{5} The Wedding

4.2K 217 2
                                    

Arga duduk disebuah kursi bersama Ayahnya dan calon Ayah mertuanya. Sedangkan Ibunya dan juga calon Ibu mertuanya nekat menerobos kamar pas saat Kanaya didalamnya untuk mencoba sebuah kebaya. Membosankan sekali saat harus datang ke tempat seperti ini dan menunggu lama hanya untuk melihat seorang perempuan mencoba baju. Ia lebih baik lari mengelilingi lapangan daripada menunggu lama seperti ini.

Ya, mereka sedang melakukan fitting baju untuk pernikahan mereka minggu depan.

Tak lama, pintu kamar pas terbuka dan menampakkan Kanaya dengan balutan kebaya putih yang sangat cantik. Kanaya tersenyum melihat orang-orang sekitar yang sedang menunggunya keluar.

"Calon istrimu cantik sekali, lihatlah" goda Ayahnya pada Arga. Sebenarnya ia tidak suka kalau ia digoda seperti itu, tapi apa yang dikatakan Ayahnya itu memang benar. Kanaya terlihat sangat berbeda. Ia terlihat sangat anggun sekali.

Tak ingin lama Arga duduk ditempat ini, ia segera meng-iya kan pakaiannya. Dan segera meninggalkan tempat ini.

*****

Tiba saatnya acara pernikahan Arga dengan Kanaya.

"Nak hati-hati, nanti kamu lupa pas ijab kabulnya" Ayahnya memberikan pesan pada putera semata wayangnya yang beberapa menit lagi akan melakukan ijab kabul itu. Arga menganggukkan kepalanya dan mengacungkan jempolnya. Walau ia terlihat sangat gagah dengan pakaian adat khas Sunda namun wajahnya tak dapat dipungkiri lagi bahwa ia sangat gugup. Memang benar dadanya berdebar begitu keras.

"Jagoan Ayah ganteng sekali, ayo berdiri nak. Kita foto dulu bersama Bunda" ucap Ayahnya yang menarik lengan Arga dan mengeluarkan ponselnya.

Setelah beberapa kali jepretan. Arga kembali duduk dan membuka sebuah kertas yang ia genggam. Berkat pernikahan ini ia merasa dihantui oleh ijab kabul, ia takut kalau ia salah menyebut nama ataupun kata.

"Bun, Kenapa Arga gugup ya?" Ibunya tersenyum saat mendengar pengakuan puteranya. Arga merasa lebih gugup daripada pantukhir. Ia mengira bahwa pernikahan tidak akan segugup ini.

"Tentu sayang, itulah rasanya" sahut Ibunya sembari merapihkan kerudungnya. Arga terus menerus menarik napas dan kembali melihat secarik kertas yang ada digenggamannya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya...." lagi-lagi kata itu terhenti saat ia menyebut nama Kanaya. Ia berpikir, benarkah pernikahan ini akan terjadi? Ia akan menikah dengan orang yang tidak dikenal.

Jantungnya semakin berdebar saat ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia juga semakin gugup karena komandannya pun akan turut hadir dalam acara pernikahannya ini.

"Nak, ayo! Sudah waktunya" Ibunya mengingatkan Arga agar segera bangkit dan menuju gedung. Dadanya terasa sesak saat kakinya hendak melangkah.

'Kenapa aku gugup seperti ini? Bismillah' batinnya mengadu. Ia memulai langkah pertamanya dengan hati yang mantap dan niat yang kuat. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya lagi.

~~~

Telah banyak tamu undangan yang hadir dan terlihat beberapa anggota TNI yang disiapkan untuk prosesi pedang pora nanti. Arga gugup bukan main saat ia duduk berhadapan dengan Ayah Kanaya.

Ijab kabul akan segera dilaksanakan, sudah saatnya Kanaya datang dan duduk disamping Arga. Tidak berselang lama rombongan pengantin wanita datang.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang