Banjarnegara, 19 Juli 2018
Bab 7
Tante Lasmi🎡🎡
Suasana di rumah Bunda sudah ramai saat aku dan Al sampai di rumah orangtua Al. Rumah yang juga aku tempati ketika mudik karena harus ikut suami. Impian kami setelah menikah memang tinggal di rumah impian namun semua baru dalam angan karena Al belum mendapatkan izin dari keluarganya terutama Bunda.
Saat kaki kami masuk ke dalam rumah besar bak istana ini semua orang di dalam rumah tersenyum ke arah kami. Baik aku maupun Al membalas senyum mereka kemudian menyalami mereka satu per satu. Di rumah sudah sangat ramai orang, hampir semua keluarga besar Bunda datang ke rumah ini, sementara keluarga Ayah hanya beberapa saja karena memang acara ini adalah acara dari keluarga Bunda yaitu keluarga besar Harjono.
"Kapan datang cucu mantu oma?" Tanya Oma Kustini, Ibu dari Bunda Maia. Oma Kustini meminta aku, cucu mantunya duduk di sebelahnya. Aku pun menurut, sementara Al duduk di samping saudara-saudaranya. Oma Ti ini sayang sekali dengan Aku, istri dari Al, cucu kesayangan oma. Hingga terkadang membuat cucu mantu lainnya iri. Aku pun menyadari tapi aku tak pandai menolak saat Oma Tin memintaku untuk selalu dekat dengan beliau.
Tangan kami saling menggenggam, aku bisa merasakan kulit oma yang semakin hari semakin menyeruput karena usia "Kemarin siang Oma, Yuki mampir dulu ke rumah. Maaf baru bisa datang ke sini." Jawab ku dan kata maaf dari mulut ku bukan hanya aku tunjukan untuk oma tetapi untuk semua terutama bunda.
"Tidak apa-apa, acaranya jugakan belum di mulai. Kita juga baru berkumpul." Jawaban oma memang selalu bijak tidak pernah sedikitpun perkataan beliau menyudutkan.
"Kalau masih ada libur main ke rumah oma ya? Oma ingin kamu menghancurkan dapur oma lagi?" Aku tersipi malu, ternyata oma masih ingat dulu diawal pernikahan Aku yang belum pandai memasak minta diajarin masak oleh oma Tin tapi yang terjadi bukan menghasilkan sebuah masakan, justru menghadirkan sebuah kekacauan. Aku benar-benar malu, bersyukur Oma tidak marah. Oma justru balik menyemangati agar aku terus belajar dan belajar.
"Iya oma, pasti."
Setelah dirasa anggota keluarga lengkap, acara keluarga pun dimulai. Acara pertama adalah pembahasan pernikahan sepupu Al yaitu Gio dengan Chika, sahabatku. Karena waktu dan tempat sudah ditentukan saat keluarga Gio pergi ke rumah Chika maka di sini hanya tinggal membahas masalah baju seragam keluarga, mereka hendak menyamakan seragam dengan keluarga besar Chika atau sama aja semuanya kecuali keluarga inti Chika dan Gio yang pastinya sudah memiliki seragam yang senda. Selain itu mereka juga membahas seserahan serta acara unduh mantu.
Aku hanya diam, mendengarkan mereka membahasnya. Sesekali mereka bertanya kepadaku mengenai konsep ngunduh mantu, aku mencoba menjelaskan setahuku dan tidak memaksakan mereka membiarkan mereka mendiskusikan lagi.
Setelah semua pembahasan pernikahan selesai, kini tinggal acara makan-makan. Bunda memintaku untuk mengecek makanan di belakang apakah sudah siap atau belum. Aku beranjak dari tempat dudukku dan kebelakang, melakukan perintah bunda. Di sana ada asisten rumah tangga Al yang bari saja selesai meletakkan beberapa hidangan. Terlebih dahulu aku menyapa mereka, berpelukan untuk melepas rindu karena sejak dulu kami sudah cukup dekat bahkan sampai sekarang kami masih sering bertukar kabar melalui pesan singkat.
"Ini udah jadi semua ya, bi?" Tanyaku sambil melihat satu per satu hidangan yang tertata di meja makan.
"Sudah, sudah selesai semua. Sudah siap intuk dinikmati tentunya."
"Makasih bi, mba Nah. Saya bilang Bunda dulu."
"Iya Non."
Aku kembali ke ruang tenga mereka semua terlihat sedang mengobrol ringan meski samar telingaku bisa mendengar ada diantara mereka yang sedang menanyakan hubungan rumah tangga antara aku dan Al. Sepertinya mereka tak ada bosannya untuk mengusik rumah tangga kami.