sambil tersenyum.
"Oke di BP* ya bang, aku kepingin siomay bandung sama bubur disana...!" jawabnya bersemangat.
"Selalu kalau makan tidak cukup satu porsi!" ucapku membuatnya tertawa.
"Perut adek kan, perut karet bang, mana cukup satu porsi!" ujarnya bangga.
"Bukan perut karet, cacingan kali!" bantahku.
"Astaghfirullah, jahat katain adeknya sendiri cacingan!" jawabnya tidak terima.
"Ya kan kamu makan banyak, badan enggak nambah!" jawabku sambil melirik badannya.
"Isshh..." desisnya sambil membuang muka dariku.
"Jangan ngambek, nanti airnya es buah deh!" bujukku.
"Nggak usah, airnya teh dingin aja, tapi tambah batagor satu porsi lagi!" tawarnya membuatku melotot.
"Astaghfirullah dek!" hanya itu yang bisa kuucapkan.
"Gimana bang?" tanyanya.
"Kita ke mesjid oman aja, tunggu wakti shalat disana sambil membaca alquran, dapat banyak pahala!" godaku.
"Daripada kamu porotin!" kataku mendumel tetapi masih bisa didengar olehnya.
"Abang mah jahat, sukanya PHP!" ujarnya sambil memukul lengan kiriku.
"Padahal tadi becanda batalin perginya!" ucapku.
"Tapi karna dipukul plus dibilang PHP maka abang malas untuk pergi!" imbuhku.
"Jangan dong bang!" ujarnya kali ini dengan mencolek lenganku yang dipukulnya tadi.
"Tadi pukul, sekarang colek-colek!" ujarku.
"Memang wanita iti tidak konsisten!" sambungku membuatnya cemberut.
"Cepat naik, kita pergi ke Blang Padang!" ajakku.
"Makasih abang!" ujarnya sedikit berteriak semangat.
"Husshh, jangan berteriak!" tegurku.
"Iya maaf!" ujarnya sambil terkekeh pelan.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hijrah Because Allah (END)
Cerita PendekAku telah lama bermimpi ingin seperti hujan yang menenangkan dirimu. Aku telah lama menanti ingin seperti matahari kala siangmu dan bulan kala malammu Tapi terkadang cinta Tak bisa lurus seperti jalan tol Atau tak bisa mulus seperti pantat bayi Cint...