{20} I Realize

3.4K 218 19
                                    

"Aku ikhlas, Kak Arga menikahi Bella" ucapnya sendu.

Arga menatap mata Kanaya lekat-lekat. Ternyata perempuan ini telah mendengar semuanya. Jangankan Kanaya, dirinyapun merasa kecewa. Apa artinya perjuangannya selama ini? Menjaga kehormatan dan bahkan sekuat tenaga untuk menerapkan semua sumpah prajurit, sapta marga dan 8 wajib TNI. Mana bisa ia menikahi lebih dari satu orang wanita? Lebih baik dirinya tertembak mati dimedan tugas.

"Aku tidak bisa Naya" ucap Arga sembari menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat sangat kacau.

"Aku mohon Kak, hiks.. Aku yakin ini semua gara-gara aku, Bella sakit karena aku. Aku memang pembawa sial" sesal Kanaya. Ia terus saja memilin ujung bajunya dan menunduk. Arga tak tega melihat Kanaya menangis seperti ini. Baru kali ini Arga bisa merasakan hati seorang perempuan, hatinya seperti menyatu dengan orang ini.

"Setelah Tuhan, kehidupanku diatur Negara. Mana mungkin seorang prajurit memadu seorang istri? Sama saja aku melanggar semua peraturan Naya"

Arga menatap lekat wajah perempuan itu yang terus menundukkan kepala. Entah sampau kapan ia harus merasa tidak mampu saat bersama Kanaya. Ia sendiri juga merasa dibingungkan dengan hati dan akalnya. Kedua bagian dari hidupnya itu selalu saja bertentantan tentang Kanaya.

"Ceraikan aja aku. Hiks"

"Sssttttt! Kamu gak boleh ngomong gitu, aku gak akan pernah cerai-in kamu" telunjuk Arga tertempel halus dibibir Kanaya yang membuat perempuan itu berhenti merengek.

Arga tersenyum, ia yakin sifat alamiah perempuan ada dalam diri Kanaya, mereka hanya perlu pengertian untuk menenangkan dirinya. Dan benar saja, wajahnya mulai terangkat menatap Arga. Lucu sekali, mata, bibir, hidung dan bahkan pipinya merah. Sebuah fakta baru yang Arga dapatkan tentang Kanaya, yaitu perempuan ini tidak bisa menyembunyikan tangisannya. Meski tak ada lagi air mata, ia bisa melihat wajahnya yang hampir semua merah.

"Sini-sini"

Arga mendekatkan tubuhnya dan merangkul Kanaya. Ia juga mengelus kepala Kanaya untuk pertama kalinya. Saat bersama, hati mereka masing-masing terasa tentram dan lega. Arga tersenyum sembari menatap nanar langit biru dengan aksen awan yang putih seperti gulungan ombak.

"Kamu satu-satunya istriku, tidak akan pernah ada yang lain Naya" ucap Arga. Terdengar sangat tulus terlontar dari mulutnya.

Kanaya terenyuh. Ia kembali merasa kembali dicintai, namun ini berbeda rasanya dengan Handra. Ia rasa, Arga lebih berharga daripada Handra jauh sebelum lelaki itu melukai perasaannya.

"Kita selesaikan masalah ini sama-sama. Ya?"

Kanaya mengangguk perlahan. Ia masih canggung jika beradegan seperti ini dengan suaminya sendiri.

*****

Sudah hampir 3 hari Arga dan Kanaya berada di Tegal, hanya untuk menemani Bella yang masih terbaring lemah. Namun beruntung, kemarin perempuan itu mampu membuka matanya dan membuat semua orang tersenyum bahagia. Begitupun dengan Kanaya, beban didadanya terasa plong, hilang terbawa senyuman Bella.

"Bel, kamu harus kuat. Kamu makan dulu yah" ucap Arga yang masih duduk disamping ranjang Bella sejak tadi pagi. Seluruh waktunya kini milik Bella. Itulah pikir Kanaya.

Perempuan berjilbab nude itu hanya diam terpaku menyaksikan semuanya. Bukan apa-apa, ia hanya tidak menyangka pernikahannya serumit ini, yang bahkan membuat orang lain menderita.

Seseorang memegang pundak Kanaya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Terimakasih telah rela berbagi. Saya tahu betapa sakitnya melihat suami sendiri membagi waktunya dengan orang lain" ucap Ibu Bella. Perempuan setengah baya itu memang berbanding terbalik dengan Yulia dan Bella. Ia lebih lembut dan pengertian.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang