{3} Engagement

3.9K 232 0
                                    

Kanaya pulang dengan senyum yang masih tersungging dibibirnya. Ia melihat Ayah dan Ibunya yang sedang duduk dibalkon rumah. Ia menghampirinya dan duduk bersama, membicarakan hal-hal yang Kanaya temukan hari ini hingga ia bertemu dengan sahabatnya Sarah juga ia membicarakannya pada Ayah dan Ibunya. Betapa melegakannya melihat Kanaya yang kembali tersenyum ceria.

"Pah, em soal yang tadi malam Papah bicarakan, aku setuju. Aku mau dijodohkan, kalau bisa langsung tunangan juga boleh" ucap Kanaya malu-malu. Ayahnya tersenyum mendengar pengakuan putri semata wayangnya itu.

"Alhamdulillah kalau kamu setuju nak" ucap Ayahnya sembari mengelus lembut kepalanya. Kanaya tersenyum bahagia.

"Tapi kamu tidak terpaksa kan Nak?" tanya Ibunya yang sedikit khawatir. Kanaya menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia baik-baik saja dan siap untuk semuanya.

"Kalau gitu, ceritain dong Pah, seperti apa calon suami Naya" ucap Kanaya dengan manja. Memang sifatnya yang manja, mungkin karena ia adalah anak satu-satunya dalam keluarga ini.

"Hahaha, anak Papah kepo ya?! Baik-baik, Papah ceritakan. Namanya Arga, usianya baru 25 tahun. Satu bulan yang lalu dia baru menerima kenaikan pangkat jadi Letnan Satu. Dia juga sama anak tunggal seperti kamu. Dia anaknya baik, pintar, taat agamanya juga nak. Itu yang membuat Papah tertarik, mudah-mudahan dia bisa menjadi imam terbaik buat kamu nak. Oh iya, dulu juga dia pernah datang kesini. Waktu umurmu masih 1 tahun, dia merebut mainanmu dan kamu menangis. Hahahaha, lucu sekali saat kamu menangis nak" Ayah dan Ibunya tertawa saat bernostalgia melihat Kanaya kecil yang menangis karena mainannya direbut.

"Tapi sekarang, kalian sudah dewasa, bahkan kalian mau menikah. Papah lega sekali" ucapnya. Kanaya tersenyum. Ia pun bahagia mendengarnya, tidak ia sangka bahwa acara balas dendamnya membuat kedua orang tuanya bahagia juga.

Mungkin, ide nya terlalu jahat karena telah menggunakan orang yang tidak bersalah sebagai media untuk balas dendam perasaannya pada Handra, namun disisi lain juga ini adalah hal baik karena telah membuat kedua orang tuanya senang dengan perjodohan ini.

~~~

Hari-hari Kanaya selalu dihantui dengan nama Arga, ia begitu penasaran dengan orang yang bernama Arga itu. Seperti apa dan bagaimana sifat perilakunya? Apa berbeda dengan Handra? Apa lebih baik dari Handra? Semoga saja Arga lebih baik dari Handra yang telah membuatnya kecewa.

*****

Satu minggu kemudian, tepatnya acara pertunangan Kanaya dengan Arga. Terasa gugup sekali hari ini bagi Kanaya. Kini ia telah mengenakan sebuah long dress berwarna peach dengan jilbab yang serasi pula. Warna kulitnya yang cerah sangat kontras dengan baju yang ia kenakan. Cantik sekali, tampak anggun dan sangat lugu wajahnya.

Dadanya semakin berdegup kencang, entah mengapa ia merasakan hal ini. Padahal ia telah memberi niat pada pernikahan ini hanya untuk membuat Handra cemburu dan demi orang tuanya bahagia saja. Tapi entah mengapa, mungkin karena ia akan bertemu dengan orang baru yang akan selamanya berada dalam kehidupan barunya nanti.

Sikapnya menjadi lebih tidak karuan saat melihat beberapa mobil rombongan keluarga Arga terparkir didepan rumahnya. Ayah dan Ibunya segera menyambut kedatangan mereka dengan segala hormat.

Kanaya hanya bersembunyi dibalik lemari kaca dan melihat bagaimana mereka datang. Memang benar, keluarganya baik, mereka terlihat sangat berpendidikan dan bermoral.

Namun, pandangannya tertuju pada satu titik hidup yang berada dibelakang orang tuanya yang sedang berbicara. Seorang lelaki tinggi yang mengenakan batik, tubuhnya sangat atletis, kulitnya sawo matang dan wajahnya tampan. Gagah sekali lelaki itu. Ia tidak habis pikir bahwa seorang tentara bisa setampan itu.

'Apa itu yang namanya Arga? Kenapa jantungku berdegup kencang? Huft.. Tenang.. Tenang' batinnya terus mengoceh. Tangan mungilnya terus memegangi dadanya yang terasa dag dig dug.

Terhitung beberapa menit kemudian, akhirnya Ibunya memanggil Kanaya untuk hadir diantara perbincangan mereka. Dengan malu-malu, Kanaya datang dengan menundukkan wajahnya dan tersenyum sangat lugu.
Semuanya bersuara ketika melihat betapa cantiknya Kanaya hari ini. Sangat anggun dan elegan.

"Aduh, calon mantu Bunda cantik sekali sayang, sini duduk sama Bunda" ucap Ibunda Arga yang langsung meraih tangan Kanaya dan mengajaknya duduk diantara kedua orang tua Arga.

Hanya Arga yang tidak bersuara, sebelumnya Kanaya dapat melihat bahwa Arga sangat akrab berbicara dengan kedua orang tuanya dan kedua orang tua Kanaya. Namun, setelah Kanaya datang, ia menjadi diam seribu bahasa. Entah apa yang mebuatnya diam seperti itu. Namun, dengan jelas Arga sangat terpesona melihat Kanaya.

Kanaya menatap Arga dan tersenyum, namun seketika Arga menundukkan pandangannya dan meminum teh yang telah disuguhkan.

"Jadi bagaimana? Langsung saja ke acara pertunangannya?" tanya Ayah Kanaya yang tampaknya sudah tidak sabar lagi. Sama halnya dengan kedua orang tua Arga yang juga terlihat tidak sabar.

Setelah semua acara pertunangan selesai mereka membicarakan soal pengajuan dan pernikahan. Memang singkat acara pertunangan ini, tidak mewah seperti Handra dan Arini yang membuatnya terkagum melihatnya. Namun, cukup dengan do'a dan niat saja itu juga sudah sangat berharga bagi keluarga mereka.

Walau ini berat, namun Kanaya selalu berharap bahwa ia tidak akan terjebak dalam pilihannya sendiri. Ia sebenarnya takut kalau ini akan membuatnya menderita. Hidup bersama dengan orang yang tidak ia kenal. Berbagi tempat tidur, berbagi rumah bahkan bisa saja nanti ia merawatnya saat lelaki itu sakit. Tidak pernah terbayangkan seperti apa nantinya rumah tangga mereka yang hanya dilandasi sebuah balas dendam.

Satu lagi yang membuat hatinya resah. Arga adalah warga militer, kehidupan keras selalu Arga dapatkan dalam kesehariannya. Bahkan Ayah Arga pun adalah seorang TNI aktif. Ia takut kalau sikap kerasnya terbawa pada Kanaya dan membuat Kanaya ketakutan.

Kanaya juga selalu berfikir bagaimana kalau Arga tidak menyukainya? Bagaimana kalau nanti ia malah dimadu? Saat ini Kanaya selalu berfikiran negatif entah mengapa. Ia takut, pilihannya salah. Namun, jika kembali ia berfikir betapa bodohnya ia takut kehilangan Arga. Toh, pernikahan mereka pun tidak dilandasi dengan cinta, mengapa harus takut kehilangan? Namun betapa bodoh juga jika sampai Kanaya rela melepas Arga hanya karena wanita lain.

*****

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang