BAB 10
TANDA-TANDA
Al dan Yuki baru saja keluar dari ruang dokter. Mereka baru saja selesai melakukan konsultasi perihal program anak, sejak Yuki sakit dua minggu lalu mereka sudah melakukan konsultasi dua kali di rumah sakit sama. Keduanya dinyatakan sehat dan memang baik-baik saja.
Dokter menyarankan mereka untuk mulailah rajin mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang kaya akan asam folat. Jangan malas untuk melakukan olahraga yang teratur minimal dua kali dalam seminggu . Karena hal tersebut dapat mempengaruhi produksi sel sperma dan juga sel telur. Yuki bahkan diberikan suplemen dan vitamin. Sudah hampir dua minggu Yuki mengkonsumsinya.
"Hari ini makan di luar ya, aku sudah terlalu lapar jika harus menunggu sampai di rumah." Kata Al sembari mengusap perut ratanya. Menunjukkan jika dirinya sangat lapar.
Yuki terkekeh melihat tingkah suaminya, tingkah Al yang seperti anak kecil ini membuatnya ingin tertawa. Tapi ia sadar jika kini mereka sedang berada di tempat umum.
"Oke, mau makan apa?" Yuki sengaja menggandeng lengan Al untuk menangkis tatapan lapar para wanita-wanita di rumah sakit ini. Al pun membalas gandengan Yuki dengan mengalungkan tangannya ke pinggang Yuki posesif. Ia tahu istrinya sedang cemburu karena sedari kedatangan mereka di rumah sakit ini banyak sekali mata wanita memandang ke arahnya dan juga berbisik-bisik mengenai ketampanan Al.
"Jangan cemburu..." Bisik Al di telinga Yuki sembari mencuri satu kecupan di pipi istrinya. Seketika wajah Yuki memerah karena malu. Sejak kapan suaminya jadi berani seperti ini di depan umum.
"Bikin malu..." Kata Yuki.
Namun Al tak perduli, seperti biasa dia selalu acuh dengan lingkungan yang berusaha mengusiknya. Sikap Al yang seperti inilah yang terkadang membuat beberapa orang di lingkungannya merasa kesal.
Sesampainya mereka di rumah, keduanya langsung beristirahat. Meski tidak ada kegiatan yang berat mereka lakukan hari ini, namun kedunya merasa cukup lelah setelah berpergian ke dokter. Bukan badannya, tetapi lebih lelah pikirannya. Yuki lebih dulu pergi untuk mengganti pakaian di kamar adi sementara Al sedang tiduran terlentang di ranjang mereka.
AL sedang berfikir, apakah keputusannya untuk segera memiliki anak adalah pilihan yang tepat. Pasalnya tanpa Yuki ketahui, kebimbangan itu terus menghantuinya. Masa lalu keluarga Al menjadi problema utama kayidak yakinannya untuk segera memiliki anak.
Masalalu keluarga Al tidaklah indah seperti apa yang terlihat saat ini. Ayah dan Bundanya pernah berpisah karena sang Ayah bermain di belakang sang Bunda. Mengabaikan anak-anak mereka selama beberapa tahun. Namun karena memang cinta Bunda pada Ayahnya tidak pernah luntur akhirnya dua tahun silam mereka resmi bersatu kembali dalam ikatan sebuah pernikahan. Al yang pernah membenci sang Ayah akhirnya kembali menerima karena bujukan sang Bunda dan Yuki yang selalu setia meyakinkannya.
Al takut jika suatu saat nanti ia akan berubah menjadi seperti Ayahnya, mengabaikan istri dan anaknya. Makanya Al meminta Yuki untuk menunda memiliki momongan dan beruntung Yuki menerimanya. Meski sesungguhnya Al tahu, Yuki merasa berat dengan permintaan Al satu ini.
"Ayah, jangan tinggalkan kita..." Mohon Al pada Ayahnya yang hendak pergi dengan membawa satu buah koper besar dari rumahnya. Awalnya Al berfikir jika sang Ayah akan pergi ke luar kota untuk bekerja mengingat sang Ayah yang memang sering bekerja di luar kota. Namun Al merasa curiga setelah mendengar tangis sang Bunda yang tak seperti biasa sembari bergumam "Jangan pergi....". Al yang memang sudah beranjak remaja akhirnya tahu alasan ayahnya pergi setelah melihat seorang wanita berdiri di depan halaman rumah mereka. Tangan Al mengepak geram, seandainya bisa dan tidak kasihan dengan sang Ibu maka ia akan membunuh wanita itu dengan tangannya sedniri. Namun otaknya masih berjalan dan memikirkan nasib Ibu beserta adik-adiknya. Al pun berlutut meminta sang Ayah untuk tetap tinggal di rumah mereka bersama keluarga mereka.