{8} Drama Korea

3.4K 178 1
                                    

Kanaya terus saja mengoceh saat Arga tidak mau menjawab pertanyaannya. Betapa tidak, Arga pusing dengan ocehan Kanaya yang polos. Ia terus saja menanyakan hal-hal yang seharusnya tidak ia tahu dalam militer, terlebih ia membanding-bandingkannya dengan adegan di film-film.

"Kak, yang di film dots itu kan si ceweknya disandera, terus si cowoknya bela-belain dimarahi sama komandannya demi selamatin ceweknya. Terus kalau posisi kita ada dimereka gimana coba? Apa TNI juga gitu?" tanya Kanaya melantur.

"Kanaya! Kamu itu kalau berkhayal jangan terlalu jauh" ucap Arga yang menghentikan langkahnya. Kanaya menatap Arga dengan heran.

"Kenapa? Kan misalnya"

"Kalau kamu mau tanya, cobalah pertanyaan yang realistis, bukan lanturan" Arga kembali menegaskan. Kanaya memalingkan pandangannya menuju sebuah rumah. Matanya tertuju pada satu objek yaitu jendela rumah. Tampak ada seseorang sedang mengintip mereka dari dalam rumah. Walaupun terlihat kurang jelas, tapi ia yakin itu adalah orang yang sedang mengintipnya dari dalam rumah.

"Kak, itu rumah siapa?" tanya Kanaya sembari menunjuk rumah yang ia perhatikan tadi. Arga melihat apa yang Kanaya tunjuk.

"Rumah bang Engki, memangnya kenapa?" pandangan Arga kembali ke jalan didepannya. Kanaya terdiam, ia tidak mau menceritakannya pada Arga. Mungkin saja Arga tidak akan percaya apa yang ia lihat.

"Nanti disana kamu jaga etika, sopan santun. Kalau mau bertanya awali dengan izin ibu, pokoknya jaga etika kamu. Mars persit sudah hafal?" tanya Arga kemudian. Arga memandang wajah Kanaya yang masih memperhatikan jalan.

"Gak tahu" Kanaya menggelengkan kepalanya dan menatap Arga.
"Memangnya harus hafal?" tanyanya lagi.

"Tadi kan ud-" ucapan Arga terpotong ketika teringat tadi siang saat ia mencoba memberitahu Kanaya untuk menghapal mars persit. Namun Kanaya malah tidur.

"Tadi apa?"

"Enggak, gak jadi" ucap Arga.
"Sudahlah, pokoknya kamu harus hafal mars persit" Arga menegaskan ucapannya, Kanaya hanya mengangguk dan kemudian terdiam.

Akhirnya mereka tiba didepan rumah bu Mengga. Arga memberikan salam dan beberapa saat kemudian seorang wanita datang membukakan pintu sembari menjawab salam. Ia segera mempersilahkan masuk dan duduk.

"Aduh, Om Arga kenapa baru kenalin Tantenya? Cantik-cantik gini dipeuyeum aja dirumah" nada bahasanya menunjukkan kalau wanita yang disebut-sebut sebagai Ibu Mengga itu adalah berasal dari tanah sunda. Kata dipeuyeum bermakna disimpan saja atau bisa jadi disembunyikan. Arga tertawa renyah begitupun dengan Kanaya yang hanya tersenyum sedikit malu.

"Belum sempat bu, kita juga baru pindah tadi siang, sebelumnya dirumah mertua dulu, kasihan katanya mau kangen-kangenan dulu" tutur Arga yang kemudian diakhiri dengan tertawa. Bu Mengga pun ikut tertawa, hanya saja Kanaya tersenyum heran mendengar perkataan Arga yang menurutnya aneh.

"Tante namanya siapa?" tanya Bu Mengga. Ia tersenyum melihat Kanaya yang tampaknya malu-malu.

"Kanaya" ucapnya kecil.

Bu Mengga tersenyum dan kemudian membuka sebuah map merah yang berada ditangannya. Arga memainkan ponselnya dan kembali membuka suara.

"Ibu, maaf. Saya titip istri saya dulu, saya ada perlu di kantor sebentar" ucap Arga. Bu mengga mengiyakan dan kemudian Arga beranjak dari tempat duduknya. Bola mata Kanaya terus menatap Arga, seolah ada sebuah kata sandi yang menyatakan bahwa Arga tidak boleh pergi meninggalkannya sendirian disini.

"Nanti aku jemput pulangnya ya, kamu disini dulu" Arga memegang tangan Kanaya denga romantis, begitupun Kanaya yang menatap Arga untuk menyatakan agar tidak pergi. Mereka memang tampak sangat romantis, layaknya drama Korea.

Ada Negara Diantara Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang