{14} Halu?

2.9K 178 12
                                    

Kanaya memasukkan beberapa barang keperluannya dan keperluan rumah kedalam trolly yang ia dorong. Ia tak menghiraukan ketika seorang pasangan suami istri yang terlihat manis memilih perlengkapan rumah bersama. Kanaya membuang jauh-jauh rasa inginnya, karena semua hal manis akan menjadi mustahil bila dilakukan bersama Arga.

"Dek Kanaya!" teriak seseorang dari belakangnya.

Kanaya menoleh dan mendapati Yulia yang sedang berbelanja bersama suaminya. Namun, ia tidak melihat Bella dan Raya. Mungkin mereka berdua sedang menikmati waktu bersama tanpa diganggu sang buah hati.

"Eh, mbak Yuli. Lagi belanja ya?" sapa Kanaya dengan lembut. Sebenarnya ia tahu, tetangga satu ini tidak pernah menyukainya sejak awal. Yuli selalu saja mengorek kesalahan Kanaya agar menjadi besar dan tersebar diseluruh Batalyon.

"Iya nih, dek Arganya mana? Kok sendiri?"

Kanaya tersenyum mendengar hal itu. Sebelumnya ia sudah bisa menebak apa yang akan Yulia tanyakan. Dan benar saja, perempuan penggosip itu selalu saja curiga dengan hubungan pernikahannya dengan Arga. Sebenarnya Kanaya merasa risih, namun biarlah, selama hal itu tidak membuat haga dirinya jatuh ia tidak akan bertindak.

"Kak Arganya ada urusan mendadak di kantor" ucap Kanaya.

Namun, Yulia menatap suaminya dan tertawa mendengar pernyataan Kanaya.

"Dek, sekarang tuh libur. Gak mungkin ada tugas, perlu dicurigai itu dek Arga. Jangan-jangan dia masih bertemu mantan pacarnya" jelas, penuturan itu membuat Kanaya terasa tersentak. Sesekali terlintas dalam benaknya jika Arga selama ini masih berhubungan dengan mantan kekasihnya.

Sebenarnya Kanaya tidak peduli dengan Arga, tapi ada sesuatu yang menariknya untuk mencari tahu masa lalu Arga.

"Mungkin saja kan mbak. Namanya juga tentara dan isyaallah Kak Arga tidak seperti itu" ucap Kanaya ragu. Ia terlihat kaku saat mengatakan itu semua.

"Yah, saya sih cuma memperingatkan supaya hati-hati. Apalagi sekarang saya lihat dek Arga sering pulang telat, jangan-jangan ia mencari kesempatan dalam setiap kegiatannya"

"Ah, iya terimakasih sudah perhatian. Kalau begitu saya pamit dulu mbak. Masih banyak yang harus saya beli. Mari, assalamu'alaikum.." Kanaya merasa lebih baik jika dirinya pergi dan tidak terus menerus mendengarkan apa yang dikatan tetangganya itu. Semuanya hanya akan membuat ia salah paham kepada Arga.

~~~~

Arga duduk menatap mata cokelat Ricca. Perempuan ini selalu saja membuatnya tidak mampu menolak saat ia mengajaknya bertemu. Dan saat ini, ia rela untuk tidak mengantar Kanaya pergi membeli kebutuhan rumah, padahal semalam ia telah berjanji akan menemaninya untuk membeli kebutuhan rumah.

Arga membuka ponselnya. Ia teringat Kanaya yang ia tinggalkan sendiri di depstor. Untuk sekedar memberi sebuah kabar dan menanyakan kapan pulang Arga mengirim pesan pada kontak Kanaya. Namum, 30 menit sudah pesannya terkirim dan Kanaya masih juga belum membaca pesan darinya. Mungkin ia sedang sibuk hingga tidak sempat menggenggam ponsel, pikir Arga.

"Kamu kok kayak gelisah gitu? Ada apa sih?" tanya Ricca saat melihat tingkah laku Arga yang memang tampak sangat gelisah. Sejak dari tadi ia terus menggeser layar ponsel dan mendesah, ia tampak sedang menunggu sebuah kabar dari seseorang.

Arga menggelengkan kepalanya dan tersenyum samar. Lelaki itu tampak sedikit panik saat ponselnya mati karena kehabisan daya.

Arga memalingkan wajahnya ke jendela kaca yang besar. Ia menatap orang-orang yang berlalu-lalang dibawah hujan yang deras. Matanya terpaku pada sebuah objek hidup yang berada dibawah lampu bersama seorang pria tinggi dan bernaung dibawah sebuah payung hitam. Ia memicingkan matanya dan sesekali mengucek matanya itu.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang