{26} Sang Mantan

3.1K 218 12
                                    

"Arga! Kamu bilang sama aku, ini semua bohong kan? Ini mimpi kan Ga? Huhuhu hiks.." Ricca terus saja menangis tanpa henti saat ia berada didepan pusara Bagus, sahabatnya. Arga tak bisa berkata apapun, begitupun Kanaya yang juga sengaja ikut setelah menjenguk dan memastikan keadaan Rini baik-baik saja.

"Bicara Ga! Ini semua gak mungkin! Bagus... Huhuhuhu hiks" rintih Ricca, ia memang terlihat sangat terluka. Siapa yang tak akan terluka jika sahabat terbaiknya pergi untuk selamanya dengan cara yang begitu mengenaskan.

Ricca mengusap nisan yang tertancap di pusara yang masih merah tersebut. Ia memejamkan matanya sekejap dan mulai berceloteh lagi. "Kamu bohong Gus, kamu bilang gak bakalan ninggalin aku dan akan terus jagain aku sebelum aku menikah. Itu bohong, hiks"

Arga menundukkan kepalanya. Meminta untuk melupakan atau bahkan menghentikan Ricca menangis tidak dapat menghilangkan kenangannya bersama Bagus. Bahkan apa yang Ricca katakan adalah sebuah kalimat yang Bagus berikan untuk menenangkan Ricca pada saat dirinya menggelar resepsi pernikahan bersama Kanaya. Bagus sendiri yang berkata bahwa Ricca datang dan menangis setelah mengetahui dirinya menikah dengan orang lain.

"Sudah Ka, biarkan Bagus beristirahat dengan tenang. Kita sama-sama do'akan Bagus" Arga berkata dengan halus agar tidak menyinggung perasaannya, lagipula ia tidak enak dengan Kanaya yang kini berdiri jauh dibelakangnya. Bahkan perempuan yang tak lain adalah istrinya sendiri memilih untuk menjauh dengan alasan mungkin dirinya dan Ricca memerlukan privasi.

Arga menoleh kebelakang. Terlihat Kanaya dengan gamis putih dan aksen bunga berwarna peach dikerudungnya berdiri sendiri sembari memegang payung hitam. Ia tersenyum saat melihat Arga menatapnya. Arga kembali menundukkan kepalanya dan melihat Ricca yang masih terduduk lemas disamping makam Bagus.

Tiba-tiba, perempuan itu bangkit dan memeluk Arga dengan sangat erat. Menumpahkan semua air mata kepedihannya pada lelaki beristri itu. Arga ingin sekali menolak, namun ia memikirkan perasaan Ricca yang sedang terluka. Namun disisi lain, ia merasakan bagaimana sakitnya hati Kanaya yang melihatnya memeluk perempuan lain. Ini sangat membingungkan.

Perlahan, Arga menoleh dan melihat Kanaya. Perempuan itu membuang jauh-jauh pandangannya dari Arga, seakan ia membuat agar Arga tidak tahu bahwa dirinya sedang memperhatikannya dari kejauhan.

'Maafkan aku Kanaya'

****

Kanaya memandang lekat wajah Arga yang tengah tertidur dengan posisi miring kearah sebelahnya. Berada didekatnya memang membuatnya terasa aman dan tenang. Memang cinta tidak datang dengan mudah, setelah apa yang ia lalui selama ini untuk akhirnya bersama Arga.

Namun, satu hal yang membuatnya selalu merasa dijatuhkan dari tebing hati yang curam. Arga tak akan selalu ada untuknya. Bahkan ia tak tahu kapan dan seberapa lama lelaki itu akan meninggalkannya karena tugas Negara yang lebih utama baginya, bagi mereka para prajurit yang telah membagi jiwa dan raganya untuk kedaulatan bangsa.

Buliran bening jatuh saat Kanaya menutup matanya. Ia menangis lagi saat menatap Arga.

~~~~

Satu bulan kemudian*

Kanaya POV

Kuringkukkan tubuhku ini. Melihat remot AC yang jauh dariku membuatku malas untuk mematikan mesin pendingin ruangan itu. Sudah tahu daerah ini dingin, tapi masih saja aku menyalakan AC, dasar. Terkadang bodohku masih saja terbawa-bawa sampai saat ini.

Aku bangkit dan mulai duduk. Membuka gondeng yang masih tertutup dan menampakkan langit mulai berwarna cerah. Setelah sholat subuh tadi, aku lupa membuka mukenaku dan tertidur sampai siang ini. Kulihat juga jam dinding yang menunjukkan waktu pukul 8 pagi.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang