Banjarnegara, 18 Maret 2018
Maaf ya lama 😁Ayah dan Calon Ayah
Sore ini Al kedatangan sang Ayah di kantornya. Sengaja pria itu datang ke kantor baru sang anak karena di rumah dia tidak bisa berbicaralah seluas ini dengan putranya.
Ayah Al tadi pagi menelpon dan meminta waktu makan siang Al untuk mengontrol berdua dan Al tak pandai untuk menolak.al tahu jika Ayah pasti akan membicarakan hal penting padanya.
Dua cangkir kopi menjadi teman mengobrol mereka, sang ayah mulai menatap ke arah Al dengan serius.
"Sebelumnya ayah minta maaf karena minta waktu sibukmu. Ayah tahu kamu sibuk akhir-akhir ini, ayah tahu dari istri kamu yang selalu mengeluarkan keluhannya kepada bundamu. Tapi ayah mohon, sesibuk apapun kamu, kamu harus punya waktu untuk calon anak dan istri kamu." Ayah mulai mengeluarkan nasehatnya kepada putra tertuanya. Ada rasa tak percaya jika Al putranya sudah besar dan sebentar lagi akan memberikan dirinya cucu.
"Al tahu Yah. Al sebentar juga ingin meluangkan waktu untuk Yuki dan calon anak kami, tapi memang kadang Al mendapatkan pekerjaan yang tak terduga datangnya. Beruntung Al bisa mengatasinya meski harus mengorbankan waktu untuk keluarga."
"Ayah percaya sama kamu Nak. Ayah hanya khawatir, saat kamu sibuk dan Yuki tidak berada disamping kamu, kamu akan benar-benar melupakannya apalagi kamu lebih akrab dengan orang kantor. Tidak mungkin tidak akan ada timbul perasaan saat kalian selalu bersama...." Ayah mengehentikan ucapannya untuk mengambil nafas dan melihat ekspresi sang anak.
"Yah..."
"Al," ayah memotong pembicaraan sang putra. "Tidak ada yang tidak mungkin. Buktinya kamu sempat mengabaikan Yuki, kamu tinggal di Bali dan Yuki tinggal di Bandung. Bahkan saat kalian bersama-sama, kalian juga sempat terpisah karena hasutan Tante kamu dan kembalinya si mantan kamu itu."
Ayah memang selalu memantau sang putra, tidak hanya pada Al namun juga pada kedua putranya yang lain. "Ayah lebih berpengalaman dari kamu, Nak. Ayah tidak membutakan diri jika selama ini kamu takut terhadap masa lalu kamu sendiri dan itu karena Ayah. Karena kelakuan Ayah dimasa lalu. Ayah hanya mengingatkan saja,"
Siapa yang mau anaknya mengalami kegagalan rumah tangga yang sama seperti dirinya. Tidak ada satu orang tua pun yang mau anaknya bernasib sama. Sering kali istrinya marah hanya karena kelakuan sang putra mirip dengan apa yang ia lakukan dulu. Dan satu-satunya jalan adalah menasehati sang putra sebelum rumah tangganya semakin rumit.
Pukul tujuh malam Al pulang ke rumah dengan membawa bakso pesanan sang istri. Katanya istrinya ngidam bakso, namun Al tidak hanya membeli satu, berhubung masih banyak anggota keluarga di sini maka Al membelikan mereka juga, terutama buat adik iparnya. Kalo sampai adik satu-satunya sang istri tidak dibelikan maka akan terjadi perang rumah ke sekian kalinya.
"Tumben pulangnya lebih awal?" Adik Yuki menyindir. Al cuma nonyor aja kepala adiknya dengan jari telunjuk. Bukannya marah semua orang justru menertawakan tingkah polah keduanya.
"Jahatnya kamu kak!"
"Udah deh nggak usah berisik, ambil mangkok sana. Nih kakak belikan bakso!"
Seperti anak kecil, adiknya itu langsung loncat kesenangan.
"Kamu mah kaya anak kecil aja dek, nggak malu dilihatin orangtua kak Al?" Ibunda Yuki bersuara.
"Maaf semua, kelepasan soalnya!" Katanya sambil memamerkan cengiran.