{21} Pengungkapan Menuju Kecanggungan

3.3K 197 14
                                    

"Aku memang bodoh selama ini, tidak mau mengakuimu yang mulai masuk kedalam kehidupanku. Tapi seiring berjalannya waktu, kebodohan itu punah dan berganti menjadi keyakinan bahwa memang benar aku mencintaimu Kanaya"

"K-kak Arga ini serius kan?"

"I'm so serious. I love you"

Arga menarik lengan Kanaya hingga tubuhnya semakin dekat. Tubuh 168 cm itu kini hanya sampai di leher Arga. Ia rasa seperti kelinci kecil yang akan diterkam harimau. Perempuan itu tidak berani menatap wajah Arga.

Arga memegang dagu Kanaya dan mendongakkan wajah perempuan kecil itu.

Mata Kanaya terlihat berkaca-kaca menatap Arga. Namun, lelaki itu tidak memperdulikan apapun, ia semakin mendekatkan wajahnya dengan cepat.

'Gak! Dia mau ngapain? Ya Allah aku mau dicium, enggak! Aku takut gustii'

Dan akhirnya menciumnya.

Cup

Mata Kanaya terpejam. Meskipun hanya sekilas ia bisa merasakan bibir Arga yang tertempel halus pada bibirnya.

'Oh my God! Bibirku udah gak perawan lagi. Ya ampun gimana nih' batinnya terus berceloteh.

"I love you Kanaya. Mungkin aku gak perlu jelasin semuanya, ini sudah terlalu transparan. Intinya, maukah kamu menjadi pendamping hidupku untuk selamanya sampai ajal yang memisahkan?"

'Apa? Jadi ceritanya aku dilamar gitu? Ya ampun. Jantung, pelan-pelan dong degdegannya. Tangan please gak usah lebay pake gemetaran segala'

Kanaya diam. Ia terlihat pucat dan berkeringat. Entah ia pucat karena sakit atau ketakutan atau bahkan terlalu bahagia. Kali ini ia benar-benar tak bisa berkata apa-apa, mungkin untuk berkedip saja ia merasa canggung didepan Arga. Kanaya terus memutar balikkan akalnya, jika bukan dirinya yang memulai semua ini maka Arga tidak akan sampai sejauh ini dan membuat suasana rumah ini canggung. Tapi disisi lain ia juga harus tahu dan Arga juga harus tahu tentang perasaan masing-masing. Harus sampai kapan mereka menyembunyikannya dalam keadaan satu atap seperti ini?

Kanaya mengangguk gugup. Ia memaksakan senyum. Bukan karena tak bahagia, namun respon tubuhnya terlalu berlebihan. Ia gemetar, canggung, bahkan tubuhnya terasa kaku didepan Arga.

Lelaki itu tersenyum dan mendekap tubuh Kanaya erat.

"Terimakasih banyak telah sudi menjadi bagian dari hidupku"

*****

Kanaya duduk termenung diteras rumah sembari menatap matahari pagi yang menyoroti rumah dinasnya, burung-burung berkicau ria terlihat mondar-mandir diatas pohon cemara yang tumbuh didepan rumahnya itu. 6 bulan sudah ia tinggal ditempat serba hijau ini. Namun semakin hari ia merasa semakin canggung pada Arga, saat ini ia hanya mencoba berpura-pura biasa didepannya

"Permisi Mbak Kanaya?"

Lamunannya pecah saat seseorang yang telah berdiri didalam pagar rumah dan memanggilnya. Ia melihat perempuan cantik itu lagi. Perempuan berambut pendek dan berseragam cokelat susu khas Polisi.

"Eh, mbak Ricca. Maaf saya tadi melamun. Silahkan duduk" ucap Kanaya yang terlihat sedikit canggung. Ia mempersilahkan duduk dan diikuti Ricca yang duduk dikursi.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang