"Mau masuk dulu?"
Syalia melepas helmnya dan memberikannya pada Arga yang masih menaiki motor miliknya.
"Lo dirumah sendirian kan?" Syalia mengiyakan pertanyaan Arga.
"Terus didalem kita berdua aja?"
"Why not?"
Arga tersenyum miring mendengar kalimat Syalia barusan.
"Oke gue masuk"
Syalia langsung melangkahkan kakinya untuk membuka gerbang yang menjulang tinggi dengan gaya eropa itu.
Motor Arga pun melaju memasuki rumah megah milik syalia.
"Udah jadi kaya babunya si arga belum?"
Syalia mendengus melihat Arga yang main selonong aja memasuki pintu utama rumahnya.
"Yang punya rumah siapa si?"
Mata Syalia menyipit dan mengerucutkan bibirnya menatap dendam punggung Arga yang hampir menghilang.
"Berasa jadi juragan"
"Nyesel gue nawarin dia buat mampir dulu"
Terus saja dia mengomel.
Puas mengucapkan sumpah serapah untuk Arga, Syalia melangkahkan kaki untuk masuk kerumahnya.
Mata Arga langsung menyapu seluruh ruangan yang bernuansa eropa klasik itu, kakinya melangkah mendekati foto keluarga yang terpajang di tengah ruang tamu. Ukurannya yang besar membuat semua orang yang masuk kerumah ini akan memperhatikan foto tersebut dengan lama, sama halnya dengan yang Arga lakukan sekarang.
Arga memperhatikan empat orang yang ada di foto tersebut. Dia mengerutkan keningnya melihat senyum Syalia yang sangat lebar menandakan bahwa dia sangat bahagia disana. Arga tidak pernah melihat Syalia senyum seindah itu, dia lebih sering melihat Syalia dengan wajah yang ditekuk.
"Kenapa ngeliatin mulu?" Suara penuh menyelidik itu membuyarkan pemikiran Arga.
Arga menoleh kearah Syalia yang kini sedang menatapnya.
"Lo bisa senyum sebahagia itu Sya?" Mendengar ucapan Arga yang menurutnya tidak penting membuat Syalia memutar bola matanya malas.
"Ga tau. Gue mau ngambil minum dulu" Lalu Syalia pergi meninggalkan Arga yang kini kembali menatap foto keluarga yang terlihat serasi itu.
"Ternyata dia cantik juga ya" tak sadar ternyata Arga tersenyum menatap foto Syalia yang sedang merangkul Vero -adiknya Syalia.
Puas melihat foto itu, Arga memilih duduk di sofa yang di khususkan untuk ruang keluarga besar milik Syalia.
Tak butuh waktu lama Syalia datang kearah Arga sambil membawa nampan yang berisi dua gelas air sirup.
"Gue ganti baju dulu" menjauh dari Arga adalah keharusan bagi Syalia. Dalam keadaan apapun dia selalu menjauhi Arga kecuali saat dia berada dirumah Arga dan begonya dia malah menawarkan lelaki yang dia hindari untuk mampir ke rumahnya.
10 menit kemudian, Syalia menuruni anak tangga. Matanya menatap kearah Arga yang sedang fokus menonton berita di tv.
Arga mengangkat kepalanya sedikit saat mendengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga.
Perempuan itu, apa dia sengaja mau godain gue?.
Mata Arga tak lepas dari tubuh Syalia yang kini mendekatinya, dia harus istigfar beberapa kali agar tidak tergoda dengan Syalia yang hanya menggunakan celana hotpans dan baju bermodel kebesaran yang hampir menutupi celananya.
Syalia sudah duduk disampingnya, rambut yang biasa tergerai itu kini diikat asal asalan membuat anak rambut didekat wajahnya terjuntai bebas.
Arga mengakui bahwa Syalia cantik. Sangat cantik.
"Gausah liatin gue" ucap Syalia tanpa menatap wajah Arga. Arga segera mengalihkan pandangannya. Malu tercyduk.
Hening
Ruangan itu hanya terdengar suara perempuan yang berasal dari tv, seakan tidak ada mahluk yang bersarang didalam sana atau seakan mereka seperti sedang tertantang untuk tidak berbicara."Tiap hari lo gini?" Arga kalah.
"Hmm"
"Mama lo?"
"Dokter Rasti menyarankan buat mama tinggal di tempat yang seharusnya." suara Syalia terdengar melemah. Arga memahaminya.
"Lo udah jenguk?" Syalia menggelengkan kepalanya kini tatapan mata Syalia sangat kosong.
Arga bingung harus bagaimana lagi sekarang.
"Mau jenguk?" Syalia menoleh kearah Arga yang sedang menatapnya.
"Gue belom siap"
"Okee, by the way adek lo gimana?"
"Vero sama oma di Spanyol"
"Lo butuh dia kan?"
"Gue ga mau bahas keluarga Arga. Keluarga gue terlalu buruk buat diceritain."
"Gue ga mak.." ucapan Arga terhenti karena suara dering dari ponsel.
Arga segera merogoh kantong celananya. Sebenarnya Arga tahu itu bukan dering ponselnya, namun dia teringat terakhir kali ponsel Syalia masih dipegang nya.
Mata Arga membaca nama si penelpon tersebut.
"Pacar lo nelpon" di berikannya ponsel itu kepada Syalia.
"Iyaa farel?"
Arga tidak ada niatan untuk menguping pembicaraan Syalia tapi suara Syalia sendiri yang membuatnya bisa mendengar ucapan dirinya.
"Kenapa emang?" Entah perasaan Arga atau bagaimana tapi Arga merasa suara Syalia sedikit melembut dibandingkan berbicara dengannya.
"Oke oke gue setuju.." Arga sedikit mengerutkan keninganya mendengar Syalia terkikik sebentar.
Dia tetap menjaga matanya kearah tv. Namun telinganya membuat fokus Arga hancur.
Suara yang lembut dan bahkan sekarang terdengar seperti merajuk itu untuk Farel ya, Apa hubungan mereka?
Arga mengusap wajahnya gusar, dia bingung kenapa banyak pertanyaan tentang Syalia di otaknya.
Melihat sikap Arga yang aneh Syalia menatapnya sebentar lalu kembali mengacuhkannya.
"Oke gue tunggu, byee" Syalia kembali menaruh ponselnya di meja. Dan beranjak pergi.
"Lo mau kemana?" Arga tidak bisa menjaga rasa penasarannya sekarang.
"Ga kemana mana.."
"Farel mau datang kesini" sambung Syalia karena dia tahu Arga sedang penasaran.
"Dia sering dateng?" Arga menarik sebelah alisnya.
Syalia mengerutkan keninganya melihat sikap Arga yang aneh.
"Setiap... malem." Balas Syalia meragu
Arga merasa tak suka mendengar pernyataan itu.
"Buat nemenin lo?" Lagi lagi
"Ya"
"Oh"
Cukup, Arga tidak akan bertanya lagi. Dia tidak akan peduli.
"Gue mau balik jam 10 malem"
Arga kenapa?😄😄
Holaa kawan cuma mau ngucapin
Happy Reading ya😚
Tinggalkan voment kalian untukku
Salam cinta dari ku heheheTypo typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Syarga
Teen Fiction"Maaf maaf aja nih ya, gue orangnya dendaman. Bawaannya ga puas kalo belom liat lo terpuruk." "Asal lo tau Sya, dendam itu yang bakal bikin lo jatuh cinta berlutut lutut dihadapan gue"