Jeㅡfour

1.7K 279 132
                                    

 



   













🌼🌼











 






"Itu UKS apa sampah si, bau banget"

Untuk sekarang Jihoon gak bisa bales. dia terlalu sibuk memegangi perutnya yang terasa kosong, kening yang berdenyut samar dan kaki yang begitu lunglai seperti tidak memiliki tulang didalamnya.

Sebagai penyuka makanan pedas Jihoon bukan sekali dua kali mengalami buah dari mengkonsumsi mereka dengan tanpa batas; ya mules lah, ya mencret lah, semua tok pernah dilalui. hanya kejadian ini yang terparah, Jihoon bahkan dua kali bulak-balik toilet hanya untuk mengeluarkan isi perut dari bawah. dan sesekali menutup lubang anus menahan gumpalan angin yang ingin keluar, kasian sama dedek penjaga UKSnya.




"gila itu, pantesan gua dipanggil, pengemis nyium kentut lu juga langsung cuci muka"


"brisik ah! cepet anterin ke kelas!"


"mau mati lu kak?! entar kelasan lu pada modar berabe!"


"emang se-bau itu apa?"


"yA lu cium aja ndiri!"




Jihoon cemberut, keinginan untuk buang angin tepat di wajah kecil anak bapak Rauf ini malah makin besar. tapi sayang banget cuma jadi angan, sebab Jihoon masih punya hati, masa udah rela gendong babon macem gini masih mau dikasih kentut, terlebih Jihoon sadar baunya se-busuk apa.

 

 

"Udah balik aja, biar gua sekalian bolos."


"Maunya!"


"Emang~"



Sembari membawa beban seberat dosanya, Jinyoung melangkahkan kedua kakinya santai. santai bukan berarti yang dibawa entengㅡcuma Jinyoung udah biasa, maka rasanya kaya bawa satu karung beras 25 kilogram doangㅡdoang cuy woila. kasian nanti buat yang pertama kali, pasti berasa kaya bawa truk molen buat nge-cor jalan.



"Al.... gua se-bau itu ya?"



Pertanyaan biasa yang berefek tidak biasa pada kerja jantung Jinyoung selaku yang ditanya, Jihoon menjulur kepala bertuju untuk melihat reaksi Jinyoung akan pertanyaannya, yang sontak buat si pipi gembil dan si tirus bergesekㅡbahkan sepersekian detik menempelㅡsukses membangunkan kupu-kupu menggelitik diperut Jinyoung.


Mengikuti kata hati untuk pertama kali, Jinyoung memberhentikan langkah. menolehkan kepala hingga hidung menjadi yang kedua setelah kedua pipi bergesekㅡbahkan sengaja Jinyoung diamkan hingga pucuk kedua hidung itu bertahan saling beradu hembus.

je t'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang