{28} Tertampar Kenyataan

2.9K 174 19
                                    

Kanaya mengepal test pack itu rapat-rapat agar suaminya tidak mengetahuinya. Ia berjalan polos didepan Arga seakan tidak pernah ada kejadian apa-apa pagi ini. Lantas, perempuan itu masuk kedalam kamar dan menutup pintu, meninggalkan Arga yang masih menyelesaikan simpul tali sepatunya.

Didalam kamar, Kanaya rasa jantungnya hampir copot setelah melihat dua garis merah yang tertera pada alat tes kehamilan tersebut. Ini artinya ia positif hamil? Hamil? Pikirnya.

'Kenapa dagdigdug gini Ya Allah, aku masih gak percaya haduhh. Kak Arga jangan tahu dulu, siapa tahu test pack nya salah' batin Kanaya. Ia duduk di atas kasur dan terus memandangi barang kecil yang kata orang-orang selalu akurat dalam mendeteksi kehamilan.

Tluk

Pintu kamar terbuka membuat Kanaya terperanjat. Ia segera berdiri dan mencoba memasukkan test pack itu kedalam saku celananya saat ia tahu bahwa Arga sengaja membuka pintu dan masuk kedalam kamar. Sayangnya, alat tes kehamilan tersebut jatuh tepat didepan kakinya. Kanaya segera menginjaknya agar Arga tidak melihatnya, hampir saja lelaki itu melihat kenyataan yang masih ia ragukan.

"Aku berangkat ya?" ujar Arga sembari mengacungkan jempolnya kearah belakang. Kanaya mengangguk dan tersenyum kaku, tampak sekali ada sesuatu yang ia sembunyikan. Perempuan ini sangat-sangat tidak pandai dalam permainan bunglon.

Arga menyodorkan tangannya, namun Kanaya hanya diam ditempat itu dengan maksud ia tidak ingin test pack yang berada dibawah telapak kakinya terlihat oleh Arga. Bahkan dengan konyolnya, Kanaya mengulurkan tangannya yang mungkin berjarak 2 meter dari tangan Arga.

"Kamu kenapa kok berdiri disitu terus?" tanya Arga heran.

Kanaya melirik-lirik untuk mencari suatu alasan. Namun pada akhirnya perempuan itu lebih memilih menyeret kaki kanannya untuk menghampiri Arga.

"Loh loh! Kaki kamu kenapa? Sakit?" tanya Arga lagi dengan nada serius. Bahkan lebih mencengangkan lagi lelaki itu kini telah berjongkok didepan kakinya dan tangannya juga memegang betisnya.

"Gak apa-apa Kak, cuma kesemutan aja hehe" berondong Kanaya, tangannya meraih lengan Arga agar lelaki itu segera bangkit.

Arga mengangguk dan pergi. Kanaya menghempaskan nafasnya dengan lega. Jika saja Arga tahu tentang ini, mungkin gemparlah sudah orang tua dan kedua mertuanya itu dan langsung menyerbu rumah dinas ini.

Perempuan itu memungut apa yang berada dibawah telapak kakinya dan menyimpannya baik-baik didalam dompetnya sebagai tempat teraman untuk menyimpan rahasia. Karena Arga tidak pernah berani membuka dompet miliknya.

~~~~

Kanaya membawa tumpukan lipatan baju Arga yang telah selesai disetrika. Bermaksud untuk menyimpannya dilemari kamar sebelah. Kanaya mengernyitkan keningnya saat sebuah amplop berwarna cokelat tak sengaja jatuh karena terbawa baju yang hendak ia bereskan dari dalam lemari.

Lantas ia duduk diatas tempat tidur dan membuka surat tersebut. Sebuah surat tugas yang akan dimulai akhir bulan ini hingga 9 bulan kemudian. Perempuan itu kembali membuka kertas lampiran yang menyajikan pembagian pos. Hatinya terasa ditampar, matanya terbelalak melihat nama Arga yang termpampang dijajaran ketiga dalam daftar Danpos Satgas Pamtas RI-Malaysia.

Perempuan itu sedikit tidak percaya dan kembali membaca surat perintah itu dari awal hingga akhir dengan jeli. Mungkin ini keempat kalinya ia membaca dan memastikan bukan Arga suaminya yang berada dalam tugas tersebut. Namun ia teringat ucapan satu bulan yang lalu saat sebelum kabar meninggalnya Sertu Bagus, Bu Geral menanyakan perihal surat yang didapat Arga, namun saat itu ia tidak mengerti apapun.

Seketika, air matanya jatuh. Ia menangis dan menumpahkan segala kekecewaannya. Ia kecewa karena Arga akan pergi dengan waktu yang lama seperti ini, apalagi dengan kondisinya yang tengah hamil. Mungkin saat ia melahirkan nanti, Arga tidak akan ada disampingnya. Membuatnya kuat dan memeluk putra pertama mereka.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang