{4} Pengajuan

3.9K 215 1
                                    

Hari ini Kanaya berdiri tepat didepan kantor Arga, di Bandung. Dengan memakai baju PSK muslimah tanpa lencana ia terus saja menggerak-gerakkan tangannya kesana kemari melihat lengan bajunya yang sedikit tidak nyaman.

Ya, hari ini Arga dan Kanaya akan melakukan pengajuan pernikahan. Memang dalam dunia militer, untuk menikah saja perlu ada pengajuan yang yang memang urutannya dari satuan terkecil yaitu RT, RW, lalu Koramil, Kodim, Korem, Batalyon, Kodam, KUA dan lain sebagainya. Memang sangat rumit dalam pernikahan militer. Namun, inilah yang dipilih Kanaya untuk hidupnya.

'Serumit itukah? Kalau bukan karena Papah sama Mamah aku mungkin bakalan berhenti aja sampai disini, mau nikah aja ribetnya selangit, huh' keluh batinnya. Ia juga melihat tidak hanya dirinya yang datang untuk pengajuan ini. Ada beberapa calon yang sama dengannya dan mengajaknya duduk disebuah koridor didepan kantor.

"Teteh, calonnya siapa?" tanya seorang yang mengajaknya untuk duduk.

"Em.. Kak Arga" jawab Kanaya dengan polos. Ia tidak tahu kepangkatan dalam militer, bahkan untuk calon suaminya saja ia tidak tahu.

"Oh iya, Teh NRP nya sudah hapal? Saya masih menghapal, soalnya gak sempat menghapal, sibuk kesana-kesini buat pengajuan" ucap perempuan itu sembari mulutnya terus berkomat-kamit menghapal sesuatu yang ia tulis disebuah kertas. Kanaya hanya tersenyum saat mendengar perempuan disampingnya bertanya. Ia tidak mengerti apa itu NRP, mengapa ia menghapalnya? Apa pengajuan ini sama seperti saat sidang skripsi? Itulah yang ada dipikirannya. Namun ia tidak menggubrisnya. Ia hanya melihat suasana sekitar yang dominan dengan warna hijau pupus. Menyegarkan sekali suasana yang asri dan sejuk.

"Kanaya, aku cari kamu kemana-mana ternyata disini" tiba-tiba seseorang membuat Kanaya berpaling dari lingkungan yang sedang ia amati. Ia kenal dengan wajah itu.

"Kak Arga? Maaf, tadi aku disitu tapi aku kakiku pegal berdiri terus, jadi aku duduk disini" Kanaya berdiri menghadap Arga yang juga tengah berdiri dengan baju PDH, Kanaya terus menggerak-gerakkan tangannya kesana-kemari menunjukkan lokasi tempatnya berdiri dan duduk.

"Sebentar lagi kita masuk" ucapnya dingin. Namun, Kanaya hanya mengangguk.

"Oh iya Kak, kalau NRP itu apa?" tanya Kanaya.

Arga menepuk jidatnya, ia tampak sedikit bingung karena mendengar perkataan Kanaya yang bahkan tidak tahu NRP. Arga juga menyangka bahwa Kanaya tidak tahu pangkatnya.

Arga memberikan secarik kertas yang berisikan sebuah kata-kata perkenalan dengan urutan nomor dan pangkat. Ia berpesan bahwa Kanaya hanya perlu menghapal ini saja, jika ditanya jawab saja apa yang ia tahu.

Tiba saatnya Arga dan Kanaya masuk kedalam. Kanaya melihat ada seorang lelaki dengan wajah yang sedikit sangar. Nampaknya Arga pun sedikit kaku dengan seseorang itu.

"Izin masuk komandan" ucap Arga dengan menghormat. Kanaya yang berjalan mengikutinya dibelakangpun tersenyum. Ia nampak sangat celingukan saat melihat lelaki didalam itu.

"Silahkan" ucap lelaki yang dipanggil Arga komandan itu. Saat Arga masuk Kanaya hanya terdiam diambang pintu, tampaknya ia sangat gugup saat melihat wajah Arga yang berubah menjadi sangar.

"Silahkan masuk calon penghadap" ucap komandan Arga. Arga nampaknya kesal, ia menautkan alisnya dan menggerakkan kepalanya pertanda ia menyuruh Kanaya masuk. Kanaya hanya tersenyum dan kemudian masuk.

"Silahkan perkenalkan diri Anda"

Kanaya bingung, bagaimana memulai perkenalan ini, apakah harus 'hai?', 'apa kabar?', 'selamat pagi?'. Dia tidak tahu bagaimana. Hari ini ia gugup saat berhadapan dengan Arga dan komandannya yang menyeramkan. Wajah Kanaya terlihat sangat bingung. Tangannya tidak henti memelintirkan ujung kain bajunya. Arga yang melihat sikap Kanaya sangat ingin membawanya keluar dan menghentikan sikap konyolnya. Kenapa bisa dalam acara formal seperti ini perempuan itu masih saja bersikap seperti anak kecil.

"Sstt! Ssstt!" bisik Arga dari samping Kanaya. Perempuan itu menoleh nelihat bibir Arga yang berkomat kamit memberi tahu Kanaya.

"Perkenalan yang ada di kertas" bisiknya. Benar, kertas yang tadi Arga beri berisi kalimat perkenalan. Untung saja Kanaya sempat menghapalnya sebelum ia dipanggil masuk.

Dengan lantang dan percaya diri Kanaya mengucapkan kata-kata yang sesuai dengan kertas yang Arga beri.

"Izin memperkenalkan diri, Nama kecil saya Kanaya Rhitika Nugroho. Calon istri dari Lettu Arga Barrapradikta. NRP 9209... Sembilan.. Eu-" ucapan lantang Kanaya menjadi macet saat menyebutkan susunan angka NRP yang menurutnya lebih sulit daripada  menghapal nomor teleponnya. Kanaya menundukkan kepalanya, wajahnya panik. Ia benar-benar lupa dengan urutan NRP itu.

"Sembilan empat dua" bisik Arga. Seketika Kanaya mengangkat wajahnya dan menyebutkan angka terakhir itu. Wajahnya kaku dan tegang. Komandan Arga pun tersenyum melihat sikap tegang Kanaya.

"Ulangi" ujarnya.

"Siap ulangi. Izin memperkenalkan diri, Nama kecil saya Kanaya Rhitika Nugroho. Calon istri Lettu Arga Barrapradikta. NRP 9209.."

~~~

"Sudah kubilang, saat dikesatuan jaga sikap, jaga sikap Kanaya!" tampaknya Arga sangat kesal padanya hari ini. Betapa tidak, setelah mempermalukannya didepan komandannya karena lupa bagaimana cara memperkenalkan diri dan menyebutkan NRP. Ditambah lagi dengan sikap konyolnya yang seperti anak-anak membuat Arga jengkel.

"Tapi aku tadi lupa Kak" sahut Kanaya dengan wajah sebal. Ia sebal karena Arga terus mengoceh sepanjang jalan saat hendak mengantarnya pulang ke Jakarta.

"Sudahlah, lain kali kamu harus lebih hati-hati. Apalagi nanti kamu tinggal disana"

"Maksud Kakak di Bandung? Di kesatuan Kakak?" wajah Kanaya berubah menjadi antusias. Ia berpikir bagaimana bisa ia hidup dilingkungan yang super kaku seperti itu? Arga hanya mengangguk dan menyuruh Kanaya untuk tidak protes karena harus tinggal bersamanya di Bandung.

Arga POV

Kanaya. Bagaimana bisa aku hidup dengan perempuan childish seperti ini? Bahkan dia sepertinya hanya menganggap Kakak padaku.

Menjengkelkan sekali. Aku tidak tahu bagaimana nasibku selanjutnya bersama perempuan ini. Namun, yang aku pentingkan adalah kebahagiaan kedua orang tuaku.

Dia memang memiliki paras yang cantik, tapi aku tidak tahu bagaimana sikap aslinya.

Sudahlah, bagaimanapun juga, pernikahan ini sudah terlanjur akan terjadi. Tidak mungkin aku membatalkannya begitu saja.

"Satu hal yang harus kamu ingat, Harga diri suami ada ditangan istri" ucapku dengan menoleh pada wajah Kanaya yang sedang terdiam. Kanaya menoleh dan menatapku.

"Maksudnya?" tanyanya lagi. Apa benar dia tidak mengerti apa yang aku katakan barusan? Atau hanya pura-pura tidak mengerti saja?

"Berarti kamu harus jaga sikap Kanaya" aku kesal saat harus berulang kali menjelaskan apa yang aku katakan pada Kanaya. Perempuan itu hanya mengangguk sembari memejamkan matanya. Ekspresinya sangat jelas menyepelekan wejanganku.

"Aku ngerti, tenang aja" ucapnya.

~~~~

Tanpa disadari kegiatan hari ini membuat Kanaya lelah. Ia tertidur pulas dengan kepala yang tersandar dikaca jendela mobil.

Sejak pembicaran tadi Arga tidak menyadari bahwa Kanaya tertidur karena ia hanya terfokus pada jalan. Ia juga tidak berhenti berbicara tentang semua aturan dalam keluarga militer.

Namun Arga tidak mendengar sepatah kata dari Kanaya, bahkan suara dehemannya pun tidak terdengar.

"Kanaya kamu mengerti kan?" tanya Arga tanpa menoleh pada Kanaya. Karena ia sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia sedang diburu waktu karena kedua keluarganya telah menunggu mereka berdua untuk fitting baju pengantin.

"Kanaya?" Arga memelankan mobilnya dan melirik pada Kanaya yang sudah terlelap. Arga kembali menepuk jidatnya dan mengelus sabar dadanya. Ia berpikir bahwa hidup dengan Kanaya adalah tentang belajar kesabaran. Meski berapa kalipun perempuan itu melakukan kesalahan, tetaplah yang bersalah adalah Arga sebagai kepala rumah tangganya.

Keterangan

PSK  : Pakaian Seragam Kerja
NRP : Nomor Registrasi Pusat

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang