Bab 16
KEMARAHAN BUNDA
🍃🍃Setelah seharian mencari Yuki, Al pun pulang ke rumah dengan tanpa hasil. Al pulang dengan muka lesu dan kepala di lipat. Sang tante sudah menunggunya di teras rumah dengan muka tak kalah cemasnya.
Baginya Al sudah seperti anaknya sendiri, jadi jika ada apa-apa dengan Al ia tak kalah cemasnya dengan Bunda Maia. "Kamu baru pulang Al?" Tanya sang tante sambil menghalao langkah Al. Tangan sang tante memegang lengan Al.
"Seperti yang tante lihat," jawab Al singkat lalu ia melepaskan tangan tantenya dan kembali melangkah ke dalam rumah.
Sang tante hanya bisa mengikuti dari belakang. Ia melihat bagaimana kacaunya Al setelah ditinggal sang istri. Sang tante bukan tak tahu hija Al sangat-sangat kehilangan istrinya, tapi mana ia tahu jika segitu besarnya pengaruh Yuki kepada Al.
Dari dulu tantenya sangat membenci Yuki karena Yuki sudah mengagalkan wanita pilihannya bersanding dengan Al. Tante yang sudah berusaha mempengaruhi Al akhirnya Al berpaling kepada wanita lain namun gagal hanya karena Yuki mau memaafkan Al.
Baginya, Yuki hanya wanita biasa yang tak bisa mengiris suami dengan baik. Pendidikan Yuki memang tinggi, namun karir Yuki jauh dibandingkan menatu-menantu yang lain. Faktor ini juga yang membuat sang tante menolak Yuki sebagai istri dari anak sang kakak.
Tante melihat Al mengambil minum kemudian meneguknya hingga tandas. "Kalo tante masih mau jelek-jelekin Yuki mending nggak usah. Al lagi nggak moid dengerin omelan tante." Kata Al. Al terduduk lesu di meja makan.
Sang tante pun ikut duduk di depan Al, "Maafkan tante,"
"Maaf..." Gumam Al sambil tersenyum sinis. "Maaf tante nggak bakalan membuat Yuki malam ini kembali ke rumah kan? Jadi simpan saja maaf tante itu."
"Al..."
"Malam ini adalah malam terakhir tante di rumah Al, besok silahkan tante pindah ke apartemen. Al sudah menyiapkannya." Kata Al tak terbantahkan.
Setelah berfikir matang-matang maka Al akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan tantenya dari rumahnya. Bukan maksud mengusir hanya saja membiarkan sang tante untuk tetap di sini pasti semakin lama Yuki kembali. Bukan keadaan yang sehat saat Yuki dan tantenya berada dalam satu atap yang sama.
Tantenya hanya bisa terbengong menatap Al yang mengusiknya dengan santai. Tantenya nggak marah dengan Al hanya saja dia tidak pernah membayangkan sama sekali jika Al akan berani seperti ini. Selama ini Al hanya diam dan menurut, baru kali ini Al seperti ini.
"Al..."
"Maafkan Al, Tan. Tapi Al harus memilih antara tante dan istri Al. Al memilih Yuki, Tan." Jawabnya kemudian beranjak pergi ke ruang kerja. Al tidak mau ke kamarnya karena nanti pasti Al akan ingat Yuki, karena setiap sudut kamar mereka adalah tempat Yuki.
Bukan pekerjaan yang Al kerjakan seperti biasanya, Al hanya bisa termenung dan mengingat-ingat kemana kitanya Yuki pergi. Beberapa kali Al menghubungi nomor Yuki hanya operator yang menjawab. Pesan WA hanya berstatus centang saja, sma pending. Al benar-benar menghawatirkan istrinya.
Ia sadar sekarang, mungkin ini yang dirasakan Yuki saat dirinya tidak membalas pesan Yuki, tidak memberikan kabar. Tidak ada yang mengingatkan makan, tidak ada yang mengingatkan waktu istirahatnya, tidak ada juga yang cerewet memintanya untuk segera mandi, berpakaian dan sebagainya. Al sungguh sungguh kehilangan moment itu.