{24} Pengantin Baru Alhamdulillah

3K 202 12
                                    

Sebuah peluru menembus dada kirinya dengan kejam. Bahkan tak hanya itu penderitaannya, setelah ia duduk tak berdaya dengan luka tembak, keparat itu terus menikamnya berkali-kali hingga mungkin tubuhnya akan hancur.

Sepatu laras yang selalu Kanaya bersihkan dan baju kebanggaannya yang selalu Kanaya rawat kini telah dipenuhi dengan darah. Ia coba membendung dadanya yang terasa bocor. Sakit sudah pasti, namun ia akan lebih sakit jika membayangkan betapa hancurnya perasaan Kanaya jika ia tahu bahwa dirinya gugur dimedan tugas.

Entah bagaimana perasaannya saat ia melihat Kanaya memeluk jasadnya dan menangis, berteriak bahkan hingga jatuh sakit. Ini sangat menyakitkan ketika ia bisa dengan bebas mengawasi perempuan itu dari alam yang berbeda.

Dan beruntungnya, semua itu hanyalah lamunan yang membuat Arga terlena. Terlebih dengan semilir angin dingin yang membuatnya semakin terlarut dalam khayalannya.

"Kak, ini teh nya" suara lembut itu yang membuat Arga terbangun dari lamunan mengerikan itu. Beruntung Kanaya datang, perempuan itu berdiri dihadapannya dengan memasang wajah polos sembari memegang secangkir teh hangat.

Arga tersenyum, menampakkan sedikit lesung pipitnya dipipi sebelah kiri. Ia terus menatap Kanaya dengan sendu, perempuan itu terlihat kikuk dan mulai salah tingkah.

Kanaya melabuhkan bokongnya diatas kursi tepat disamping Arga dan menghela nafas panjang, menikmati pagi dingin.

"Apa tidak sebaiknya kita pulang?" Tanya Kanaya. "Kita sudah 3 hari disini" tambahnya.

Arga mengangguk dan tersenyum, entah apa yang ada dalam pikirannya, seperti sedang ada beban berat yang ia pikul.

*****

"Naya! Sarungku dimana?" Teriak Arga dari dalam kamar. Sejak tadi ia tak kunjung menemukan sarungnya hingga adzan magrib telah selesai berkumandang. "Kanaya?!" Teriaknya sekali lagi saat perempuan itu tidak menjawab pertanyaannya.

Arga segera menuju kamar mandi setelah mendengar gemericik air kran dan melihat Kanaya sedang mengambil wudhu. Pantas saja tidak menyahut, batinnya.

Allahuakbar Allahuakbar,
Ashaduallaillahailallah,
Ashaduannamuhammadarussulullah,
Hayya'allahshalah hayya'alalfalah. Qodqomatisholah qodqomatisholah. Allahuakbar allahuakbar,
Laailaahailallah

Iqomah telah berkumandang dengan jelas, Arga menepuk jidatnya. Lagi-lagi ia tidak sempat untuk ikut sholat berjama'ah di masjid Mayon. Arga beranjak meninggalkan tempat sebelumnya untuk segera menunaikan sholat magrib munfarid, namun baru saja ia membalikkan badannya suara gemericik air kran itu berhenti.

"Kenapa Kak? Maaf aku gak dengar karena suara air" pungkas suara kecil itu.

'Telat ah!' batin Arga gemas. "Aku cari sarung tadi, mau berjama'ah di masjid tapi udah telat. Gak apa-apa"

"Kan aku simpan di kamar sebelah. Baru selesai disetrika tadi sore"

Benar! Arga lupa jika tadi sore selepas sholat Ashar tidak sengaja Kanaya menumpahkan foundationnya diatas sarung Arga.

~~~~

"Allahuakbar" suara Arga terdengar sedikit nyaring dan menggerakkan kedua tangannya diikuti Kanaya yang berdiri dengan mukena putih dibelakangnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuh"

Arga begitupun Kanaya mengusapkan kedua telapak tangannya seusai mengucapkan salam dan menengadahkan kedua telapak tangannya untuk berdo'a.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang