{17} Untuk Pertama Kalinya

3.4K 191 10
                                    

Pagi menyingsing begitu cepat, sepertinya sang mentari tak sabar untuk menampakkan wujudnya hari ini. Cuaca cerah kini menyelimuti bumi asrama tempatnya bernaung. Sejak tadi pagi, Arga tidak mendapati batang hidung Kanaya. Kemana perginya perempuan itu? Pikir Arga.

Kring kring..

Suara bel sepeda itu lagi. Arga segera keluar rumah dan mendapati Kanaya bersama Bu Radi bersepeda berkeliling asrama.

"Kak Arga lihat aku udah bisa" ucap Kanaya yang mengayuh sepedanya sembari melepaskan satu tangannya dan melambai pada Arga.

Arga terlihat khawatir saat melihat Kanaya yang begitu ceroboh. Namun ia tidak ingin mengacaukan mood Kanaya dengan melarangnya ini dan itu, meskipun itu memang akan membuatnya celaka. Arga mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum puas melihat Kanaya. Begitupun dengan perempuan itu, ia terlihat sangat senang.

'Haeuh kenapa dia ceroboh sekali? Nanti jatuh lagi, nangis lagi' batin Arga. Ia menghampiri Bu Radi yang juga berdiri didepan rumahnya. Tetangganya itu memang terlihat berteman baik dengan Kanaya.

"Terimakasih ya Mbak, sudah ajarin istri saya. Dia kalau diajarin sama saya susahnya minta ampun" ucap Arga sembari tertawa.

Bu Radi tersenyum maklum. Ia tahu Kanaya dan Arga, mereka menikah dengan umur yang masih cukup muda.

"Iya Om. Dek Kanaya itu orangnya cepat menyesuaikan diri, dia cepat belajar. Saya cuma ajarin dia dua kali sekarang sudah bisa lepas tangan gitu hihi"

Arga mengangguk. Hatinya benar-benar merasa lega. Melihat Kanaya tersenyum, bahkan sekarang istri dari Abang asuhnya sangat baik pada Kanaya.

"Bang Radi kapan pulang Mbak?" tanya Arga.

"Yah, 5 bulan lagi baru turun Om"

Arga mengangguk. Matanya tak lepas dari Kanaya yang sedang mengayuh sepedanya. Sedari tadi perempuan itu tidak berhenti, mungkin saja satu Batalyon ini sudah ia kelilingi pagi ini.

*****

"Assalamu'alaikum"

Arga pulang dengan memasang senyum pasrah. Ia melihat Kanaya yang datang dari arah dapur, perempuan itu masih terlihat cantik walau hanya dengan balutan daster yang ia kenakan.

"Wa'alaikumsalam" sahut Kanaya. Kini sudah menjadi kebiasaannya untuk mencium punggung tangan Arga jika ia hendak pergi atau datang.

Arga hanya tersenyum. Ia segera pergi ke kamar dan mengeluarkan semua perlengkapan tempurnya. Tanpa permisi Kanaya masuk ke kamar Arga dan melihat semua barang-barang berwarna hijau itu berserakan diatas kasur. Ia terhenti, matanya membulat dan bibirnya terkunci yang sebelumnya ia hendak mengomel karena baru saja kamar itu ia bereskan.

"Kak Arga mau kemana?" tanya Kanaya polos. Lagi-lagi Arga hanya tersenyum. Sejenak Arga menatap Kanaya yang terpaku didepannya sebelum tangannya kembali sibuk memilih perlengkapan didepannya.

"Aku ada latihan di Cilacap" ucapnya tenang.

Kanaya hanya terdiam, ia terus saja menatap Arga.

"Kapan Kak?"

"Besok pemberangkatan"

Hatinya terasa tersentil. Kenapa ia mendadak sedih mendengar Arga hendak pergi? Apa karena ia masih belum bisa mandiri? Atau ada hal lain dalam hatinya yang membuat dirinya tidak bisa jauh dari Arga?

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang