{6} I Leave My Heart In My Home

4.1K 208 0
                                    

Kanaya duduk didepan meja rias dengan rambut yang masih terbalut handuk putih tulang. Pakaiannya kini telah berganti dengan piyama putih. Ia tidak tahan jika harus berlama-lama dengan pakaian gaun dan kebaya. Apalagi dengan hiasan dikepalanya yang membuat kepalanya terasa nyut-nyutan.

Rasanya matanya sudah tidak dapat ia tahan lagi. Beratnya mungkin tidak dapat ia ukur. Ia benar-beanr lelah. Ingin rasanya ia langsung membenamkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Namun, ia harus menunggu dulu Arga, suaminya selesai mandi. Tidak enak rasanya jika ia tidur lebih dulu. Walau bagaimanapun juga ia masih menghargai Arga sebagai suaminya. Namun, setelah acara pernikahan tadi, canggung menyelimutinya dan Arga.

Kanaya beranjak dari meja rias menuju sebuah kursi disamping tempat tidurnya. Ia membuka ponselnya yang telah dipenuhi dengan notifikasi dari teman-temannya yang mengucapkan selamat. Namun, ia tidak berselera jika harus membuka dan menjawab satu persatu dari pesan itu. Biarlah nanti jika ia sudah merasa santai.

"Kenapa laki-laki itu mandi lama sekali? Keterlaluan! Ngapain aja sih didalamnya?" dengus Kanaya. Ia benar-benar kesal dengan kelakuan suaminya. 20 menit sudah Arga berada didalam kamar mandi. Arga tidak tahu bahwa Kanaya sudah sangat mengantuk.

Kanaya memegang sebuah tiket perjalanan ke Raja Ampat hadiah dari Ayahnya. Ia begitu bahagia saat tahu Ayahnya memberinya tiket ini untuk perjalanan bulan madunya bersama Arga. Walaupun harus pergi bersama Arga, tapi ia tidak perduli, demi sebuah liburan yang menyenangkan ia rela pergi bersama Arga. Baginya, ini hanyalah sebuah liburan, dan Kanaya hanya menganggap Arga sebagai kakak laki-lakinya, meskipun ia tidak pernah memiliki kakak laki-laki.

5 menit kemudian, pintu kamar mandi telah terbuka dan menampakkan Arga yang hanya menggunakan celana boxer dan bertelanjang dada. Handuk tergantung dilehernya. Tanpa memperdulikan siapapun, Arga beranjak dan segera meraih sebuah piyama yang telah disediakan Kanaya sebelumnya.

"Kamu tidur duluan saja kalau ngantuk" ucap Arga yang pergi kembali ke kamar mandi untuk menyimpan handuk bekasnya. Namun, tidak ada suara sedikitpun yang menyahut dari perkataan Arga sebelumnya.

Saat Arga hendak memanggil Kanaya lagi. Ia melihat Kanaya telah tertidur pulas dikursi. Dengan handuk yang masih menempel dikepalanya. Arga berdecak heran melihat Kanaya yang meringkuk dengan tangannya yang menggenggam sebuah tiket pesawat.

"Dasar kepala ayam!" Arga mengomel saat ia melihat pemandangan itu didepan matanya. Namun, ia tidak tega melihat tubuh Kanaya harus meringkuk dalam kursi kecil.

Arga melihat Kanaya yang berbeda saat tidur. Kanaya menyebalkan hilang, wajahnya sangat lugu jika ia terlelap. Ia terlihat begitu lelah. Arga mengambil sebuah tiket pesawat dari genggaman Kanaya. Lantas Arga menggendong tubuh Kanaya dan membaringkannya dikasur.

Lucu sekali melihat wajah Kanaya yang biasanya terlihat konyol dan kini ia terlihat sangat lugu dan kalem. Wajahnya terlihat unik saat seperti ini. Dalam sekejap, Arga membuang semua bayangan gila yang ada dipikirannya terhadap Kanaya. Ia lebih memilih tidur di sofa untuk malam ini, biarlah Kanaya tidur dengan nyenyak, tampaknya ia sangat lelah. Pikir Arga.

Kanaya membuka matanya. Kerongkongannya terasa kering, ia beranjak dari tempat tidurnya. Waktu masih menunjukkan pukul 03:15 dini hari. Hatinya tertegun saat melihat seseorang yang terbaring di sofa. Tubuh besarnya harus meringkuk diatas sofa kecil miliknya.

Ia merasa iba melihatnya. Lantas ia menambahkan sebuah bantal dikepalanya, dan membentangkan selimut diatas tubuhnya. Ia tahu, cuaca sekarang dingin dan Arga tidak memakai sehelai selimutpun untuk menghangatkan tubuhnya. Jangankan selimut, bantalpun ia tidak memakainya.

"Kenapa dia malah tidur disini sih? Aeuhh!! Tempat tidur saja masih luas, dasar!" pekik Kanaya sembari beranjak pergi meninggalkan kamar. Ia lebih memilih untuk melaksanakan sholat tahajud dan melanjutkannya untuk membereskan rumah.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang